Khutbah Pertama
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وبتوفيقه تُنال البركات، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ﷺ، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين.
أما بعد، فيا عباد الله، أوصيكم ونفسي المقصّرة بتقوى الله ﷻ، فهي وصية الله للأولين والآخرين، قال ﷻ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُم مُّسْلِمُونَ
Makna “Kembali kepada Fitrah” Setelah Idul Fitri
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah ﷻ,
Idul Fitri telah berlalu. Kata “fitri” berasal dari kata al-fithrah, yaitu kondisi jiwa yang bersih, suci dari dosa, tunduk kepada Allah ﷻ, sebagaimana bayi yang baru dilahirkan. Maka, tujuan dari Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tapi mengembalikan jiwa kita kepada kesucian asalnya: hati yang tunduk, ikhlas, dan bersih.
Allah ﷻ berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّى . وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
“Sungguh beruntung orang yang membersihkan diri (dari dosa), dan mengingat nama Rabbnya, lalu ia shalat.”
(QS. Al-A’la: 14–15)
Ayat ini menjelaskan bahwa keberuntungan sejati diraih oleh orang yang menyucikan dirinya – baik lahir maupun batin – dan terus menjaga hubungan dengan Allah ﷻ melalui dzikir dan shalat.
Menjaga Hati Tetap Bersih Setelah Ramadhan
Jamaah yang dimuliakan oleh Allah ﷻ,
Saat Ramadhan, hati kita terbiasa dengan lantunan Al-Qur’an, doa yang penuh harap, dan tangisan taubat. Namun setelah Ramadhan, tantangannya adalah menjaga hati itu tetap bersih. Jangan biarkan kotoran dosa kembali menutupi nurani kita.
Hati yang bersih adalah hati yang terus menerima kebenaran, tunduk pada Al-Qur’an, dan menjauhi kemaksiatan. Allah ﷻ berfirman:
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
“Itulah Kitab (Al-Qur’an) yang tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah: 2)
Jadi, hati yang bertakwa adalah hati yang tetap hidup setelah Ramadhan. Ia tidak mati setelah suasana ibadah berlalu, tapi terus hidup dengan amal shalih dan ketaatan.
Ukuran Diterimanya Ramadhan dan Amal Seseorang
Para ulama salaf berkata:
“من علامات قبول الحسنة: الحسنة بعدها، ومن علامات ردها: المعصية بعدها”
“Di antara tanda diterimanya amal kebaikan adalah adanya kebaikan setelahnya, dan di antara tanda amal ditolak adalah ketika diikuti oleh maksiat.”
Maka, siapa yang setelah Ramadhan tetap menjaga shalatnya, dzikirnya, puasanya, dan semangat ibadahnya, itulah tanda bahwa amal Ramadhannya diterima. Sebaliknya, siapa yang setelah Ramadhan kembali bermaksiat, lalai, dan malas ibadah, maka ia patut khawatir bahwa amalnya tidak diterima.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
Khutbah Kedua
الحمد لله حمدًا كثيرًا طيبًا مباركًا فيه، كما يحب ربنا ويرضى، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله ﷺ.
Mengevaluasi Diri dan Menjaga Kualitas Amal
Jamaah yang dimuliakan oleh Allah ﷻ,
Mari kita jadikan bulan Syawal ini sebagai waktu untuk mengevaluasi diri. Kita tidak tahu apakah kita akan bertemu Ramadhan lagi atau tidak. Maka, kita harus terus menjaga amal kita dengan penuh kesungguhan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidak akan bosan memberi pahala sampai kalian yang bosan beramal.”
(HR. Al-Bukhari no. 43 dan Muslim no. 782, dari Abu Hurairah رضي الله عنه)
Maka jangan pernah bosan dalam beribadah. Teruslah memperbaiki diri, menjaga ketulusan niat, dan istiqamah di atas sunnah Rasulullah ﷺ.
Penutup dan Doa
Jamaah sekalian,
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah, yang dosa-dosanya diampuni, yang ibadahnya diterima, dan yang menjadi hamba-hamba Allah ﷻ yang istiqamah hingga akhir hayat.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمَقْبُولِينَ، وَمِنَ الْمُتَّقِينَ، وَمِنَ الَّذِينَ يَثْبُتُونَ عَلَى دِينِكَ إِلَى أَنْ نَلْقَاكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|