Akhlak di Tengah Godaan Dunia
Pendahuluan
Harta dan jabatan adalah amanah besar dari Allah ﷻ yang tidak boleh dipandang sebagai hak mutlak untuk dimiliki atau dinikmati sesuka hati. Keduanya adalah ujian yang akan dimintai pertanggungjawaban. Dalam Islam, menjaga amanah adalah bagian dari kesempurnaan iman. Seorang muslim sejati harus mampu membuktikan integritasnya dalam urusan harta dan jabatan, meski berada dalam situasi yang menggoda sekalipun.
Amanah Harta: Tanggung Jawab dan Keadilan
1. Harta adalah Titipan, Bukan Milik Mutlak
Allah ﷻ telah menegaskan bahwa seluruh rezeki yang diterima oleh manusia adalah karunia dan ujian dari-Nya.
ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَأَنفِقُوا۟ مِمَّا جَعَلَكُم مُّسْتَخْلَفِينَ فِيهِ
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah sebagian dari harta yang telah Allah jadikan kamu menguasainya sebagai wakil.”
(QS. Al-Hadid: 7)
Pemahaman bahwa kita hanyalah wakil atas harta menjadikan seseorang lebih hati-hati dalam memperolehnya dan menggunakannya.
2. Haram Memakan Harta Secara Batil
Allah ﷻ melarang keras mengambil harta orang lain tanpa hak, apalagi jika dilakukan oleh mereka yang memiliki kekuasaan atau kedudukan.
وَلَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَـٰطِلِ وَتُدْلُوا۟ بِهَآ إِلَى ٱلْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا۟ فَرِيقًۭا مِّنْ أَمْوَٰلِ ٱلنَّاسِ بِٱلْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta orang lain itu dengan dosa, padahal kamu mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 188)
Amanah Jabatan: Pengabdian Bukan Kesombongan
1. Jabatan Bukan untuk Diminta dan Dikejar
Dalam Islam, jabatan adalah tanggung jawab, bukan kehormatan. Bahkan Rasulullah ﷺ menolak memberikan jabatan kepada orang yang memintanya.
Dari Abu Musa رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى ٱلْإِمَارَةِ، وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ، فَنِعْمَ ٱلْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ ٱلْفَاطِمَةُ
“Sesungguhnya kalian akan sangat berambisi terhadap jabatan, padahal jabatan itu akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Jabatan itu awalnya manis dan akhirnya pahit.”
(HR. Bukhari, no. 7148)
2. Jabatan Adalah Amanah yang Berat
Dari Abu Dzar رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنَّكَ ضَعِيفٌ، وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ، وَإِنَّهَا يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ، إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا، وَأَدَّى ٱلَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
“Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah, dan sesungguhnya jabatan itu adalah amanah, dan jabatan itu pada hari kiamat merupakan kehinaan dan penyesalan, kecuali orang yang mengambilnya dengan cara yang benar dan menunaikan haknya.”
(HR. Muslim, no. 1825)
Sikap Seorang Muslim terhadap Harta dan Jabatan
1. Tidak Serakah dan Tidak Tamak
Harta dan jabatan tidak boleh menjadi tujuan utama hidup, tetapi alat untuk taat dan menolong umat.
2. Menunaikan Amanah Sesuai Tanggung Jawab
Jika diberi amanah, tunaikan dengan adil, jujur, dan profesional.
3. Menghindari Korupsi, Nepotisme, dan Penyalahgunaan Kekuasaan
Semua bentuk penyimpangan dari amanah adalah bentuk pengkhianatan terhadap Allah ﷻ dan manusia.
Kesimpulan
Menjaga amanah harta dan jabatan adalah bagian dari akhlak Islam yang sangat mulia. Ia menjadi ukuran kejujuran, integritas, dan kedewasaan iman seseorang. Di tengah godaan dunia yang menggiurkan, orang-orang yang mampu menjaga amanah adalah hamba-hamba yang dicintai oleh Allah ﷻ dan kelak akan diangkat derajatnya di akhirat.
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang jujur, amanah, dan bertanggung jawab dalam setiap urusan dunia dan agama. Aamiin 🤲🏻
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|