Islam di Suriname: Sejarah, Demografi, dan Kehidupan Muslim

Suriname adalah salah satu negara dengan proporsi Muslim tertinggi di benua Amerika. Islam memiliki sejarah panjang di negara ini sejak kedatangan buruh kontrak dari Asia Selatan dan Indonesia pada masa kolonial Belanda. Meskipun jumlah Muslim di Suriname tidak sebesar di negara-negara Muslim lainnya, keberadaan mereka cukup signifikan dalam dinamika sosial dan politik negeri ini.

Sejarah Islam di Suriname

Islam di Suriname diperkenalkan oleh para buruh kontrak yang berasal dari Asia Selatan (terutama India dan Pakistan) serta dari Indonesia, khususnya orang Jawa, yang dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Mereka bekerja di perkebunan tebu, kopi, dan kakao setelah perbudakan dihapuskan di wilayah tersebut.

Dua kelompok utama yang membawa Islam ke Suriname adalah:

  1. Muslim Indo-Suriname (disebut juga Hindustani Muslim), yang berasal dari anak benua India dan bermazhab Sunni Hanafi.
  2. Muslim Jawa-Suriname, yang merupakan keturunan para pekerja kontrak dari Pulau Jawa, mayoritas bermazhab Sunni Syafi’i.

Selain kedua kelompok ini, ada juga sebagian kecil Muslim dari Afrika yang tiba melalui jalur perdagangan budak, meskipun pengaruh mereka dalam perkembangan Islam di Suriname tidak sebesar Muslim dari Asia.

Pada tahun 1942, seorang tokoh Muslim bernama Janab Asgar Karamat Ali mendirikan partai politik berbasis Muslim, yang menunjukkan keterlibatan aktif komunitas Muslim dalam kehidupan sosial dan politik Suriname.

Pada tingkat internasional, Suriname bersama Guyana adalah dua negara di Amerika yang menjadi anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang menunjukkan hubungan diplomatiknya dengan dunia Islam.

Demografi Muslim di Suriname

Menurut sensus tahun 2012, terdapat sekitar 75.053 Muslim di Suriname, yang mencakup sekitar 13,9% dari total populasi negara tersebut.

Perkembangan jumlah Muslim di Suriname mengalami dinamika sebagai berikut:

  • Populasi Muslim keturunan Indo-Suriname mengalami penurunan, dari 17% pada tahun 2004 menjadi 13% pada tahun 2012.
  • Sebaliknya, populasi Muslim dari kelompok Maroon (keturunan budak Afrika yang melarikan diri) meningkat dua kali lipat, dari 0,1% menjadi 0,2% pada periode 2004-2012.

Komunitas Muslim di Suriname sebagian besar tinggal di ibu kota Paramaribo, serta di kota-kota kecil seperti Lelydorp, Blauwgrond, dan Nieuw Nickerie.

Kehidupan Muslim di Suriname

Komunitas Muslim di Suriname memiliki kehidupan beragama yang cukup bebas dan berkembang. Namun, di kalangan Muslim keturunan Jawa-Suriname, terdapat perbedaan dalam praktik keagamaan. Sebagian masih mempertahankan tradisi Islam yang bercampur dengan budaya Jawa, sementara yang lain cenderung mengikuti ajaran Islam yang lebih murni.

Di Suriname, masjid-masjid menjadi pusat utama kegiatan keislaman. Beberapa masjid yang dikelola oleh keturunan Muslim Indonesia antara lain:

  • Masjid Nabawi di Paramaribo, yang menjadi salah satu masjid terbesar di ibu kota.
  • Masjid Namiroh di Lelydorp, yang memiliki peran penting dalam kehidupan Muslim Jawa-Suriname.
  • Masjid Darul Falah di Blauwgrond, yang juga menjadi pusat komunitas Muslim keturunan Indonesia.

Selain itu, organisasi Islam seperti Hidayatul Islam dan Surinaamse Islamitische Vereniging (SIV) berperan dalam mengoordinasikan kegiatan keislaman serta membangun hubungan dengan komunitas Muslim internasional.

Peran Muslim dalam Sosial dan Politik Suriname

Muslim di Suriname memiliki pengaruh dalam bidang politik dan sosial. Beberapa partai politik berbasis Islam pernah muncul dalam sejarah politik negara ini, meskipun saat ini peran mereka lebih bersifat individual dibandingkan kolektif.

Di bidang pendidikan, terdapat sekolah-sekolah Islam yang memberikan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam bagi generasi muda Muslim di Suriname.

Kesimpulan

Islam di Suriname adalah bagian penting dari keragaman budaya dan agama di negara ini. Meskipun jumlah Muslim tidak dominan, mereka memiliki sejarah panjang dan pengaruh yang signifikan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Dengan komunitas yang beragam, dari keturunan Hindustani hingga Jawa, Muslim di Suriname terus menjaga identitas keislaman mereka dalam lingkungan yang multikultural.

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top
1
Admin Yayasan Amal Mata Hati
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ada yang bisa kami bantu?