Gelombang Migrasi Yahudi ke Palestina
Setelah Deklarasi Balfour 1917, Palestina secara efektif menjadi wilayah jajahan Inggris melalui sistem yang disebut Mandat Inggris, yang disahkan oleh Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1922. Sistem ini memberikan kewenangan penuh kepada Inggris untuk mengatur dan mengendalikan Palestina, termasuk menjalankan isi deklarasi yang mereka buat sendiri: pembentukan rumah nasional bagi bangsa Yahudi.
Sejak saat itu, Inggris secara aktif membuka pintu imigrasi Yahudi dari Eropa ke Palestina. Dalam kurun waktu 30 tahun (1917–1947), jumlah penduduk Yahudi di Palestina meningkat drastis:
-
Tahun 1917: ±56.000 Yahudi
-
Tahun 1947: ±650.000 Yahudi
Gelombang imigrasi ini terjadi dalam beberapa tahap besar yang disebut Aliyah, dengan dukungan penuh dari organisasi Zionis dan perlindungan militer Inggris. Mereka membeli tanah-tanah rakyat Palestina (seringkali melalui penipuan dan tekanan) dan mendirikan pemukiman eksklusif Yahudi, disertai pelatihan militer.
Sementara itu, penduduk Palestina—yang mayoritasnya Muslim—semakin terpinggirkan, kehilangan tanah, pekerjaan, dan hak-hak politiknya.
Taktik Inggris dalam Melemahkan Penduduk Palestina
Inggris tidak hanya menjadi fasilitator, tetapi juga aktor utama dalam penjajahan. Mereka menggunakan berbagai taktik untuk melemahkan perlawanan rakyat Palestina dan memastikan proyek Zionisme berjalan lancar.
1. Membekingi Zionis secara Militer dan Politik
Pasukan Inggris melindungi pemukiman Yahudi, melatih milisi bersenjata Zionis seperti:
-
Haganah
-
Irgun
-
Lehi (Stern Gang)
Mereka bahkan menangkapi pemuda-pemuda Palestina yang melawan, dan mengeksekusi para ulama serta pejuang yang membangkitkan semangat jihad.
2. Politik Adu Domba
Inggris dengan licik memecah belah umat Islam, baik antar suku maupun antara pemimpin politik dan agama. Mereka menggunakan metode “divide et impera” (pecah belah lalu kuasai) sebagaimana dilakukan di berbagai jajahan lain.
3. Pembatasan Senjata dan Pendidikan
-
Penduduk Palestina dilarang memiliki senjata, sementara milisi Zionis justru dipersenjatai.
-
Sekolah-sekolah Islam dan pusat-pusat dakwah dibatasi dan diawasi ketat oleh Inggris.
-
Buku-buku dan khotbah yang membangkitkan perlawanan dilarang dan dibakar.
4. Penindasan Brutal terhadap Demonstrasi Damai
Setiap aksi demonstrasi rakyat Palestina dibalas dengan kekerasan ekstrem. Rakyat dibunuh, rumah-rumah dihancurkan, dan desa-desa dibumihanguskan dengan dalih keamanan.
Pemberontakan Rakyat Palestina Melawan Penjajahan
Meski berada dalam tekanan hebat, rakyat Palestina tidak tinggal diam. Mereka melakukan berbagai bentuk perlawanan, baik melalui diplomasi, demonstrasi, hingga perlawanan bersenjata.
1. Pemberontakan Besar 1920–1921
Perlawanan rakyat dimulai sejak awal pendudukan Inggris. Aksi-aksi protes terjadi di berbagai kota seperti Yerusalem, Jaffa, dan Hebron. Inggris membalasnya dengan penangkapan massal dan eksekusi terbuka.
2. Pemberontakan Hebron dan Safad (1929)
Kerusuhan besar meledak di Hebron dan Safad setelah muncul laporan bahwa Yahudi berusaha menguasai Masjid Al-Aqsha. Rakyat Palestina bereaksi keras, dan Inggris merespons dengan menjatuhkan hukuman mati kepada para pejuang dan memperluas wilayah kontrol Yahudi.
3. Revolusi Arab Palestina (1936–1939)
Ini adalah puncak perlawanan rakyat Palestina terhadap Inggris dan Zionis. Selama tiga tahun, rakyat Palestina melakukan pemogokan massal, sabotase infrastruktur Inggris, dan serangan terhadap pemukiman Zionis.
Para pemimpin perlawanan seperti:
-
Izzuddin Al-Qassam (ulama mujahid yang gugur di medan tempur),
-
Haj Amin Al-Husayni (mufti Yerusalem), menjadi simbol perlawanan rakyat Palestina.
Namun Inggris dengan bantuan Zionis melakukan operasi militer brutal:
-
Ribuan rumah dihancurkan
-
Lebih dari 5.000 orang dibunuh
-
Puluhan ribu dipenjara
Revolusi ini akhirnya berhasil dipadamkan, tetapi semangat jihad rakyat Palestina tidak pernah padam.
Pandangan Islam terhadap Penjajahan dan Perlawanan
Islam melarang keras segala bentuk penjajahan dan memerintahkan kaum Muslimin untuk melawan kezaliman. Allah ﷻ berfirman:
وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا مِنْ هٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ اَهْلُهَا…
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang tertindas di antara laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang berdoa: Ya Rabb kami, keluarkanlah kami dari negeri ini, yang penduduknya zalim…”
(QS. An-Nisa: 75)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
“Barangsiapa terbunuh karena membela hartanya, maka ia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela agamanya, maka ia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela darahnya, maka ia syahid. Dan barangsiapa terbunuh karena membela keluarganya, maka ia syahid.”
(HR. Abu Dawud no. 4772, At-Tirmidzi no. 1421 – Shahih menurut Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi)
Kesimpulan
Masa Mandat Inggris atas Palestina (1917–1948) adalah masa kelam yang penuh konspirasi, pengkhianatan, dan kezaliman. Inggris bukan hanya penjajah, tetapi juga pengatur jalan bagi lahirnya Israel. Mereka memfasilitasi migrasi Yahudi, menghancurkan struktur sosial Palestina, dan menumpas perlawanan rakyat.
Namun di tengah penderitaan itu, rakyat Palestina menunjukkan keberanian dan keteguhan luar biasa. Perlawanan yang mereka lakukan menjadi warisan semangat jihad yang terus menggelora hingga hari ini.
Kita sebagai umat Islam wajib memahami sejarah ini, bukan sekadar untuk mengenang, tetapi untuk membangkitkan kesadaran bahwa perjuangan membela Palestina adalah bagian dari iman kita kepada Allah ﷻ.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|