Pendahuluan
Bilāl bin Rabāh رضي الله عنه adalah salah satu sahabat Rasulullah ﷺ yang paling mulia. Beliau dikenal sebagai muadzin pertama dalam Islam, simbol keteguhan iman, dan lambang pembebasan dari belenggu perbudakan menuju kemuliaan Islam. Kisah perjuangan Bilāl رضي الله عنه menunjukkan bahwa kemuliaan di sisi Allah ﷻ tidak bergantung pada nasab atau status sosial, tetapi pada keimanan dan ketakwaan.
Asal-Usul dan Masuk Islam
Bilāl رضي الله عنه berasal dari Habasyah (Ethiopia). Ia adalah seorang budak milik Umayyah bin Khalaf, seorang pemuka Quraisy yang sangat memusuhi Rasulullah ﷺ.
Ketika Rasulullah ﷺ mulai berdakwah di Makkah, Bilāl رضي الله عنه mendengar seruan tauhid dan mengucapkan kalimat iman tanpa ragu. Ia menjadi salah satu dari tujuh orang pertama yang masuk Islam. Keputusannya membuat Umayyah marah besar dan menyiksanya dengan kejam di padang pasir Makkah yang panas.
Bilāl رضي الله عنه disiksa di bawah terik matahari dengan batu besar di dadanya, namun lisannya tetap teguh mengucapkan:
أَحَدٌ أَحَدٌ
“Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa.”
Keteguhan itu membuat Rasulullah ﷺ dan para sahabat kagum atas imannya.
Pembebasan oleh Abu Bakr رضي الله عنه
Melihat penderitaan Bilāl رضي الله عنه, Abu Bakr Ash-Shiddīq رضي الله عنه membeli dan memerdekakan Bilāl dengan harga yang sangat tinggi demi mengangkat kehormatannya di sisi Allah ﷻ. Sejak saat itu, Bilāl رضي الله عنه menjadi salah satu sahabat terdekat Rasulullah ﷺ.
Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu.” (Al-Ḥujurāt: 13)
Ayat ini nyata dalam diri Bilāl رضي الله عنه — seorang mantan budak yang dimuliakan karena ketakwaannya.
Muadzin Pertama Rasulullah ﷺ
Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah ﷺ memilih Bilāl رضي الله عنه sebagai muadzin pertama dalam Islam. Suara indahnya menggema setiap kali memanggil kaum Muslimin untuk menunaikan shalat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا بِلَالُ، أَقِمِ الصَّلَاةَ، أَرِحْنَا بِهَا
“Wahai Bilāl, iqamatkanlah shalat, istirahatkanlah kami dengannya.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Adzan Bilāl رضي الله عنه menjadi suara yang paling dirindukan oleh Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin. Bahkan, setelah Fathu Makkah, ketika Bilāl naik ke atas Ka‘bah untuk mengumandangkan adzan, sebagian orang Quraisy yang masih sombong terkejut, namun Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa Islam telah meninggikan derajat semua yang beriman.
Kedekatan dengan Rasulullah ﷺ
Bilāl رضي الله عنه memiliki kedudukan istimewa di sisi Rasulullah ﷺ. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا بِلَالُ، حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلاَمِ، فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ: مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طُهُورًا فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ
“Wahai Bilāl, ceritakan kepadaku amalan yang paling kau harapkan (pahalanya) dalam Islam, karena aku mendengar suara langkah sandalamu di depanku di surga.” Bilāl menjawab: Aku tidak pernah berwudhu pada waktu siang atau malam kecuali aku shalat dengan wudhu itu sebanyak yang Allah tetapkan untukku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan keutamaan ibadah Bilāl رضي الله عنه yang istiqamah dan penuh cinta kepada Allah ﷻ.
Setelah Wafatnya Rasulullah ﷺ
Ketika Rasulullah ﷺ wafat, Bilāl رضي الله عنه sangat terpukul. Ia tidak sanggup lagi mengumandangkan adzan karena setiap lafaz “Asyhadu anna Muhammadur Rasūlullāh” membuatnya menangis tersedu. Ia lalu meminta izin kepada Abu Bakr رضي الله عنه untuk berhijrah ke Syam dan berjuang di jalan Allah ﷻ.
Di masa tuanya, Bilāl رضي الله عنه bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ yang berkata kepadanya:
مَا هَذِهِ الْجَفْوَةُ يَا بِلَالُ؟ أَمَا آنَ لَنَا أَنْ نَلْتَقِيَ؟
“Wahai Bilāl, sampai kapan engkau menjauh dariku? Tidakkah sudah saatnya kita berjumpa kembali?”
Mimpi itu membuat Bilāl رضي الله عنه segera kembali ke Madinah. Saat ia mengumandangkan adzan lagi di sana, seluruh penduduk Madinah menangis mengenang masa Rasulullah ﷺ.
Wafatnya Bilāl رضي الله عنه
Bilāl رضي الله عنه wafat di Damaskus pada tahun 20 Hijriah (riwayat lain menyebut tahun 21 H) pada usia sekitar 60 tahun. Ia dimakamkan di dekat Bab Kinanah di Damaskus, Suriah. Beliau meninggalkan warisan keteladanan tentang keimanan, kesabaran, dan kehormatan seorang mukmin di sisi Allah ﷻ.
Teladan dari Bilāl رضي الله عنه
-
Keteguhan iman – tidak goyah meski disiksa demi tauhid.
-
Ketaatan dan kedekatan kepada Allah ﷻ – istiqamah dalam ibadah.
-
Kecintaan kepada Rasulullah ﷺ – senantiasa rindu dengan beliau.
-
Kesederhanaan dan keikhlasan – tidak mencari dunia, hanya ridha Allah ﷻ.
Penutup
Bilāl bin Rabāh رضي الله عنه adalah bukti nyata bahwa kemuliaan sejati tidak datang dari harta atau keturunan, tetapi dari keimanan dan ketakwaan. Dari budak yang hina di mata manusia, ia menjadi sosok yang dirindukan di surga. Semoga Allah ﷻ meridhainya dan menjadikan kita termasuk orang yang mengikuti jejak keimanan dan keteguhannya.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|



