Pendahuluan
Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh. Ia tidak hanya mengatur aspek ibadah ritual, tetapi juga mengatur akhlak dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, salah satu misi utama diutusnya Nabi Muhammad ﷺ adalah untuk menyempurnakan akhlak. Maka, membangun akhlak mulia bukan sekadar pelengkap, tetapi inti ajaran Islam yang sangat mendasar dan menjadi cermin dari keimanan seseorang.
Akhlak: Inti Ajaran Islam
Akhlak dalam Misi Kenabian
Rasulullah ﷺ tidak hanya diutus untuk mengajarkan tauhid dan syariat, tetapi juga untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ ٱلْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad, no. 8952; dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Hadits ini menunjukkan bahwa akhlak bukan sekadar tambahan, melainkan bagian utama dari misi kenabian.
Akhlak dalam Al-Qur’an
Allah ﷻ memuji akhlak Nabi Muhammad ﷺ secara langsung:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍۢ
“Dan sungguh, engkau (wahai Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung.”
(QS. Al-Qalam: 4)
Ayat ini menjadi teladan bahwa akhlak adalah identitas utama seorang mukmin sejati.
Hubungan Akhlak dengan Iman dan Ibadah
1. Akhlak adalah Cerminan Keimanan
Iman yang benar tidak hanya tampak dalam shalat dan puasa, tetapi juga dalam tutur kata yang lembut, sikap rendah hati, dan perilaku yang baik terhadap sesama.
Dari Abdullah bin Amr رضي الله عنهما, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Bukhari, no. 3559; Muslim, no. 2321)
Dalam hadits lain dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
أَكْمَلُ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Tirmidzi, no. 1162; dinilai hasan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Akhlak bukan hanya pelengkap iman, tapi bagian dari kesempurnaan iman itu sendiri.
2. Akhlak Membuktikan Kejujuran Ibadah
Ibadah ritual yang dilakukan dengan khusyu’ dan ikhlas akan membentuk akhlak yang lembut dan penuh kasih. Bila ibadah tidak membentuk akhlak, maka perlu dipertanyakan keikhlasannya.
Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”
(QS. Al-‘Ankabut: 45)
Shalat yang benar akan menjaga akhlak seseorang. Begitu pula puasa:
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ ٱلزُّورِ وَٱلْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh dari ia meninggalkan makanan dan minumannya.”
(HR. Bukhari, no. 1903)
Urgensi Akhlak dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Akhlak Membuat Dakwah Lebih Diterima
Dakwah tidak hanya melalui lisan, tetapi melalui keteladanan akhlak. Banyak orang tertarik kepada Islam karena melihat akhlak kaum muslimin yang jujur, lembut, dan amanah.
2. Akhlak Menjadi Timbangan di Hari Kiamat
Dari Abu Darda’ رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ ٱلْمُؤْمِنِ يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ ٱلْخُلُقِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan amal seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang baik.”
(HR. Tirmidzi, no. 2002; dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Kesimpulan
Akhlak adalah inti ajaran Islam, ia tumbuh dari keimanan yang benar dan menjadi buah dari ibadah yang khusyu’. Islam tidak akan sempurna tanpa akhlak, dan iman tidak akan utuh tanpa akhlak yang mulia. Karena itu, memperbaiki akhlak bukanlah pilihan tambahan, tapi kebutuhan utama dalam membentuk kepribadian muslim sejati.
Semoga Allah ﷻ menghiasi hati dan kehidupan kita dengan akhlak Nabi Muhammad ﷺ yang agung, dan menjadikan kita hamba-hamba yang lembut, jujur, sabar, dan penyayang. Aamiin 🤲🏻
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|