Pengantar
Tauhid adalah inti ajaran Islam, pondasi seluruh amal, dan syarat utama diterimanya ibadah oleh Allah ﷻ. Namun, menjaga tauhid tidak cukup hanya dengan memahami konsepnya secara teori. Tauhid harus dijaga dan diwujudkan dalam praktik kehidupan sehari-hari, dari bangun tidur hingga tidur kembali, dalam ucapan, perbuatan, dan keyakinan. Artikel ini akan menguraikan bagaimana seorang Muslim dapat menjaga kemurnian tauhidnya dalam berbagai aspek kehidupan dengan contoh konkret dan dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Tauhid Adalah Amal Sepanjang Hari
Allah ﷻ berfirman:
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ
Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku (QS. Al-An‘ām: 162–163)
Ayat ini menunjukkan bahwa seluruh aspek hidup seorang Muslim adalah ibadah tauhid, bukan hanya di masjid atau saat berdoa.
Praktik Menjaga Tauhid dalam Keseharian
1. Niat yang Ikhlas dalam Setiap Amal
Tauhid dimulai dari hati. Segala amal, baik ibadah maupun aktivitas dunia, harus dilandasi dengan niat untuk mencari ridha Allah ﷻ.
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ قَالَ: إِنَّمَا ٱلْأَعْمَالُ بِٱلنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ ٱمْرِئٍۢ مَا نَوَىٰ
Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan (HR. Bukhārī dan Muslim, dari ‘Umar bin Al-Khaṭṭāb رضي الله عنه)
Contoh: Saat bekerja, berniat menafkahi keluarga karena Allah; saat belajar, berniat mencari ilmu untuk menegakkan agama.
2. Bersandar Hanya kepada Allah dalam Setiap Urusan
Tawakal kepada Allah ﷻ adalah wujud nyata tauhid rububiyyah. Jangan bergantung kepada makhluk, benda, atau kekuatan selain Allah.
وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar beriman (QS. Al-Mā’idah: 23)
Contoh: Mengandalkan doa dan usaha, bukan azimat atau ritual tertentu untuk sukses.
3. Bersih dari Syirik, Khurafat, dan Tahayul
Tauhid harus dijaga dari pencemarnya. Dalam keseharian, seseorang harus berhati-hati dari hal-hal yang tampak sepele tapi mengandung syirik tersembunyi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ ٱلشِّرْكُ ٱلْأَصْغَرُ، قَالُوا۟: وَمَا ٱلشِّرْكُ ٱلْأَصْغَرُ؟ قَالَ: ٱلرِّيَآءُ
Yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.
Para sahabat bertanya: Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?
Beliau bersabda: Riya’ (pamer ibadah)
(HR. Aḥmad, dari Mahmud bin Labīd رضي الله عنه, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Contoh: Menolak memakai jimat, tidak percaya pada ramalan bintang, tidak mengucapkan kata-kata tahayul seperti “sial tanggal sekian”.
4. Menjaga Dzikir dan Doa Tauhid
Dzikir-dzikir harian adalah pelindung tauhid. Ia menguatkan ikatan hati kepada Allah ﷻ dan membersihkan jiwa dari kesyirikan.
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ قَالَ: مَنْ قَالَ: لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُۥ لَا شَرِيكَ لَهُۥ، لَهُ ٱلْمُلْكُ وَلَهُ ٱلْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌ، فِي يَوْمٍۢ مِّا۟ئَةَ مَرَّةٍ، كَانَتْ لَهُۥ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ
Barang siapa membaca: Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadiir seratus kali dalam sehari, maka baginya seperti membebaskan sepuluh budak (HR. Bukhārī dan Muslim, dari Abū Hurairah رضي الله عنه)
Contoh: Membaca dzikir pagi-sore, doa sebelum tidur, dan selalu memulai aktivitas dengan menyebut nama Allah.
5. Bergaul dengan Orang yang Bertauhid dan Menjauhi Majelis Syirik
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap istiqamah dalam tauhid. Berteman dengan orang-orang yang lurus aqidahnya membantu menjaga keimanan.
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ
Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Rabb mereka di pagi dan petang hari dengan mengharap wajah-Nya (QS. Al-Kahf: 28)
Penutup
Menjaga tauhid dalam kehidupan sehari-hari adalah bentuk penghambaan yang sejati kepada Allah ﷻ. Ia bukan hanya tugas para ulama atau da’i, tetapi kewajiban seluruh Muslim. Tauhid harus hadir dalam niat, dzikir, ibadah, interaksi sosial, dan seluruh aktivitas. Dengan komitmen kepada tauhid yang lurus, kehidupan akan diberkahi, jiwa akan tenang, dan akhir kehidupan akan disinari dengan husnul khatimah.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|