Pendahuluan
Lisan adalah nikmat Allah ﷻ yang sangat besar, namun sekaligus bisa menjadi sumber bencana jika tidak dijaga. Banyak dosa besar bersumber dari ucapan, mulai dari ghibah, fitnah, hingga perkataan yang menyakiti sesama. Islam menaruh perhatian besar terhadap penjagaan lisan, bahkan Rasulullah ﷺ menyandingkan keselamatan lisan dengan keselamatan hati dalam banyak sabdanya. Artikel ini membahas pentingnya menjaga lisan berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah, serta kapan sebaiknya diam dan kapan wajib berkata baik.
Perintah Menjaga Lisan dalam Al-Qur’an
Allah ﷻ berfirman:
مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qāf: 18)
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap kata yang keluar dari lisan akan dicatat, baik atau buruk. Oleh karena itu, menjaga lisan bukan sekadar adab, tetapi kewajiban syar’i.
Sabda Nabi ﷺ tentang Menjaga Lisan
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Nabi ﷺ bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari no. 6136 dan Muslim no. 47)
Diam lebih selamat daripada berbicara tanpa ilmu atau tanpa manfaat. Perkataan yang sia-sia bisa menyeret kepada dosa, sementara diam menyelamatkan.
Bahaya Lisan yang Tidak Dijaga
1. Menjerumuskan ke Neraka
Rasulullah ﷺ bersabda:
وَهَلْ يَكُبُّ ٱلنَّاسَ فِى ٱلنَّارِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ إِلَّا حَصَآئِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟
Dari Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah manusia diseret ke neraka dengan wajahnya melainkan karena hasil dari lisannya.” (HR. Tirmidzi no. 2616, dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله)
Ucapan yang tak dijaga bisa menjadi sebab utama seseorang masuk neraka, walaupun amal lainnya terlihat baik.
2. Mendatangkan Murka Allah ﷻ
قُولُوا۟ قَوْلًۭا سَدِيدًۭا
“Berkatalah dengan perkataan yang benar.” (QS. Al-Aḥzāb: 70)
Allah ﷻ memerintahkan untuk berkata jujur dan lurus. Ucapan yang menyimpang akan mendatangkan murka dan azab-Nya.
Kapan Harus Diam dan Kapan Harus Bicara?
Wajib Diam:
-
Ketika tidak tahu atau tidak yakin terhadap suatu perkara
-
Saat sedang emosi atau marah
-
Jika perkataan akan menyakiti, menjatuhkan, atau membuka aib orang lain
-
Dalam majelis yang penuh kemaksiatan
Wajib Bicara:
-
Menyampaikan kebenaran dan menasihati dengan hikmah
-
Menjawab pertanyaan ilmu jika memiliki pengetahuan
-
Membela orang yang dizalimi
-
Menyebarkan ilmu dan kebaikan
Adab Lisan dalam Islam
1. Berkata Jujur
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّـٰدِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Tawbah: 119)
Jujur adalah pangkal kebaikan. Lidah yang jujur mencerminkan hati yang lurus.
2. Menjauhi Ghibah dan Namimah
وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (QS. Al-Ḥujurāt: 12)
Ghibah adalah dosa besar yang dianggap remeh oleh banyak orang. Padahal akibatnya sangat berat di akhirat.
3. Berkata Lemah Lembut
وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًۭا
“Dan ucapkanlah perkataan yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83)
Perkataan yang lembut dan santun bisa meluluhkan hati, menyatukan umat, dan mendatangkan pahala yang besar.
Penutup
Menjaga lisan adalah bagian dari kesempurnaan iman. Seorang Muslim yang baik bukan hanya rajin ibadah, tetapi juga menjaga lisannya dari ucapan yang sia-sia, dusta, dan menyakitkan. Ketika tidak ada kebaikan dalam ucapan, diam adalah pilihan terbaik. Semoga Allah ﷻ senantiasa menjaga lisan kita agar selalu digunakan dalam kebaikan dan dijauhkan dari keburukan.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|