Masuknya Nabi ﷺ ke Madinah dan Awal Kehidupan Islam di Sana

Sambutan Hangat Penduduk Madinah

Setelah perjalanan panjang dan penuh tantangan, Rasulullah ﷺ akhirnya tiba di Madinah. Penduduk Madinah, yaitu kaum Anshar, menyambut beliau ﷺ dengan penuh kegembiraan. Anak-anak, wanita, dan laki-laki semua keluar dari rumah, menyanyikan syair kegembiraan dan memadati jalanan untuk melihat wajah manusia termulia di muka bumi.

Mereka bersorak dan memuji Allah ﷻ atas karunia diutusnya Nabi ﷺ ke kota mereka. Sambutan hangat ini menjadi awal terbentuknya masyarakat Islam yang penuh cinta, persaudaraan, dan persatuan.

Shalat dan Khutbah Pertama Rasulullah ﷺ di Quba’ dan Madinah

Sebelum memasuki pusat Madinah, Rasulullah ﷺ tinggal di Quba’ selama empat hari. Di sana beliau ﷺ membangun masjid pertama dalam Islam, yaitu Masjid Quba’. Di sinilah beliau ﷺ memimpin shalat berjamaah pertama di tanah hijrah.

Setelah itu, beliau ﷺ menuju pusat Madinah dan berhenti di perkampungan Bani Salim bin ‘Auf. Di sinilah beliau ﷺ menyampaikan khutbah pertama kepada kaum Muslimin yang intinya menekankan pentingnya taqwa, ukhuwah, dan ketaatan kepada Allah ﷻ.

Dari khutbah beliau ﷺ, tampak bahwa pondasi utama masyarakat Madinah adalah iman dan amal saleh.

Pembangunan Masjid Nabawi

Setelah menetap di Madinah, Rasulullah ﷺ membeli sebidang tanah milik dua anak yatim dari Bani Najjar untuk dibangun Masjid Nabawi. Kaum Muhajirin dan Anshar bersama-sama membangun masjid tersebut dengan penuh semangat dan gotong-royong.

Masjid Nabawi menjadi pusat ibadah, majelis ilmu, musyawarah, dan juga markas pemerintahan Islam. Di sinilah syiar Islam disebarkan ke seluruh jazirah Arab.

Rumah Nabi ﷺ dan Letak Perkampungan Kaum Muhajirin dan Anshar

Di samping Masjid Nabawi, Rasulullah ﷺ membangun rumah sederhana untuk beliau dan keluarga. Kamar-kamar tersebut juga menjadi tempat tinggal Ummul Mu’minin, istri-istri beliau ﷺ.

Kaum Muhajirin banyak tinggal di sekitar Masjid Nabawi, berdekatan dengan perkampungan Anshar yang tersebar di berbagai penjuru Madinah. Persaudaraan erat antara Muhajirin dan Anshar terjalin sangat kokoh, menciptakan pondasi masyarakat Islam yang kuat dan penuh kasih sayang.

Allah ﷻ berfirman:

وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُوا ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَـٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةًۭ مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌۭ

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. (Al-Hasyr: 9)

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top