Makna Laa Ilaaha Illallah

Pengantar

Kalimat Laa ilaaha illallah adalah asas Islam dan pondasi seluruh ajaran agama. Ia disebut sebagai kalimat tauhid, yang menjadi pembeda antara Muslim dan kafir. Namun, pemahaman terhadap kalimat ini tidak cukup hanya dengan lisan, melainkan harus dipahami maknanya, dipenuhi syarat-syaratnya, dan dilaksanakan konsekuensinya. Dalam artikel ini akan dibahas makna kalimat Laa ilaaha illallah berdasarkan pemahaman para ulama salaf, serta syarat dan konsekuensi yang mengikat setiap Muslim.

Makna Laa Ilaaha Illallah

Kalimat Laa ilaaha illallah terdiri dari dua bagian:

  • Laa ilaaha: penafian terhadap segala bentuk sesembahan selain Allah ﷻ

  • illallah: penetapan bahwa hanya Allah ﷻ yang berhak disembah

Maknanya adalah: “Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah.”
Bukan sekadar mengakui keberadaan Tuhan, namun mengingkari seluruh sesembahan selain Allah ﷻ dan menetapkan ibadah hanya kepada-Nya.

Firman Allah ﷻ:

فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ

Maka ketahuilah, bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah (QS. Muḥammad: 19)

Kalimat ini menuntut pengingkaran terhadap thāghūt dan pengesaan Allah ﷻ dalam ibadah.

Tafsir Kalimat Tauhid Menurut Salaf

Para ulama salaf menjelaskan bahwa kalimat Laa ilaaha illallah tidak hanya bermakna “tidak ada Tuhan selain Allah”, namun “tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah.”

  • Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:
    “Makna kalimat ini bukan sekadar mengucapkan dengan lisan, tetapi mengingkari segala sesembahan selain Allah dan mengesakan-Nya dalam seluruh ibadah.”

  • Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله menjelaskan:
    “Kalimat ini mengandung dua rukun: penafian dan penetapan. Penafian terhadap segala bentuk sesembahan selain Allah, dan penetapan bahwa ibadah hanya untuk Allah.”

  • Imam Al-Bukhari رحمه الله menyebutkan dalam Shahih-nya:
    “Bab: Ilmu sebelum ucapan dan amal”, lalu beliau menyebutkan ayat: فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ (QS. Muḥammad: 19). Ini menunjukkan bahwa pengucapan Laa ilaaha illallah harus didasari dengan ilmu dan pemahaman.”

Syarat Laa Ilaaha Illallah

Kalimat tauhid ini tidak akan bermanfaat bagi seseorang kecuali jika terpenuhi syarat-syaratnya. Para ulama menyebutkan bahwa ada tujuh syarat utama dari kalimat Laa ilaaha illallah, yang disingkat dengan: ‘Ilmun, Yaqīn, Qabūlun, Inqiyādun, Shidqun, Ikhlāshun, dan Mahabbah.

  1. ‘Ilm (Ilmu) – Mengetahui makna dan kandungannya

  2. Yaqīn (Yakin) – Tidak ada keraguan dalam hati

  3. Qabūl (Menerima) – Menerima kebenarannya secara lahir dan batin

  4. Inqiyād (Tunduk dan patuh) – Siap menjalankan perintah dan meninggalkan larangan

  5. Shidq (Jujur) – Mengucapkannya dengan jujur dari hati, bukan sekadar lisan

  6. Ikhlāsh (Ikhlas) – Menyembah Allah ﷻ semata tanpa riya’ dan syirik

  7. Mahabbah (Cinta) – Mencintai kalimat ini dan orang-orang yang mengamalkannya

Tanpa syarat-syarat ini, kalimat tauhid hanya menjadi hiasan lisan yang tidak bermanfaat di akhirat.

Konsekuensi Kalimat Tauhid

Mengucapkan Laa ilaaha illallah berarti:

  • Menolak semua bentuk syirik, bid‘ah, dan ibadah kepada selain Allah ﷻ

  • Mewajibkan pengingkaran terhadap thāghūt (segala yang disembah selain Allah)

  • Mengharuskan pelakunya untuk memurnikan seluruh ibadah kepada Allah ﷻ

  • Mengikat hati dan perbuatan untuk tunduk sepenuhnya pada syariat Allah ﷻ

وَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ

Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul, (agar menyerukan): Sembahlah Allah dan jauhilah thāghūt (QS. An-Naḥl: 36)

Hadits tentang Keutamaan Laa Ilaaha Illallah

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barang siapa mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan tulus dari hatinya, maka ia akan masuk surga
(HR. Bukhari, dari sahabat Anas bin Mālik رضي الله عنه)

Penutup

Kalimat Laa ilaaha illallah bukan sekadar ucapan rutin atau tradisi turun-temurun, tetapi pernyataan tauhid yang penuh makna, syarat, dan konsekuensi. Barang siapa memahami dan mengamalkannya dengan benar, ia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Namun siapa yang mengucapkannya tanpa memenuhi syarat dan konsekuensinya, maka ia belum benar-benar bertauhid.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top
1
Admin Yayasan Amal Mata Hati
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ada yang bisa kami bantu?