Pengantar
Tauhid adalah fondasi utama dalam Islam. Ia adalah tujuan utama penciptaan manusia, dasar diutusnya para rasul, dan kunci keselamatan di akhirat. Namun, sepanjang sejarah, banyak kelompok yang menyimpang dari kemurnian tauhid, termasuk berbagai thariqat sufiyah yang menyusupkan ajaran-ajaran batil dan amalan-amalan bid’ah dalam nama dzikir dan tasawuf. Artikel ini akan menjelaskan bahaya thariqat sufiyah dan bid’ah dalam tauhid, berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, As-Sunnah, serta penjelasan para ulama Ahlus Sunnah wal Jama‘ah.
Hakikat Thariqat Sufiyah
Thariqat sufiyah adalah jalan spiritual yang diklaim sebagai metode untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ melalui pembimbing (mursyid), dzikir-dzikir khusus, wirid-wirid yang diatur oleh guru tarekat, dan adab tertentu yang tidak diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.
Meski pada awalnya sebagian sufi dikenal zuhud dan warak, perkembangan selanjutnya banyak menyimpang dari manhaj nabawi. Kesalahan mereka terutama dalam hal aqidah dan tauhid.
Penyimpangan dalam Tauhid
1. Menjadikan Wali sebagai Perantara dan Tempat Meminta
Banyak pengikut tarekat yang ber-istighatsah kepada wali mereka, meyakini wali bisa menolong, memberi syafaat tanpa izin Allah, bahkan hadir secara ghaib saat dipanggil.
Padahal Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًۭا مِّنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ
Dan janganlah engkau menyeru selain Allah sesuatu yang tidak bisa memberimu manfaat dan tidak pula mudarat. Jika engkau melakukannya, sungguh engkau termasuk orang-orang yang zhalim (QS. Yūnus: 106)
Dalam tafsirnya, para ulama menjelaskan bahwa “zhalim” di sini bermakna syirik.
2. Aqidah Hulul dan Wahdatul Wujud
Sebagian thariqat meyakini bahwa Allah ﷻ menyatu dengan makhluk (hulul) atau semua yang ada adalah Allah ﷻ (wahdatul wujud). Ini adalah bentuk kekufuran dan pengingkaran terhadap sifat Allah yang Maha Tinggi dan terpisah dari makhluk-Nya.
Allah ﷻ berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. Asy-Syūrā: 11)
3. Kultus Berlebihan terhadap Mursyid
Mereka meyakini mursyid memiliki kedudukan istimewa yang bahkan lebih tinggi dari para nabi, bisa memberi karamah tanpa batas, dan tidak perlu syariat.
Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:
إيَّاكم والغلوَّ في الدِّينِ، فإنما هلك من كان قبلكم بالغلوِّ في الدِّينِ
Jauhilah oleh kalian sikap berlebihan dalam agama. Karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena berlebihan dalam agama (HR. An-Nasā’ī, dari sahabat Ibn ‘Abbās رضي الله عنهما, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Bid’ah Dzikir Tarekat
Sebagian tarekat membuat dzikir dengan gerakan kepala, lantunan lagu, jumlah bacaan yang tidak bersumber dari Nabi ﷺ, atau mengucapkan lafaz “Hu… Hu…” atau “Ah… Ah…”, tanpa makna yang jelas.
Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ، فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa mengada-adakan perkara baru dalam agama kami ini yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak (HR. Bukhārī dan Muslim, dari ‘Āisyah رضي الله عنها)
Bahaya Bid’ah dalam Tauhid
-
Menggantikan ibadah yang benar dengan khurafat
-
Menjadikan amalan sia-sia di sisi Allah ﷻ
-
Menyeret kepada syirik karena pengagungan terhadap wali atau guru
-
Membuat umat menjauh dari Sunnah dan lebih percaya pada “ilham” mursyid
Sikap Ahlus Sunnah terhadap Thariqat Sufiyah
Ahlus Sunnah wal Jama‘ah menolak segala bentuk bid’ah, terlebih yang menyentuh urusan aqidah dan tauhid. Mereka mengajak umat untuk kembali kepada ajaran Rasulullah ﷺ dan meninggalkan tarekat yang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata:
كل ما خرج عن دعوة الرسل فهو من البدع والضلال
Segala yang keluar dari ajaran para rasul adalah bid’ah dan kesesatan.
Penutup
Thariqat sufiyah yang menyimpang adalah ancaman serius bagi kemurnian tauhid. Apa pun bentuk ibadah, jika tidak berdasar dalil, maka ia tertolak. Mari kita jaga tauhid dari bid’ah dan khurafat, serta kembali kepada jalan yang lurus: mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat رضي الله عنهم.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|