Pendahuluan
Ibadah kurban bukan hanya perkara menyembelih hewan dan membagikan daging. Lebih dari itu, kurban adalah simbol ketaatan, penghambaan, dan ketundukan seorang hamba kepada Allah ﷻ. Ia mencerminkan keterpaduan antara amal lahiriah dan keikhlasan batiniah dalam beribadah.
Hakikat Ibadah Kurban
Secara lahiriah, kurban adalah menyembelih hewan tertentu pada waktu yang telah ditentukan sebagai bentuk ibadah. Namun, dalam batinnya, terdapat makna mendalam berupa ketundukan, cinta, dan kepasrahan kepada Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman:
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya (Al-Hajj: 37)
Ayat ini menegaskan bahwa nilai sejati dari ibadah kurban bukanlah pada bentuk fisik sembelihannya, melainkan pada ketakwaan yang menyertainya.
Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail عليهما السلام
Nabi Ibrahim عليه السلام bersedia menyembelih putranya sebagai bentuk penghambaan total kepada Allah ﷻ, dan Ismail عليه السلام menerima dengan ketundukan luar biasa. Ini bukan sekadar pengorbanan fisik, tapi pengorbanan hati.
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
Maka ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan putranya di atas pelipisnya (Ash-Shaffat: 103)
Ketaatan seperti ini menjadi pelajaran bahwa ibadah sejati lahir dari hati yang ikhlas dan tunduk sepenuhnya pada Rabb-nya.
Ketaatan Batin dalam Amal Lahir
Banyak ibadah dalam Islam memiliki aspek lahiriah dan batiniah, dan keduanya harus berjalan seimbang. Dalam kurban, menyembelih hewan hanyalah wujud zahir, yang harus disertai dengan kehadiran hati yang penuh pengagungan kepada Allah ﷻ, niat yang benar, dan keyakinan akan balasan dari-Nya.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits dari Aisyah رضي الله عنها:
عن عائشة رضي الله عنها، أن رسول الله ﷺ قال: ما عَمِلَ ابنُ آدمَ يومَ النَّحرِ عملًا أحبَّ إلى اللهِ مِن هراقةِ دمٍ
Tidak ada amal anak Adam yang lebih dicintai oleh Allah pada hari Nahr selain dari menumpahkan darah (hewan kurban) (HR. Tirmidzi no. 1493, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi)
Namun, yang membuatnya dicintai adalah jika darah itu ditumpahkan dengan niat yang ikhlas dan penuh ketakwaan.
Ibadah Kurban sebagai Pengingat Keikhlasan
Kurban adalah pelatihan diri untuk tidak terikat pada dunia. Dengan menyembelih hewan yang bernilai materi, seorang Muslim diajarkan untuk lebih mencintai ridha Allah ﷻ daripada harta dunia. Ini adalah pendidikan spiritual untuk membiasakan diri mendahulukan perintah Allah daripada kepentingan pribadi.
Penutup
Ibadah kurban hendaknya tidak dipahami sekadar ritual tahunan, melainkan sebagai sarana untuk menyucikan jiwa, memperkokoh iman, dan mempererat hubungan dengan sesama melalui semangat berbagi. Amal lahiriah harus senantiasa dibarengi dengan ketaatan batin agar ibadah kita benar-benar diterima dan bernilai di sisi Allah ﷻ.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|