Khutbah Pertama
الحمد لله الذي هدانا للإسلام، ووفقنا للصيام والقيام، وجعل لنا مواسم الخيرات لنزداد من الحسنات، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ﷺ، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه أجمعين، ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.
أما بعد، فيا عباد الله، أوصيكم ونفسي المقصّرة بتقوى الله ﷻ، فهي وصية الله للأولين والآخرين.
Merawat Semangat Ibadah Setelah Ramadhan
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah ﷻ,
Ramadhan hampir berlalu meninggalkan kita. Hari-hari yang penuh keberkahan, malam-malam yang diliputi rahmat, serta waktu-waktu yang dipenuhi ampunan, kini berada di penghujungnya. Maka yang menjadi pertanyaan penting untuk kita semua adalah: bagaimana kita setelah Ramadhan berlalu?
Apakah kita kembali pada kebiasaan lama yang lalai dari ibadah? Ataukah kita terus menjaga semangat ibadah yang telah tumbuh selama Ramadhan? Ketahuilah, tanda diterimanya amal seorang hamba adalah ketika ia terus istiqamah dalam kebaikan setelah musim ibadah berlalu.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Ali ‘Imran: 133)
Ayat ini mengajarkan bahwa semangat untuk meraih ampunan dan surga harus terus hidup dalam diri kita, bukan hanya saat Ramadhan, tapi sepanjang waktu. Maka mari kita jaga semangat itu!
Tanda Diterimanya Amal di Bulan Ramadhan
Syaikhul Islam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan:
“Di antara tanda diterimanya amal seorang hamba adalah ketika setelah melakukan amal, ia semakin dekat kepada Allah ﷻ dan semakin baik amalnya.”
Bila Ramadhan benar-benar berhasil membentuk diri kita menjadi insan yang lebih taat, lebih rajin shalat berjamaah, lebih mencintai Al-Qur’an, dan lebih takut kepada Allah ﷻ, maka itu adalah pertanda bahwa amal Ramadhan kita diterima.
Namun bila setelah Ramadhan kita kembali malas, meninggalkan ibadah, atau bahkan jatuh ke dalam maksiat, maka waspadalah! Mungkin kita termasuk dalam golongan yang disebut oleh Rasulullah ﷺ dalam doanya:
رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
“Celaka seseorang yang mendapati bulan Ramadhan namun tidak mendapatkan ampunan.”
(HR. At-Tirmidzi no. 3545 – dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani)
Khutbah Kedua
الحمد لله حمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه، كما يحب ربنا ويرضى، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ﷺ، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم تسليماً كثيراً.
Puasa Syawal dan Menjaga Amalan Sunnah
Jamaah yang dirahmati oleh Allah ﷻ,
Salah satu bentuk istiqamah setelah Ramadhan adalah dengan melanjutkan amal-amal sunnah, di antaranya puasa enam hari di bulan Syawal. Rasulullah ﷺ bersabda, dari Abu Ayyub Al-Anshari رضي الله عنه:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِّنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.”
(HR. Muslim no. 1164)
Ini menunjukkan bahwa ibadah tidak berhenti setelah Ramadhan, tetapi terus berlanjut. Amalan sunnah lainnya pun jangan ditinggalkan:
✅ Shalat malam walau hanya dua rakaat.
✅ Tilawah Al-Qur’an meskipun hanya satu halaman.
✅ Sedekah meski kecil, tapi rutin.
✅ Dzikir pagi dan petang sebagai penjaga jiwa.
Karena yang dicintai oleh Allah ﷻ bukanlah banyaknya amalan, tapi amalan yang terus dijaga secara istiqamah, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ dari Aisyah رضي الله عنها:
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling rutin dikerjakan meskipun sedikit.”
(HR. Al-Bukhari no. 6464, Muslim no. 783)
Penutup
Jamaah sekalian,
Mari kita jadikan Ramadhan sebagai titik balik perubahan hidup. Jangan biarkan semangat kita padam hanya karena bulan Ramadhan berakhir. Jadikan Ramadhan sebagai pembuka jalan menuju istiqamah dalam ketakwaan hingga akhir hayat kita.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ قَبِلْتَ صِيَامَهُمْ وَقِيَامَهُمْ، وَكَتَبْتَ لَهُمْ الرِّضْوَانَ، وَحَرَّمْتَ عَلَيْهِمُ النِّيرَانَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|