Pengantar
Tauhid Uluhiyyah merupakan inti dakwah seluruh para nabi dan rasul. Ia adalah bentuk realisasi tauhid yang paling utama, yakni mengesakan Allah ﷻ dalam segala bentuk ibadah. Tanpa tauhid uluhiyyah, seseorang belum dianggap sebagai seorang Muslim sejati, meskipun ia mengakui bahwa Allah ﷻ adalah Pencipta dan Pengatur alam semesta.
Makna Tauhid Uluhiyyah: Ibadah Hanya kepada Allah
Tauhid Uluhiyyah disebut juga dengan tauhid ibadah, karena inti dari uluhiyyah adalah menujukan seluruh bentuk ibadah hanya kepada Allah ﷻ semata, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Kata الإله (al-ilāh) secara bahasa berarti yang disembah. Maka lā ilāha illallāh berarti “tidak ada yang berhak disembah selain Allah”. Ini bukan hanya pernyataan lisan, tetapi komitmen untuk tidak menyembah kecuali kepada Allah ﷻ saja, baik dalam doa, shalat, nadzar, sembelihan, tawakkal, cinta, takut, harapan, dan bentuk ibadah lainnya.
Allah ﷻ berfirman:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan (QS. Al-Fātiḥah: 5)
Ayat ini merupakan deklarasi tauhid uluhiyyah yang setiap Muslim ucapkan minimal 17 kali dalam sehari semalam saat shalat.
Perbedaan Uluhiyyah dan Rububiyyah
Banyak orang mengira bahwa cukup dengan mengakui bahwa Allah ﷻ sebagai Pencipta (rububiyyah), seseorang telah bertauhid. Padahal, tauhid uluhiyyah lebih dari sekadar pengakuan, ia adalah perbuatan yang mengesakan Allah ﷻ dalam setiap ibadah.
Berikut perbedaan mendasarnya:
Tauhid Rububiyyah | Tauhid Uluhiyyah |
---|---|
Mengakui bahwa Allah ﷻ yang mencipta, mengatur, memberi rezeki, dsb | Mengesakan Allah ﷻ dalam seluruh bentuk ibadah |
Bersifat pengetahuan dan pengakuan | Bersifat amal dan pengamalan |
Diakui oleh kaum musyrikin Quraisy | Tidak mereka amalkan sehingga tetap musyrik |
Tidak cukup untuk masuk Islam | Wajib disertai tauhid uluhiyyah |
Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa (QS. Al-Baqarah: 21)
Ayat ini menunjukkan perintah untuk beribadah (uluhiyyah) kepada Allah ﷻ, karena Dialah satu-satunya Rabb yang menciptakan (rububiyyah).
Contoh Ibadah dalam Uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah mencakup seluruh ibadah, baik lahir maupun batin. Di antaranya:
-
Doa: tidak boleh meminta kepada selain Allah ﷻ
-
Shalat: hanya dilakukan untuk Allah ﷻ
-
Nadzar dan sembelihan: hanya ditujukan kepada Allah ﷻ
-
Cinta, takut, harapan: ditujukan dengan puncaknya kepada Allah ﷻ
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَلَّى لِرِيَاءٍ فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ صَامَ لِرِيَاءٍ فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَصَدَّقَ لِرِيَاءٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
Barang siapa shalat karena riya’, maka ia telah berbuat syirik. Barang siapa puasa karena riya’, maka ia telah berbuat syirik. Barang siapa bersedekah karena riya’, maka ia telah berbuat syirik (HR. Ahmad, dari sahabat Mahmud bin Labid رضي الله عنه, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Penutup
Tauhid uluhiyyah adalah esensi dari syahadat lā ilāha illallāh. Ia bukan sekadar pengakuan bahwa Allah ﷻ itu ada, tetapi komitmen bahwa seluruh ibadah hanya untuk-Nya. Inilah tauhid yang menjadi misi utama dakwah para nabi dan menjadi pembeda antara seorang Muslim dengan orang musyrik. Maka, hendaknya setiap Muslim menata tauhidnya dan memastikan bahwa ibadahnya benar-benar ikhlas untuk Allah ﷻ semata.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|