Turunnya Wahyu Pertama di Gua Hira

Kisah Jibril عليه السلام Datang dengan Wahyu Pertama

Di usia empat puluh tahun, Nabi Muhammad ﷺ mulai sering menyendiri di Gua Hira, sebuah gua di Jabal Nur, sekitar tiga mil dari Makkah. Beliau ﷺ beribadah dengan penuh kekhusyukan, menjauhi kebiasaan jahiliyah, dan bertafakur atas penciptaan langit dan bumi. Di sinilah, untuk pertama kalinya, wahyu diturunkan oleh Allah ﷻ melalui malaikat Jibril عليه السلام.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah رضي الله عنها disebutkan:

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مِنَ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّادِقَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ… حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ، فَجَاءَهُ الْمَلَكُ، فَقَالَ: اقْرَأْ، قَالَ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ… فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، فَقُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ… فَقَالَ:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ * خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ * اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ * الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ * عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

(QS Al-‘Alaq Ayat 1-5)
(Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya)
(HR. Bukhari dan Muslim)

Wahyu ini menandai awal kenabian beliau ﷺ sebagai utusan terakhir bagi umat manusia.


Reaksi Awal Nabi ﷺ Setelah Menerima Wahyu

Pengalaman pertama bertemu dengan malaikat Jibril عليه السلام membuat Rasulullah ﷺ ketakutan. Beliau pulang dengan tubuh gemetar dan berkata kepada istrinya:

زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي
(Selimuti aku, selimuti aku!)

Khadijah رضي الله عنها pun menyelimuti beliau dan berusaha menenangkan suaminya yang terguncang. Beliau ﷺ menceritakan apa yang dialaminya, khawatir bahwa sesuatu telah terjadi pada dirinya.

Namun Khadijah رضي الله عنها dengan penuh keyakinan berkata:

كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ، وَتَحْمِلُ الْكَلَّ، وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ

(Tidak, demi Allah! Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Engkau menyambung silaturrahim, berkata jujur, memikul beban orang lain, membantu orang miskin, memuliakan tamu, dan menolong orang yang terkena musibah di jalan kebenaran) (HR. Bukhari dan Muslim)


Dukungan Khadijah رضي الله عنها dan Konsultasi dengan Waraqah bin Nawfal

Untuk memastikan peristiwa yang dialaminya, Khadijah رضي الله عنها mengajak Nabi ﷺ menemui sepupunya, Waraqah bin Nawfal, seorang Nasrani yang masih memegang ajaran Tauhid.

Setelah mendengar kisah Nabi ﷺ, Waraqah berkata:

هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى

(Ini adalah Namus (Jibril) yang dahulu Allah turunkan kepada Musa) (HR. Bukhari)

Waraqah juga menyampaikan bahwa Nabi ﷺ akan didustakan, disakiti, dan diusir oleh kaumnya, namun beliau akan tetap teguh dan menjadi penegak risalah Allah ﷻ.


Penegasan Kenabian Nabi Muhammad ﷺ

Turunnya wahyu pertama menjadi titik awal kenabian Rasulullah ﷺ. Wahyu demi wahyu turun setelah itu, membentuk pondasi agama Islam. Dengan itu pula, Allah ﷻ memuliakan beliau ﷺ sebagai penutup para nabi.

Sebagaimana firman Allah ﷻ:

 مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ 

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)

Sejak saat itu, Nabi Muhammad ﷺ mengemban misi besar sebagai pembawa risalah Islam, mengajak manusia kepada tauhid, dan membebaskan mereka dari kesyirikan serta kegelapan.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top