Ideologi Zionisme dan Peran Theodor Herzl
Zionisme adalah sebuah gerakan politik dan ideologis yang bertujuan untuk mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina. Gerakan ini bukan gerakan agama, melainkan gerakan nasionalisme sekuler yang menggunakan dalih agama dan sejarah untuk melegitimasi penjajahan terhadap tanah umat Islam.
Zionisme muncul di Eropa pada akhir abad ke-19, ketika kaum Yahudi menghadapi diskriminasi dan antisemitisme di berbagai negara. Namun, daripada hidup berdampingan secara damai, para tokoh Yahudi justru membentuk ideologi rasis yang bertujuan memisahkan diri dan menguasai Palestina.
Tokoh sentral dalam gerakan ini adalah Theodor Herzl, seorang jurnalis Yahudi asal Austria-Hongaria. Ia menulis buku berjudul “Der Judenstaat” (Negara Yahudi) pada tahun 1896, yang berisi gagasan tentang perlunya pendirian negara bagi bangsa Yahudi.
Herzl menilai bahwa Yahudi tidak akan pernah diterima oleh bangsa manapun, sehingga mereka harus memiliki negara sendiri. Ia pun memandang Palestina sebagai lokasi yang paling ideal, meskipun pada saat itu mayoritas penduduk Palestina adalah umat Islam.
Herzl dan Strategi Zionisme
Theodor Herzl tidak hanya menulis buku, tetapi juga melobi para penguasa dunia, termasuk Sultan Abdul Hamid II dari Kesultanan Utsmani, agar mengizinkan Yahudi membeli tanah di Palestina. Namun, penolakan keras dari Sultan Abdul Hamid II menggagalkan upaya awal Herzl.
Dalam memoarnya, Herzl menulis bahwa ia dan para koleganya siap membeli Palestina dengan emas, tapi sang Khalifah menolak dengan tegas dan berkata:
“Tanah Palestina bukan milik saya, tetapi milik umat Islam. Selama saya masih hidup, saya tidak akan mengizinkan tanah itu direbut atau dijual.”
Kongres Zionis Pertama Tahun 1897
Setahun setelah menerbitkan bukunya, Herzl mengorganisir Kongres Zionis Pertama yang diadakan pada 29-31 Agustus 1897 di Basel, Swiss. Kongres ini dihadiri oleh lebih dari 200 delegasi Yahudi dari berbagai negara.
Tujuan utama kongres tersebut adalah:
- Mendeklarasikan secara resmi berdirinya gerakan Zionisme internasional.
- Menyepakati Palestina sebagai lokasi negara Yahudi.
- Membentuk organisasi politik dan finansial untuk mendukung pendirian negara tersebut.
Dalam pidato pembukaannya, Herzl mengatakan:
“Di Basel, saya mendirikan Negara Yahudi. Mungkin sekarang tidak semua orang menyadarinya, tapi dalam lima tahun, atau paling lambat lima puluh tahun, semua orang akan mengetahuinya.”
Ucapan itu terbukti. Tepat 51 tahun kemudian, pada tahun 1948, Zionis memproklamasikan berdirinya “Israel” di tanah Palestina yang mereka rampas secara ilegal.
Hasil dari Kongres Zionis
Kongres Zionis Pertama menetapkan empat pilar utama gerakan Zionisme:
- Migrasi Yahudi ke Palestina.
- Pembelian tanah Palestina secara sistematis.
- Penguatan identitas Yahudi secara global.
- Pendirian lembaga resmi untuk mendanai dan memfasilitasi proyek tersebut, seperti Jewish National Fund dan World Zionist Organization.
Agenda Tersembunyi di Balik Zionisme
Walaupun tampaknya Zionisme hanya memperjuangkan tempat tinggal bagi Yahudi, ada agenda tersembunyi yang jauh lebih berbahaya.
1. Mendirikan Negara Rasis yang Mengusir Penduduk Asli
Zionisme tidak pernah bertujuan hidup berdampingan dengan penduduk asli Palestina. Sejak awal, mereka merencanakan pembersihan etnis (ethnic cleansing) terhadap rakyat Palestina.
Bukti kuat atas rencana ini adalah dokumen internal Zionis dan pengakuan sejumlah tokoh mereka, seperti David Ben-Gurion, yang berkata:
“Kita harus mengusir orang Arab dan mengambil tempat mereka.”
2. Menjadi Alat Kolonialisme Barat
Zionisme didukung oleh Inggris dan kekuatan Barat karena dianggap dapat menjadi benteng peradaban Barat di jantung dunia Islam. Dalam Deklarasi Balfour 1917, pemerintah Inggris menyatakan:
“Pemerintah Inggris memandang dengan baik pembentukan rumah nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina.”
Deklarasi ini bukan sekadar janji, tetapi merupakan proyek kolonialisme terselubung yang menjadikan Zionisme sebagai alat imperialis untuk melemahkan kekuatan umat Islam dan menguasai wilayah strategis di Timur Tengah.
3. Memecah Dunia Islam dan Menghancurkan Khilafah
Zionis menyadari bahwa selama Khilafah Islam berdiri, mereka tidak akan pernah bisa mendirikan negara di Palestina. Oleh karena itu, mereka bekerjasama dengan Barat dan sekutu Arab untuk menghancurkan Kesultanan Utsmani, yang akhirnya berhasil runtuh pada tahun 1924 M.
Inilah bagian dari konspirasi besar yang dilakukan secara sistematis, dan hingga hari ini, Zionisme terus menjadi ancaman utama bagi kaum Muslimin, bukan hanya di Palestina tetapi juga di seluruh dunia.
Kesimpulan
Gerakan Zionisme bukanlah gerakan kemanusiaan, tetapi gerakan politik rasis dan imperialis yang sejak awal bertujuan untuk merampas tanah Palestina, mengusir penduduk aslinya, dan menghancurkan kekuatan umat Islam.
Dengan dalih sejarah dan agama, mereka membangun ideologi yang penuh kebencian dan penindasan. Maka dari itu, umat Islam wajib memahami asal-usul dan agenda Zionisme, agar tidak tertipu oleh narasi palsu yang mereka sebarkan melalui media dan propaganda.
Pemahaman ini adalah langkah awal dalam perjuangan membebaskan Palestina dan menegakkan kembali keadilan di bumi yang diberkahi Allah ﷻ.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|