Palestina di Bawah Khilafah Utsmaniyah

Palestina sebagai Bagian dari Kesultanan Utsmani

Pada tahun 1517 M, Palestina resmi menjadi bagian dari Kesultanan Utsmani setelah Sultan Selim I mengalahkan Dinasti Mamluk dalam Perang Ridaniya. Dengan ini, Palestina berada di bawah kekuasaan Utsmani selama 400 tahun hingga akhirnya jatuh ke tangan penjajah Barat pada awal abad ke-20.

Sebagai bagian dari Kesultanan Utsmani, Palestina mengalami berbagai perubahan besar, termasuk dalam bidang administrasi, ekonomi, dan sosial. Di bawah kekuasaan Utsmani, Palestina menjadi negeri yang stabil, jauh dari konflik besar seperti yang dialaminya pada masa Perang Salib atau sebelum penaklukan Islam.

Pada masa ini, Yerusalem (Al-Quds), Gaza, Hebron, dan kota-kota lainnya menjadi bagian dari wilayah administratif yang disebut Wilayah Syam, yang membentang dari Suriah, Lebanon, hingga Yordania.

Kesultanan Utsmani menjaga Palestina dengan ketat, mengingat statusnya sebagai tanah suci umat Islam dan tempat berdirinya Masjid Al-Aqsha, yang merupakan masjid suci ketiga dalam Islam setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Allah ﷻ berfirman:

سُبْحٰنَ الَّذِيٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra: 1)

Sebagai wilayah yang diberkahi Allah ﷻ, Kesultanan Utsmani memberikan perhatian khusus dalam menjaga Palestina dari ancaman luar, terutama dari kaum Zionis yang mulai merancang infiltrasi mereka sejak abad ke-19.


Kemakmuran dan Toleransi Agama di Palestina

Di bawah kekuasaan Utsmani, Palestina menjadi negeri yang makmur dan damai. Umat Islam, Nasrani, dan Yahudi hidup berdampingan tanpa ada konflik besar. Tidak ada penjajahan terhadap kelompok agama lain, sebagaimana yang dilakukan oleh Tentara Salib atau Zionis di kemudian hari.

Perkembangan Ekonomi dan Sosial

Pada masa Utsmani, Palestina mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, terutama dalam sektor:

  • Perdagangan: Palestina menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan Afrika, Eropa, dan Asia.
  • Pertanian: Wilayah-wilayah di sekitar Yerusalem dan Tepi Barat menjadi pusat pertanian yang menghasilkan gandum, buah-buahan, dan minyak zaitun.
  • Infrastruktur: Banyak jalan, jembatan, dan pasar yang dibangun untuk mendukung perekonomian rakyat.

Pembangunan Masjid dan Situs Islam

Kesultanan Utsmani juga melakukan restorasi besar-besaran terhadap Masjid Al-Aqsha dan Dome of the Rock (Qubbatus Sakhrah). Beberapa proyek besar yang dilakukan antara lain:

  • Renovasi Masjid Al-Aqsha dan pembangunan kubah berlapis emas oleh Sultan Suleiman Al-Qanuni (Suleiman the Magnificent).
  • Pembangunan dinding Kota Yerusalem, yang masih berdiri hingga hari ini.
  • Pemeliharaan situs-situs suci Islam, termasuk makam para sahabat dan Nabi.

Toleransi Agama yang Dijaga oleh Utsmani

Di bawah Kesultanan Utsmani, kaum Yahudi dan Nasrani tetap diperbolehkan tinggal di Palestina, tetapi mereka tidak diperkenankan untuk mendirikan negara sendiri atau mengklaim Yerusalem sebagai milik mereka.

Pendekatan ini didasarkan pada prinsip perlindungan Islam terhadap ahlul kitab, sebagaimana dalam firman Allah ﷻ:

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ ۖ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas perbedaan antara yang benar dan yang sesat.” (QS. Al-Baqarah: 256)

Namun, meskipun ada toleransi, Kesultanan Utsmani tetap mencegah setiap upaya Yahudi untuk menguasai Palestina, terutama setelah mulai munculnya gerakan Zionisme di Eropa.


Awal Mula Infiltrasi Zionis

Gerakan Zionisme mulai berkembang di Eropa pada akhir abad ke-19, dipelopori oleh Theodor Herzl, seorang jurnalis Austria-Hongaria yang mencetuskan ide pembentukan negara Yahudi di Palestina.

Pada tahun 1897, Herzl mengadakan Kongres Zionis Pertama di Basel, Swiss, yang menghasilkan keputusan untuk:

  • Membentuk negara Yahudi di Palestina.
  • Melakukan imigrasi besar-besaran kaum Yahudi ke Palestina.
  • Menggunakan kekuatan politik dan ekonomi untuk membeli tanah di Palestina.

Ketika Herzl mencoba menemui Sultan Abdul Hamid II, penguasa Kesultanan Utsmani saat itu, ia menawarkan sejumlah besar uang kepada Kesultanan agar memberikan tanah Palestina kepada Yahudi.

Namun, Sultan Abdul Hamid II dengan tegas menolak dan berkata:

“Saya tidak akan pernah menyerahkan sejengkal pun tanah Palestina, karena tanah ini bukan milik saya, tetapi milik umat Islam. Jika Khilafah runtuh suatu hari nanti, mereka dapat mengambil Palestina secara gratis. Namun, selama saya masih hidup, saya lebih memilih menusukkan pedang ke tubuh saya daripada melihat tanah Palestina terlepas dari kekuasaan Islam.”

Karena penolakan ini, Zionis kemudian berkonspirasi dengan Barat untuk melemahkan Kesultanan Utsmani. Konspirasi ini akhirnya berhasil pada tahun 1924, ketika Khilafah Utsmaniyah resmi dihapuskan oleh Mustafa Kemal Ataturk, seorang agen Barat yang berpihak pada sekularisme.

Setelah runtuhnya Utsmani, jalan bagi Zionis untuk menjajah Palestina menjadi terbuka lebar. Pada tahun 1917, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour, yang memberikan dukungan bagi kaum Yahudi untuk mendirikan negara di Palestina, hingga akhirnya pada tahun 1948, Israel secara ilegal mendeklarasikan negara mereka di tanah yang telah mereka rampas dari kaum Muslimin.


Kesimpulan

Palestina berada di bawah kekuasaan Kesultanan Utsmani selama lebih dari 400 tahun, dan dalam periode ini:

  • Negeri ini mengalami kemakmuran dan stabilitas.
  • Toleransi agama ditegakkan, tanpa ada konflik besar seperti di masa modern.
  • Gerakan Zionisme mulai merancang infiltrasi untuk merebut Palestina dari kaum Muslimin.

Penolakan Sultan Abdul Hamid II terhadap konspirasi Zionis adalah bukti bahwa umat Islam selalu menjaga Palestina, tetapi sayangnya, setelah runtuhnya Kesultanan Utsmani, kaum Zionis dengan mudah merebut negeri ini dengan bantuan Barat.

Sejarah ini menjadi pelajaran bagi umat Islam bahwa selama kita bersatu di bawah Islam, Palestina dapat terjaga, tetapi jika kita lemah dan terpecah, musuh akan dengan mudah merebutnya.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top
1
Admin Yayasan Amal Mata Hati
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ada yang bisa kami bantu?