Keteladanan Orang Tua: Kunci Utama dalam Mendidik Anak

Pendahuluan

Mendidik anak adalah amanah besar sekaligus tantangan yang tidak mudah. Ia menuntut ilmu, kesabaran, dan doa yang terus-menerus. Namun, masih banyak orang tua yang hanya berhenti pada tahap memberi nasihat atau perintah: “Jangan begini,” “Harus begitu,” tanpa mencontohkan secara nyata bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku.

Padahal, contoh nyata jauh lebih kuat pengaruhnya daripada sekadar kata-kata. Anak-anak belajar bukan hanya dari apa yang mereka dengar, tetapi terutama dari apa yang mereka lihat. Maka, teladan adalah inti dari pendidikan.


1. Pendidikan Anak dalam Kacamata Islam

Dalam kitab Fiqh Tarbiyatu al-Abna’ karya Syaikh Musthafa Al-‘Adawy, dijelaskan bahwa perilaku orang tua lebih kuat memengaruhi anak dibanding sekadar perkataan. Beliau menegaskan, tidak pantas bagi orang tua memerintahkan kebaikan kepada anaknya, sementara ia sendiri tidak mengamalkan apa yang ia perintahkan.

Contohnya, seorang ayah yang melarang anaknya berbohong, tetapi ia sendiri terbiasa berkata tidak jujur — meski dengan dalih demi kebaikan anak. Atau seorang ibu yang menyuruh anaknya shalat di awal waktu, namun ia sendiri sering lalai karena alasan kesibukan dunia.

Keteladanan adalah inti dari pendidikan. Anak-anak cenderung meniru, bukan sekadar mengikuti arahan.


2. Teladan dari Luqman kepada Anaknya

Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ menukil nasihat indah dari Luqman al-Hakim kepada anaknya. Luqman tidak hanya memerintah, tetapi menasihati dengan bijak, sekaligus memberikan contoh nyata dalam hidup.

Allah ﷻ berfirman:

وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

“Dan sederhanakanlah dalam berjalanmu, dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
(QS. Luqman: 19)

Luqman mengajarkan adab dan akhlak, sekaligus menanamkan kesadaran untuk menjaga perilaku — bukan dengan paksaan, tapi dengan kelembutan dan kebijaksanaan.


3. Kecaman bagi Orang yang Tidak Sesuai antara Perkataan dan Perbuatan

Allah ﷻ mengingatkan dengan tegas dalam Al-Qur’an tentang larangan mengatakan sesuatu yang tidak dikerjakan, dan betapa besar kebencian-Nya terhadap sikap ini:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ۝ كَبُرَ مَقۡتًۭا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفۡعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.”
(QS. Ash-Shaff: 2–3)

Ayat ini menegaskan bahwa kontradiksi antara ucapan dan tindakan adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah ﷻ. Maka sangat penting bagi orang tua, guru, dan para pendidik untuk memastikan kesesuaian antara yang diajarkan dengan yang dilakukan.


4. Hadits tentang Ancaman Bagi yang Tidak Mengamalkan Ucapannya

Rasulullah ﷺ memperingatkan dengan sangat tegas orang-orang yang memerintahkan kebaikan tetapi tidak mengerjakannya, dan melarang keburukan tetapi justru melakukannya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:

«يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ، فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا فُلَانُ، مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: بَلَى، كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ»

“Akan didatangkan seseorang pada hari kiamat lalu dilemparkan ke dalam neraka, lalu ususnya keluar dan ia pun berputar-putar dengan usus itu sebagaimana keledai berputar mengelilingi penggilingnya. Penduduk neraka pun berkumpul kepadanya dan berkata: ‘Wahai Fulan! Bukankah dahulu engkau menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?’ Ia menjawab: ‘Benar, dahulu aku menyuruh kebaikan tetapi tidak mengerjakannya, dan aku melarang kemungkaran tetapi justru melakukannya.'” (HR. Muslim, no. 2989)

Hadits ini adalah peringatan keras agar setiap nasihat yang kita sampaikan terlebih dahulu kita amalkan. Terutama bagi orang tua, karena anak adalah peniru alami yang tajam.


Penutup: Keteladanan Adalah Pendidikan yang Hidup

Mengajarkan anak tentang kejujuran, kedisiplinan, dan ibadah tidak cukup hanya dengan kata-kata. Ia harus disertai contoh nyata dalam perilaku sehari-hari. Anak-anak sangat jeli melihat konsistensi antara ucapan dan tindakan orang tuanya.

Maka jadilah pendidik yang menginspirasi lewat teladan, bukan hanya perintah. Sebagaimana Rasulullah ﷺ yang diutus untuk menyempurnakan akhlak, dan beliau berhasil mendidik generasi terbaik bukan hanya dengan kata-kata, tapi dengan akhlak dan keteladanan yang hidup.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top
1
Admin Yayasan Amal Mata Hati
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ada yang bisa kami bantu?