Pentingnya Menjaga Hubungan Sosial Setelah Ibadah
Idul Adha bukan sekadar hari raya dan ibadah kurban, tetapi juga momentum untuk memperkuat ukhuwah dan meningkatkan adab sosial dalam kehidupan sehari-hari. Setelah berkorban dan beribadah, seorang Muslim dituntut untuk menampakkan buah dari ibadah tersebut dalam hubungan sosial, khususnya dalam bertetangga dan bermasyarakat.
Islam Mendorong Kepedulian Sosial
Islam mengajarkan untuk menjalin hubungan baik dengan tetangga sebagai bagian dari iman dan bentuk ketakwaan.
قال رسول الله ﷺ: وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، قِيلَ: مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman!” Ditanyakan, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah رضي الله عنه)
Adab Bertetangga dalam Islam
1. Tidak Mengganggu Tetangga
Termasuk bentuk kezaliman adalah mengganggu kenyamanan tetangga dengan suara bising, limbah, atau ucapan yang menyakitkan.
2. Membantu dan Menolong Saat Butuh
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا آمَنَ بِي مَن بَاتَ شَبْعَانَ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ
“Tidak beriman kepadaku orang yang bermalam dalam keadaan kenyang sementara tetangganya lapar di sampingnya dan dia mengetahuinya.” (HR. Thabrani; hasan lighairih)
3. Menjaga Hak Tetangga
Allah ﷻ berfirman:
وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًۭٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنًۭا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَـٰمَىٰ وَٱلْمَسَـٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ…
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh…” (An-Nisa’: 36)
Menjaga Adab Bermasyarakat
1. Memuliakan Tamu dan Tetangga
Dalam momentum Idul Adha, kita diajarkan untuk menyebar daging kurban kepada tetangga, mempererat silaturahmi, dan menumbuhkan kasih sayang.
2. Tidak Menyakiti dengan Lisan dan Perilaku
Bahaya lisan sangat besar dalam merusak hubungan sosial. Nabi ﷺ bersabda:
المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr رضي الله عنهما)
3. Menjadi Teladan dalam Masyarakat
Hasil dari ibadah adalah perubahan perilaku. Seorang Muslim yang telah menunaikan kurban dan merasakan makna Idul Adha hendaknya menjadi pribadi yang lebih baik, lebih peduli, dan menjadi contoh yang shalih dalam masyarakatnya.
Penutup
Kebahagiaan Idul Adha tidak boleh berhenti di hari raya saja. Ia harus dilanjutkan dengan akhlak mulia dalam bertetangga dan bermasyarakat. Inilah buah dari pengorbanan yang sejati, yakni tumbuhnya cinta, kepedulian, dan tanggung jawab sosial.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|