Pengantar
Tauhid Asma’ wa Sifat adalah bagian penting dari tauhid yang harus dipahami setiap Muslim. Ia merupakan bentuk pengesaan Allah ﷻ dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya, sesuai dengan apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pemahaman yang benar dalam bab ini akan menjaga aqidah seorang Muslim dari penyimpangan seperti tasybih (penyerupaan), ta’thil (penolakan), dan lainnya, sebagaimana banyak terjadi pada golongan-golongan sesat.
Makna dan Prinsip Dasar Tauhid Asma wa Sifat
Tauhid Asma’ wa Sifat adalah mengesakan Allah ﷻ dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang telah Dia tetapkan sendiri dalam Al-Qur’an dan yang ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ dalam hadits-hadits yang shahih, tanpa menyelewengkan makna, menolak, menyerupakan, ataupun mempertanyakan bagaimana bentuknya.
وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُواْ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِيٓ أَسْمَـٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Dan Allah memiliki nama-nama yang terbaik (Asmaul Husna), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam (penggunaan) nama-nama-Nya. Mereka akan mendapat balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (QS. Al-A‘rāf: 180)
Kaidah Ahlus Sunnah dalam Menetapkan Nama dan Sifat Allah
Para ulama Ahlus Sunnah wal Jama‘ah telah menetapkan kaidah-kaidah penting dalam memahami nama dan sifat Allah ﷻ:
1. Nama dan sifat Allah ﷻ hanya ditetapkan berdasarkan dalil syar’i
Tidak boleh menetapkan nama atau sifat bagi Allah ﷻ berdasarkan akal atau khayalan, tetapi hanya dari Al-Qur’an dan hadits yang shahih.
2. Iman terhadap nama dan sifat Allah ﷻ tanpa tahrif, ta’thil, takyif, dan tamtsil
Hal ini sesuai dengan firman Allah ﷻ:
لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. Asy-Syūrā: 11)
3. Nama Allah ﷻ adalah husna (terbaik), dan sifat-sifat-Nya adalah ‘ulya (paling tinggi)
Nama-nama Allah ﷻ menunjukkan keagungan-Nya, dan setiap nama pasti mengandung sifat yang sempurna.
Penolakan Tahrif, Ta’thil, Takyif, dan Tamtsil
1. Tahrif (تحريف)
Adalah menyelewengkan makna dari teks aslinya. Misalnya, menafsirkan “tangan Allah” sebagai “kekuasaan” saja tanpa dalil.
2. Ta’thil (تعطيل)
Adalah menolak sifat Allah ﷻ secara keseluruhan. Ini dilakukan oleh kelompok Jahmiyyah yang mengingkari semua sifat Allah ﷻ.
3. Takyif (تكييف)
Adalah mempertanyakan atau menetapkan “bagaimana” bentuk sifat Allah ﷻ. Seperti bertanya, “Bagaimana Allah turun ke langit dunia?” Padahal, hal itu termasuk perkara ghaib yang tidak boleh dikiaskan kepada makhluk.
4. Tamtsil (تمثيل)
Adalah menyerupakan sifat Allah ﷻ dengan sifat makhluk. Ini adalah penyimpangan yang jelas dari prinsip tauhid.
Imam Malik رحمه الله pernah ditanya tentang firman Allah ﷻ:
ٱلرَّحْمَـٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ
Yang Maha Pemurah beristiwa’ di atas Arsy (QS. Ṭāhā: 5)
Maka beliau menjawab:
الاستواء معلوم، والكيف مجهول، والإيمان به واجب، والسؤال عنه بدعة
Istiwa’ itu diketahui (maknanya), bagaimana bentuknya tidak diketahui, mengimaninya wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid‘ah
Ini adalah kaidah emas dalam memahami sifat-sifat Allah ﷻ.
Hadits-hadits tentang Nama dan Sifat Allah
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَنَامِ، فَقَالَ: يَا أَبَا حُمَيْدٍ، مَنْ دَعَا بِهَذَا الدُّعَاءِ مِنْ أُمَّتِي فِي كُلِّ يَوْمٍ، غُفِرَتْ ذُنُوبُهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
Aku melihat Nabi ﷺ dalam mimpi, lalu beliau bersabda: Wahai Abu Humayd, siapa pun dari umatku yang berdoa dengan doa ini setiap hari, dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan
(HR. At-Tirmidzi, dari Abu Humayd رضي الله عنه, hasan menurut Syaikh Al-Albani)
Penutup
Tauhid Asma wa Sifat adalah bagian penting dari aqidah seorang Muslim. Ia menjadikan seorang hamba mengenal Rabbnya dengan benar, memuliakan-Nya, dan beribadah kepada-Nya dengan cinta dan pengagungan yang sempurna. Dengan memahami dan menetapkan nama serta sifat Allah ﷻ sesuai petunjuk wahyu, seorang Muslim akan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan aqidah dan akan kokoh di atas manhaj Ahlus Sunnah wal Jama‘ah.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|