Latar Belakang Kondisi Penduduk Yatsrib
Yatsrib—yang kemudian dikenal sebagai Madinah—adalah sebuah kota yang dihuni oleh dua suku Arab besar, yaitu Aus dan Khazraj, serta sejumlah komunitas Yahudi. Sebelum datangnya Islam, kondisi masyarakat Yatsrib diliputi konflik antar suku dan dendam berkepanjangan akibat perang saudara, terutama Perang Bu’ats yang menyebabkan banyak korban jiwa dan memperdalam permusuhan.
Kekacauan sosial ini membuat masyarakat Yatsrib mencari jalan keluar dari pertikaian yang tiada akhir. Di saat itulah mereka mendengar kabar tentang seorang nabi yang diutus di Makkah, seorang yang jujur dan membawa ajaran yang mengajak kepada tauhid dan keadilan.
Pertemuan Pertama dengan 12 Orang dari Aus dan Khazraj
Pada musim haji tahun ke-11 kenabian, Rasulullah ﷺ bertemu dengan sekelompok kecil dari Yatsrib yang terdiri dari 12 orang. Mereka berasal dari suku Aus dan Khazraj, yang telah lama mendengar berita kenabian melalui kaum Yahudi yang sering menakut-nakuti mereka dengan kedatangan nabi akhir zaman. Ketika mendengar dakwah Rasulullah ﷺ, hati mereka langsung terbuka karena merasa inilah kebenaran yang telah dijanjikan.
Mereka menyatakan keimanan kepada Rasulullah ﷺ dan bersedia memberikan baiat kepada beliau. Baiat ini dilakukan secara rahasia di Aqabah, sebuah tempat dekat Mina, dan dikenal sebagai Bai’atul ‘Aqabah al-Ula (Baiat Aqabah Pertama).
Isi Baiat Aqabah Pertama
Isi baiat tersebut mencerminkan nilai-nilai dasar Islam, yaitu:
-
Tidak menyekutukan Allah ﷻ
-
Tidak mencuri
-
Tidak berzina
-
Tidak membunuh anak-anak
-
Tidak berbuat dusta
-
Tidak mendurhakai Rasulullah ﷺ dalam perkara kebaikan
Diriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit رضي الله عنه, ia berkata:
بايعنا رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ على السمعِ والطاعةِ، في النشاطِ والكسلِ، وعلى النفقةِ في العسرِ واليسرِ، وعلى الأمرِ بالمعروفِ، والنهيِ عن المنكرِ، وعلى أن نقولَ في اللهِ، لا نخافُ في اللهِ لومةَ لائمٍ، وعلى أن ننصرَ رسولَ اللهِ إذا قدم علينا يثربَ، مما نمنعُ منه أنفسَنا وأزواجَنا وأبناءَنا، ولنا الجنةُ
“Kami membaiat Rasulullah ﷺ untuk senantiasa mendengar dan taat, baik dalam kondisi semangat maupun malas, memberi infak dalam keadaan sulit maupun lapang, memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, berkata benar karena Allah ﷻ tanpa takut celaan orang yang mencela, dan membela Rasulullah ﷺ apabila beliau datang ke Yatsrib sebagaimana kami membela diri dan keluarga kami. Maka bagi kami adalah surga.”
(HR. Ahmad no. 23489 dan al-Hakim 2/89; dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah no. 636)
Dampak Baiat terhadap Penyebaran Islam di Madinah
Baiat Aqabah Pertama menjadi titik awal tersebarnya Islam di Madinah. Para sahabat yang telah berbaiat kembali ke Yatsrib dan menyebarkan dakwah kepada keluarga dan kabilah mereka. Dalam waktu singkat, Islam mulai dikenal di setiap rumah di Madinah.
Perkembangan pesat ini menunjukkan kesiapan masyarakat Madinah untuk menerima Islam dan menjadi basis awal tegaknya negara Islam. Baiat ini juga menjadi fondasi bagi baiat yang lebih besar pada tahun berikutnya, yakni Bai’atul ‘Aqabah ats-Tsaniyah, yang kelak menjadi cikal bakal hijrah Rasulullah ﷺ dan berdirinya masyarakat Islam pertama di dunia.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|