Adzan dan Iqamah

Pendahuluan

Adzan dan iqamah adalah dua syiar penting dalam Islam yang menandai masuknya waktu shalat dan pemberitahuan untuk berjamaah. Ia merupakan panggilan suci yang mengajak umat Islam untuk segera menyambut perintah Allah ﷻ. Selain memiliki hukum tersendiri, adzan dan iqamah juga mengandung keutamaan dan adab yang diajarkan langsung oleh Rasulullah ﷺ. Artikel ini akan membahas secara ringkas hukum, lafazh, adab, dan keutamaan adzan dan iqamah sesuai dengan tuntunan syariat.


Hukum dan Keutamaan Adzan

Hukum Adzan

Adzan adalah fardhu kifayah untuk shalat berjamaah lima waktu yang ditegakkan di masjid atau tempat umum. Jika adzan ditinggalkan oleh seluruh penduduk suatu tempat, maka semuanya berdosa.

Ibnu Qudamah رحمه الله dalam Al-Mughni berkata:

“Adzan dan iqamah adalah fardhu kifayah. Jika sudah dilakukan oleh satu orang maka gugur dari yang lain, dan jika tidak dilakukan oleh siapa pun maka semuanya berdosa.”

Keutamaan Adzan

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَوْ يَعْلَمُ ٱلنَّاسُ مَا فِي ٱلنِّدَاءِ وَٱلصَّفِّ ٱلْأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّآ أَن يَسْتَهِمُوا۟ عَلَيْهِ لَٱسْتَهَمُوا۟

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda: “Seandainya manusia mengetahui pahala adzan dan keutamaan shaf pertama, lalu mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan mengundi, niscaya mereka akan mengundi untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437)

Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ juga bersabda:

ٱلْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ ٱلنَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ

Dari Mu’awiyah رضي الله عنه, Nabi ﷺ bersabda: “Para muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 387)

Makna panjang leher menurut ulama adalah mereka paling tinggi derajatnya dan paling banyak berharap rahmat Allah ﷻ pada hari kiamat.


Lafazh Adzan dan Iqamah yang Benar

Adzan terdiri dari 15 kalimat, sedang iqamah terdiri dari 11 kalimat. Berdasarkan hadits Abdullah bin Zaid رضي الله عنه dan Umar bin Al-Khattab رضي الله عنهما:

Lafazh Adzan:

ٱللَّهُ أَكْبَرُ ٱللَّهُ أَكْبَرُ
ٱللَّهُ أَكْبَرُ ٱللَّهُ أَكْبَرُ
أَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًۭا رَّسُولُ ٱللَّهِ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًۭا رَّسُولُ ٱللَّهِ
حَيَّ عَلَى ٱلصَّلَوٰةِ
حَيَّ عَلَى ٱلصَّلَوٰةِ
حَيَّ عَلَى ٱلْفَلَاحِ
حَيَّ عَلَى ٱلْفَلَاحِ
ٱللَّهُ أَكْبَرُ ٱللَّهُ أَكْبَرُ
لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ

Lafazh Iqamah:

ٱللَّهُ أَكْبَرُ ٱللَّهُ أَكْبَرُ
أَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًۭا رَّسُولُ ٱللَّهِ
حَيَّ عَلَى ٱلصَّلَوٰةِ
حَيَّ عَلَى ٱلْفَلَاحِ
قَدْ قَامَتِ ٱلصَّلَوٰةُ قَدْ قَامَتِ ٱلصَّلَوٰةُ
ٱللَّهُ أَكْبَرُ ٱللَّهُ أَكْبَرُ
لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ


Adab Muadzin

  1. Ikhlas karena Allah ﷻ

  2. Berada dalam keadaan suci

  3. Menghadap kiblat

  4. Memasukkan jari ke telinga saat adzan

  5. Mengangkat suara dengan jelas

  6. Berhenti sejenak di setiap kalimat

  7. Tidak menerima upah dari adzannya

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا أَذَّنْتَ فَأَرْفِعْ صَوْتَكَ بِٱلنِّدَاءِ، فَإِنَّهُ لَا يَسْمَعُ صَوْتَ ٱلْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلَا إِنسٌ وَلَا شَىْءٌ إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ

Dari Abu Sa’id Al-Khudri رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda: “Jika kamu mengumandangkan adzan, maka keraskanlah suaramu, karena siapa pun yang mendengar suara muadzin, baik jin, manusia atau makhluk lain, niscaya akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله)


Jawaban dan Doa Setelah Adzan

Disunnahkan bagi siapa pun yang mendengar adzan untuk menjawab setiap kalimat adzan seperti yang diucapkan muadzin, kecuali saat kalimat حَيَّ عَلَى ٱلصَّلَوٰةِ dan حَيَّ عَلَى ٱلْفَلَاحِ, maka dijawab:

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِ

Setelah adzan, disunnahkan membaca shalawat, lalu membaca doa:

اللَّهُمَّ رَبَّ هَٰذِهِ ٱلدَّعْوَةِ ٱلتَّامَّةِ، وَٱلصَّلَاةِ ٱلْقَائِمَةِ، ءَاتِ مُحَمَّدًا ٱلْوَسِيلَةَ وَٱلْفَضِيلَةَ، وَٱبْعَثْهُ مَقَامًۭا مَّحْمُودًا ٱلَّذِى وَعَدتَّهُ

“Ya Allah, Tuhan yang memiliki seruan yang sempurna ini dan shalat yang akan ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad al-wasilah dan keutamaan, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji sebagaimana yang Engkau janjikan kepadanya.” (HR. Bukhari no. 614 dan Abu Dawud no. 529)


Penutup

Adzan dan iqamah bukan sekadar rutinitas sebelum shalat, tetapi ia adalah syiar agung yang menunjukkan identitas Islam. Menegakkannya adalah bentuk ketaatan dan menjaga sunnah Rasulullah ﷺ. Maka, marilah kita muliakan panggilan adzan, menjaga adabnya, serta menghidupkan sunnah dalam menjawab dan berdoa setelahnya.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top