Pengantar
Tauhid adalah inti ajaran Islam. Ia adalah pondasi yang menjadi dasar seluruh bangunan agama. Tanpa tauhid yang benar, seluruh amal ibadah tidak akan diterima di sisi Allah ﷻ. Oleh karena itu, memahami tauhid secara benar sesuai dengan pemahaman para sahabat رضي الله عنهم dan generasi terbaik umat ini adalah kewajiban setiap Muslim.
Makna Tauhid Secara Bahasa dan Istilah
Secara Bahasa
Secara bahasa, tauhid (التوحيد) berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhīdan (وَحَّدَ – يُوَحِّدُ – تَوْحِيدًا) yang berarti menjadikan sesuatu satu atau mengesakan.
Secara Istilah
Adapun secara istilah menurut ulama Ahlus Sunnah wal Jama‘ah, tauhid adalah:
إِفْرَادُ اللَّهِ بِمَا يَخْتَصُّ بِهِ
“Mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya.”
Tauhid mencakup tiga aspek utama:
-
Tauhid Rububiyyah: Mengesakan Allah ﷻ dalam perbuatan-Nya seperti mencipta, memberi rezeki, menghidupkan, dan mematikan.
-
Tauhid Uluhiyyah: Mengesakan Allah ﷻ dalam seluruh bentuk ibadah.
-
Tauhid Asma’ wa Sifat: Mengesakan Allah ﷻ dalam nama dan sifat-Nya, sesuai dengan apa yang Allah ﷻ tetapkan bagi diri-Nya dan yang ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ tanpa tahrif (penyelewengan), ta‘thil (penolakan), takyif (menanyakan bagaimana), dan tamtsil (penyerupaan).
Urgensi Mempelajari Tauhid dalam Kehidupan
Ilmu tauhid adalah ilmu paling mulia dan paling wajib untuk dipelajari. Karena ia berkaitan langsung dengan hubungan seorang hamba kepada Rabbnya. Allah ﷻ menciptakan jin dan manusia semata-mata untuk merealisasikan tauhid.
Allah ﷻ berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz-Dzāriyāt: 56)
Imam Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما menafsirkan:
“إِلَّا لِيُوَحِّدُونِ”
“Melainkan agar mereka mentauhidkan-Ku.”
Tauhid menjadi sebab utama keselamatan di dunia dan akhirat. Barang siapa meninggal dunia dalam keadaan bertauhid tanpa menyekutukan Allah ﷻ, maka ia akan masuk surga.
Rasulullah ﷺ bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ»
“Barang siapa meninggal dunia dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, maka ia akan masuk surga.”
(HR. Muslim, dari sahabat ‘Utsman bin ‘Affan رضي الله عنه)
Ilmu tauhid juga menjadi pembeda antara seorang Muslim dengan orang kafir, menjadi cahaya dalam kehidupan, dan menjaga hati dari kegelapan syirik dan bid‘ah. Tanpa tauhid, amal-amal ibadah sehebat apapun tidak akan diterima.
Allah ﷻ berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu: ‘Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi’.”
(QS. Az-Zumar: 65)
Penutup
Mempelajari dan mengamalkan tauhid adalah jalan menuju keselamatan. Karena itu, setiap Muslim wajib memulai perbaikan dirinya dengan memahami tauhid secara benar, membersihkan hatinya dari segala bentuk kesyirikan, dan menegakkan ibadah hanya kepada Allah ﷻ semata. Inilah misi utama para nabi dan rasul, dan inilah dakwah yang paling mendasar dalam Islam.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|