Pengantar
Banyak orang merasa lega setelah menyelesaikan ibadah Ramadhan, namun tidak sedikit pula yang langsung kembali pada kebiasaan lama—meninggalkan ibadah, malas membaca Al-Qur’an, lalai dari dzikir, dan berat dalam kebaikan. Padahal, indikator keberhasilan Ramadhan sesungguhnya bukan pada akhir Ramadhan, tetapi pada bagaimana kita menjalani hari-hari setelahnya, terutama di bulan Syawal.
Artikel ini mengajak kita untuk melihat kembali kualitas Ramadhan kita melalui cerminan amalan di bulan Syawal, berdasarkan dalil-dalil shahih dan penjelasan para ulama.
1. Tanda Diterimanya Amal: Amal yang Berlanjut
Para ulama salaf berkata:
ثواب الحسنة الحسنة بعدها، وعقوبة السيئة السيئة بعدها
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya, dan hukuman dari keburukan adalah keburukan setelahnya.”
Artinya, amalan Ramadhan yang benar-benar tulus dan ikhlas akan membuahkan semangat untuk melanjutkan kebaikan, bukan berhenti setelah hari raya.
Allah ﷻ berfirman:
وَٱلَّذِينَ ٱهْتَدَوْا۟ زَادَهُمْ هُدًى وَءَاتَىٰهُمْ تَقْوَىٰهُمْ
“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka ketakwaan.”
📖 (QS. Muhammad: 17)
2. Kualitas Ramadhan Diukur dari Amalan di Syawal
Ramadhan adalah bulan pembinaan, sedangkan Syawal adalah bulan ujian dan pembuktian. Berikut ini beberapa hal yang bisa dijadikan indikator:
✅ 1. Apakah Kita Masih Rajin Beribadah?
-
Masihkah kita menjaga shalat tepat waktu dan berjamaah?
-
Apakah tilawah Al-Qur’an masih menjadi rutinitas?
✅ 2. Apakah Kita Terus Berpuasa Sunnah?
Dari Abu Ayyub Al-Anshari رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa berpuasa Ramadhan, lalu mengikutinya dengan enam hari dari bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.”
📖 (HR. Muslim no. 1164)
Hadits ini menunjukkan bahwa puasa Syawal adalah lanjutan amal, bukan pengganti Ramadhan. Ia menjadi ukuran ketulusan hati dalam menjaga ibadah.
✅ 3. Apakah Kita Semakin Baik dalam Akhlak?
Ramadhan melatih akhlak, dan Syawal menjadi ajang untuk menerapkannya. Jika setelah Ramadhan kita menjadi:
-
Lebih sabar
-
Lebih santun kepada orang tua
-
Lebih lembut kepada istri, suami, anak, tetangga
… maka Ramadhan kita berhasil.
3. Bahaya Jika Semangat Ibadah Hilang Setelah Ramadhan
❌ Kemungkinan Amal Tidak Diterima
Imam Al-Hasan Al-Bashri رحمه الله berkata:
“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan amal bagi orang yang lebih utama hanyalah di satu waktu, lalu ia tinggalkan setelahnya. Tetapi amal orang yang benar itu adalah amal yang langgeng selama ia hidup.”
❌ Tertipu oleh Amal Musiman
Sebagian orang merasa puas hanya dengan amal Ramadhan. Padahal Nabi ﷺ adalah teladan dalam beramal sepanjang waktu, tidak hanya musiman.
Aisyah رضي الله عنها berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا عَمِلَ عَمَلًا أَثْبَتَهُ
“Jika Rasulullah ﷺ melakukan suatu amal, beliau akan terus menjaganya.”
📖 (HR. Muslim no. 782)
4. Bagaimana Menjaga Kebaikan Pasca Ramadhan?
✅ Niat yang Benar: Beramal Karena Allah ﷻ
Bukan karena momen, bukan karena orang lain, tetapi karena kecintaan kepada Allah ﷻ.
✅ Buat Target Ibadah Rutin
-
1 halaman Al-Qur’an setiap hari
-
Puasa sunnah Senin-Kamis
-
Dzikir pagi dan petang
-
2 rakaat shalat malam dalam seminggu
✅ Gabung dalam Lingkungan Baik
Istiqamah sulit tanpa dukungan. Maka cari lingkungan dan sahabat yang juga semangat beramal.
Kesimpulan
✅ Kualitas Ramadhan bisa dilihat dari semangat amal di bulan Syawal
✅ Amalan yang terus berlanjut setelah Ramadhan adalah tanda diterimanya ibadah
✅ Syawal bukan akhir dari ibadah, tapi awal dari perjalanan panjang menuju istiqamah
✅ Bahaya besar jika semangat ibadah hilang setelah Ramadhan, karena bisa menunjukkan lemahnya keikhlasan
✅ Jaga semangat, jaga lingkungan, dan jadikan kebaikan sebagai kebutuhan harian
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba yang senantiasa menjaga kualitas amal, bukan hanya di bulan mulia, tapi di sepanjang hidup kita. Aamiin.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|