Wala’ wal Bara’ sebagai Konsekuensi Tauhid

Pengantar

Tauhid bukan sekadar pernyataan lisan, tetapi ia memiliki konsekuensi yang sangat dalam dalam kehidupan seorang Muslim. Salah satu konsekuensi terpenting dari tauhid adalah menerapkan prinsip wala’ wal bara’, yaitu mencintai karena Allah ﷻ dan membenci karena Allah ﷻ. Inilah yang membedakan iman yang benar dengan iman yang sekadar simbolik. Dalam artikel ini, kita akan membahas makna wala’ wal bara’, dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah, serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Wala’ wal Bara’

  • Wala’ (الولاء): Loyalitas, cinta, kasih sayang, dan pembelaan kepada orang-orang yang beriman dan berjalan di atas tauhid.

  • Bara’ (البراء): Berlepas diri, membenci, dan memusuhi kekufuran, kesyirikan, serta para pendukungnya jika mereka tidak bertobat.

Wala’ wal bara’ adalah bagian dari iman. Tanpa keduanya, maka iman seorang Muslim tidak sempurna.

Allah ﷻ berfirman:

لَا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ

Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya (QS. Al-Mujādilah: 22)

Ayat ini menegaskan bahwa wala’ kepada orang-orang yang memusuhi Allah ﷻ adalah tanda lemahnya iman.

Cinta karena Allah, Benci karena Allah

1. Cinta karena Allah ﷻ

Cinta kepada orang beriman, ulama, dan para pejuang tauhid adalah bagian dari iman. Bahkan Rasulullah ﷺ menyebut cinta karena Allah ﷻ sebagai ikatan terkuat dalam agama.

Rasulullah ﷺ bersabda:

أوثق عُرَى الإِيمانِ الحبُّ في اللَّهِ والبُغضُ في اللَّهِ

Ikatan iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah (HR. Ahmad, dari sahabat Al-Barā’ bin ‘Āzib رضي الله عنه, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

2. Benci karena Allah ﷻ

Benci bukan karena nafsu, tetapi karena agama. Seorang Muslim membenci kekufuran, kesyirikan, bid’ah, dan maksiat karena Allah ﷻ membencinya, bukan karena permusuhan pribadi.

وَقَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌۭ حَسَنَةٌۭ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ

Sungguh telah ada teladan yang baik pada diri Ibrāhīm dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah, kami ingkari kalian, dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kalian beriman hanya kepada Allah (QS. Al-Mumtaḥanah: 4)

Ayat ini menunjukkan bahwa bara’ (berlepas diri) adalah bagian dari tauhid, dan tidak akan sempurna tanpa itu.

Aplikasi Wala’ wal Bara’ dalam Kehidupan Sehari-hari

A. Bentuk Wala’ kepada Orang Beriman

  • Mencintai sesama Muslim

  • Menolong dan membela saudara seiman

  • Menyambung silaturrahim dengan orang shalih

  • Membela ulama Ahlus Sunnah dan dakwah tauhid

  • Mendoakan kebaikan untuk kaum Muslimin

B. Bentuk Bara’ dari Orang Kafir dan Ahlul Bid’ah

  • Tidak menjadikan mereka sebagai wali atau pemimpin dalam urusan agama

  • Tidak menghadiri ritual keagamaan mereka

  • Tidak mencintai atau mengagumi keyakinan mereka

  • Tidak menyebarkan budaya, perayaan, atau simbol-simbol mereka

  • Mengingkari perbuatan kufur dan bid’ah mereka secara ilmiah dan hikmah

Namun, dalam urusan dunia seperti muamalah, pekerjaan, atau tetangga non-Muslim, Islam tetap mengajarkan sikap adil, baik, dan tidak dzalim, sebagaimana Allah ﷻ berfirman:

لَا يَنْهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمْ يُقَـٰتِلُوكُمْ فِى ٱلدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَـٰرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوٓا۟ إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ

Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tidak memerangi kalian karena agama dan tidak mengusir kalian dari kampung halaman kalian. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil (QS. Al-Mumtaḥanah: 8)

Penutup

Wala’ wal bara’ adalah konsekuensi dari kalimat Laa ilaaha illallah. Tanpa mencintai karena Allah ﷻ dan membenci karena Allah ﷻ, iman kita tidak akan sempurna. Prinsip ini harus diterapkan dengan hikmah dan ilmu, serta menjadi kompas dalam memilih teman, lingkungan, bahkan dalam mencintai dan membenci. Dengan menerapkan wala’ wal bara’, seorang Muslim akan menjaga kemurnian tauhidnya dan membedakan dirinya dari jalan orang-orang yang sesat.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top