Meneladani Sifat Tawadhu Rasulullah ﷺ

Pendahuluan

Tawadhu adalah sifat mulia yang mencerminkan kerendahan hati, menjauh dari kesombongan, dan menempatkan diri sesuai pada tempatnya. Sifat ini adalah bagian dari akhlak para nabi, dan Rasulullah ﷺ adalah teladan utama dalam hal tawadhu. Meskipun beliau ﷺ adalah manusia terbaik dan pemimpin umat, beliau menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan dan sikap rendah hati kepada semua orang. Artikel ini akan menguraikan teladan sifat tawadhu Rasulullah ﷺ berdasarkan Al-Qur’an, hadits-hadits shahih, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Perintah Tawadhu dalam Al-Qur’an

Allah ﷻ berfirman:

وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًۭا

“Dan janganlah kamu berjalan di bumi dengan sombong. Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Isrā’: 37)

Ayat ini melarang kesombongan dan memerintahkan sikap rendah hati. Tawadhu adalah jalan menuju kemuliaan di sisi Allah ﷻ.

Rasulullah ﷺ: Teladan Utama dalam Tawadhu

1. Tawadhu dalam Pergaulan Sehari-hari

Rasulullah ﷺ tidak pernah bersikap angkuh terhadap orang lain. Beliau ﷺ biasa duduk bersama para sahabatnya tanpa membedakan diri, bahkan para pendatang sering tidak tahu mana yang Nabi ﷺ karena beliau duduk sejajar dengan mereka.

Dalam hadits dari Abu Hurairah رضي الله عنه, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُجَالِسُ الْفُقَرَاءَ، وَيَأْكُلُ مَعَهُم، وَيُعَاوِنُ أَهْلَهُ فِي أَعْمَالِ الْبَيْتِ

“Rasulullah ﷺ biasa duduk bersama orang-orang miskin, makan bersama mereka, dan membantu keluarganya dalam pekerjaan rumah.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله dalam As-Silsilah Ash-Shahihah)

2. Tawadhu terhadap Anak-anak dan Budak

Rasulullah ﷺ menaruh perhatian besar kepada anak-anak dan para budak. Beliau ﷺ menyambut mereka dengan senyum, menepuk kepala mereka, dan memenuhi undangan makan mereka walau hanya disuguhi makanan sederhana.

Anas bin Malik رضي الله عنه berkata:

خَدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ عَشْرَ سِنِينَ، فَمَا قَالَ لِي أُفٍّ قَطُّ، وَمَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ فَعَلْتُهُ: لِمَ فَعَلْتَهُ؟ وَلَا لِشَيْءٍ لَمْ أَفْعَلْهُ: أَلَا فَعَلْتَهُ؟

“Aku telah melayani Rasulullah ﷺ selama sepuluh tahun, dan beliau tidak pernah berkata kepadaku: ‘Ah!’ sama sekali. Tidak pula berkata: ‘Mengapa kau lakukan itu?’ atau ‘Mengapa tidak kau lakukan ini?’”
(HR. Bukhari no. 6038 dan Muslim no. 2309)

3. Tawadhu dalam Kepemimpinan

Meski beliau ﷺ adalah pemimpin tertinggi umat Islam, beliau tidak merasa lebih mulia dari orang lain. Dalam peristiwa Fathu Makkah, beliau ﷺ masuk kota Makkah dengan kepala tertunduk sebagai bentuk kerendahan di hadapan Allah ﷻ, padahal itu adalah momen kemenangan besar.

Ibnu Qayyim رحمه الله berkata:

“Ketika Rasulullah ﷺ masuk ke Makkah sebagai pemenang, beliau menundukkan kepala beliau sehingga jenggot beliau hampir menyentuh pelana unta karena tawadhu kepada Rabb-nya.”

Keutamaan Sifat Tawadhu

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah seseorang merendahkan dirinya karena Allah ﷻ, kecuali Allah akan mengangkat derajatnya.”
(HR. Muslim no. 2588)

Tawadhu adalah sebab ditinggikannya derajat di dunia dan akhirat, dan sebaliknya, kesombongan adalah sebab kehinaan dan kehancuran.

Meneladani Tawadhu Rasulullah ﷺ dalam Kehidupan Kita

  • Rendah hati dalam berbicara dan bersikap, tidak memandang rendah siapa pun

  • Menerima kebenaran walaupun datang dari orang yang lebih muda atau dari orang biasa

  • Tidak suka dipuji dan disanjung, sebagaimana Rasulullah ﷺ tidak suka dipanggil dengan gelar berlebihan

  • Mendahulukan kepentingan orang lain, bahkan dalam hal yang tampak kecil seperti antrian, tempat duduk, atau berbagi makanan

  • Memudahkan urusan orang lain dan tidak mempersulit dalam perkara dunia maupun agama

Penutup

Sifat tawadhu adalah mahkota akhlak Nabi ﷺ yang patut diteladani oleh setiap Muslim. Ia bukan hanya akhlak yang indah, tetapi juga kunci kemuliaan dan diterimanya amal di sisi Allah ﷻ. Semakin tinggi ilmu, jabatan, atau kedudukan seseorang, semakin ia membutuhkan sifat tawadhu. Semoga kita mampu meneladani Rasulullah ﷺ dalam kerendahan hatinya, agar hidup kita penuh keberkahan dan kemuliaan di sisi Rabb kita.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top
1
Admin Yayasan Amal Mata Hati
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ada yang bisa kami bantu?