Ammār bin Yāsir رضي الله عنه

Pendahuluan

Ammār bin Yāsir رضي الله عنه adalah sahabat Rasulullah ﷺ yang dikenal dengan keteguhan iman dan kesabarannya menghadapi ujian berat. Ia berasal dari keluarga yang pertama kali memeluk Islam dan juga keluarga pertama yang disiksa karena mempertahankan keimanan. Ammār رضي الله عنه hidup penuh perjuangan, kesetiaan, dan pengorbanan hingga akhir hayatnya.

Asal Usul dan Masuk Islam

Nama lengkapnya adalah Ammār bin Yāsir bin ‘Āmir bin Mālik bin Kanānāh Al-‘Ansī Al-Madani. Ia berasal dari suku ‘Ans, bagian dari kabilah Yaman, dan kemudian menetap di Makkah. Ayahnya Yāsir bin ‘Āmir dan ibunya Sumayyah binti Khayyat رضي الله عنها termasuk golongan orang-orang lemah yang tertindas di Makkah.

Ammār رضي الله عنه termasuk di antara as-sābiqūn al-awwalūn, orang-orang pertama yang masuk Islam. Ia beriman kepada Rasulullah ﷺ bersama kedua orang tuanya, ketika dakwah Islam masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Siksaan dan Keteguhan Iman

Keluarga Ammār رضي الله عنهم mengalami penyiksaan yang sangat kejam dari kaum Quraisy. Mereka diikat, dijemur di bawah terik matahari, dicambuk, dan disiksa dengan api. Rasulullah ﷺ selalu melewati mereka dan memberi keteguhan hati dengan sabda beliau ﷺ:

صَبْرًا آلَ يَاسِرٍ، فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ

“Bersabarlah wahai keluarga Yāsir, karena tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.” (HR. Al-Hakim, dinyatakan shahih oleh Al-Albani)

Dalam siksaan berat, ibunya Sumayyah رضي الله عنها gugur syahid ditikam oleh Abu Jahl, menjadikannya wanita pertama yang syahid dalam Islam. Ayahnya, Yāsir رضي الله عنه, juga gugur dalam penderitaan yang sama.

Ammār رضي الله عنه sendiri dipaksa oleh orang-orang Quraisy untuk mencela Rasulullah ﷺ dan menyebut nama berhala mereka. Dalam keadaan terpaksa, ia pun mengucapkannya untuk menyelamatkan nyawanya, namun hatinya tetap teguh dalam iman. Setelah kejadian itu, ia datang menangis kepada Rasulullah ﷺ.

Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya:
كَيْفَ تَجِدُ قَلْبَكَ؟

Ia menjawab, “Masih tenang dalam keimanan.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنْ عَادُوا فَعُدْ

“Jika mereka memaksamu lagi, maka ulangilah (ucapanmu).” (HR. Al-Bayhaqi, hasan menurut Al-Albani)

Peristiwa ini menjadi sebab turunnya ayat:

مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ 

“Barang siapa yang kafir kepada Allah setelah beriman, kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam iman.”

Ayat ini menjadi pembelaan Allah ﷻ terhadap Ammār رضي الله عنه, membuktikan ketulusan imannya.

Keberanian di Medan Jihad

Ammār bin Yāsir رضي الله عنه ikut serta dalam semua peperangan besar bersama Rasulullah ﷺ. Dalam Perang Badar, ia termasuk di antara pasukan yang pertama kali berperang melawan kaum musyrikin. Ia juga turut dalam Perang Uhud, Khandaq, dan seluruh ekspedisi Rasulullah ﷺ.

Rasulullah ﷺ sangat mencintai Ammār رضي الله عنه dan sering memujinya. Dalam hadits shahih, beliau ﷺ bersabda:

وَيْحَ عَمَّارٍ، تَقْتُلُهُ الْفِئَةُ الْبَاغِيَةُ

“Celakalah Ammār, ia akan dibunuh oleh kelompok yang zalim.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menjadi bukti kenabian karena benar-benar terjadi kemudian dalam Perang Shiffīn, di mana Ammār رضي الله عنه gugur di pihak ‘Alī bin Abī Thālib رضي الله عنه.

Sifat dan Akhlak Ammār رضي الله عنه

  1. Teguh dalam keimanan — meskipun menghadapi siksaan dan ancaman.

  2. Lembut hati dan rendah diri — dikenal sebagai sahabat yang tawadhu‘ dan tidak sombong.

  3. Berani dan tegas di jalan Allah — tidak takut menghadapi musuh demi kebenaran.

  4. Zuhud terhadap dunia — hidupnya sederhana, tidak tergiur oleh kekayaan atau jabatan.

  5. Cinta kepada Rasulullah ﷺ — sangat dalam hingga rela berkorban nyawa demi dakwah Islam.

Wafatnya Ammār bin Yāsir رضي الله عنه

Ammār رضي الله عنه wafat dalam Perang Shiffīn tahun 37 Hijriah, saat berusia lebih dari 90 tahun. Ia berada di pihak Khalifah ‘Alī bin Abī Thālib رضي الله عنه melawan pasukan Mu‘āwiyah رضي الله عنه.

Ketika Ammār gugur, orang-orang mengenang sabda Rasulullah ﷺ di atas, bahwa ia akan dibunuh oleh kelompok yang zalim. Darahnya menjadi saksi atas ketulusan perjuangan dan cintanya kepada kebenaran.

Ammār رضي الله عنه dimakamkan di wilayah Shiffīn, dan umat Islam mengenangnya sebagai pahlawan sejati dan simbol keteguhan iman.

Teladan dari Kehidupan Ammār bin Yāsir رضي الله عنه

  1. Keteguhan dalam ujian — tetap beriman walau disiksa dengan kejam.

  2. Keikhlasan dalam perjuangan — berjuang tanpa pamrih demi menegakkan agama Allah ﷻ.

  3. Kesabaran menghadapi fitnah dan tekanan — tidak tergoda untuk meninggalkan Islam.

  4. Cinta kepada Rasulullah ﷺ — menjadi penggerak seluruh amalnya.

  5. Mengutamakan kebenaran di atas segalanya — bahkan ketika berada di masa fitnah besar.

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Rabb kami adalah Allah’ kemudian mereka istiqamah, maka para malaikat akan turun kepada mereka.”

Ayat ini menggambarkan kepribadian Ammār رضي الله عنه yang senantiasa teguh di atas iman hingga akhir hayat.

Penutup

Ammār bin Yāsir رضي الله عنه adalah teladan dalam kesabaran, keberanian, dan keikhlasan. Ia tumbuh dari keluarga tertindas, namun meninggalkan jejak kemuliaan yang tidak akan terhapus dalam sejarah Islam. Darahnya menjadi saksi bahwa iman sejati tidak akan pudar oleh siksaan, dan kesetiaan kepada Allah ﷻ adalah kehormatan tertinggi bagi seorang mukmin.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top