Pendahuluan
Hati manusia akan tetap bersih jika dijaga dari perbuatan dosa dan maksiat. Sebaliknya, maksiat adalah penghalang utama dalam penyucian jiwa, yang membuat seseorang semakin jauh dari rahmat Allah ﷻ. Oleh karena itu, meninggalkan maksiat adalah langkah pertama untuk mencapai ketenangan hati dan kedekatan dengan Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman:
وَذَرُوا۟ ظَٰهِرَ ٱلْإِثْمِ وَبَاطِنَهُۥ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكْسِبُونَ ٱلْإِثْمَ سَيُجْزَوْنَ بِمَا كَانُوا۟ يَقْتَرِفُونَ
“Dan tinggalkanlah dosa yang tampak maupun yang tersembunyi. Sesungguhnya orang-orang yang mengerjakan dosa akan diberi balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 120)
Ayat ini menunjukkan bahwa menjauhi maksiat, baik yang terlihat maupun tersembunyi, adalah perintah langsung dari Allah ﷻ.
Mengapa Meninggalkan Maksiat Itu Penting?
1. Maksiat Menutupi Cahaya Hati
Hati manusia secara fitrah bersih dan cenderung kepada kebaikan. Namun, ketika seseorang terus melakukan dosa, maka hatinya akan tertutup oleh kegelapan maksiat.
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ ٱلْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَٱسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّىٰ تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ ٱلرَّانُ ٱلَّذِي ذَكَرَ ٱللَّهُ: كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
“Sesungguhnya jika seorang hamba melakukan satu dosa, maka akan muncul titik hitam di hatinya. Jika ia berhenti, beristighfar, dan bertaubat, maka hatinya akan bersih kembali. Namun, jika ia terus melakukan dosa, maka titik hitam itu akan bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah yang dimaksud dalam firman Allah: ‘Sekali-kali tidak! Bahkan hati mereka telah tertutup oleh dosa yang mereka lakukan.’” (HR. Tirmidzi, no. 3334; dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani)
Hadits ini menjelaskan bahwa maksiat yang terus-menerus dilakukan tanpa taubat akan membuat hati semakin keras dan sulit menerima kebenaran.
2. Maksiat Mengundang Murka Allah ﷻ
Allah ﷻ telah memperingatkan bahwa dosa dan maksiat akan mendatangkan azab dan kesengsaraan dalam kehidupan.
Allah ﷻ berfirman:
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍۢ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍۢ
“Dan musibah apa pun yang menimpa kalian adalah akibat dari perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahan kalian).” (QS. Asy-Syura: 30)
Setiap keburukan yang menimpa manusia, baik berupa kegelisahan, penderitaan, atau musibah, bisa jadi disebabkan oleh dosa yang dilakukan, meskipun Allah ﷻ masih banyak memberikan ampunan.
3. Maksiat Menghalangi Keberkahan Hidup
Dari Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ ٱلرَّجُلَ لَيُحْرَمُ ٱلرِّزْقَ بِٱلذَّنْبِ يُصِيبُهُ
“Sesungguhnya seseorang bisa terhalang dari rezeki karena dosa yang ia lakukan.” (HR. Ibnu Majah, no. 4022; dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani)
Dosa dapat menjadi penghalang datangnya rezeki, ketenangan, dan keberkahan dalam hidup.
Bagaimana Cara Meninggalkan Maksiat?
1. Menyadari Bahaya Dosa
Seseorang yang sadar bahwa maksiat membawa dampak buruk bagi dirinya, baik di dunia maupun akhirat, akan lebih mudah untuk meninggalkannya.
Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةًۭ وَسَآءَ سَبِيلًۭا
“Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)
Ayat ini tidak hanya melarang zina, tetapi juga melarang segala sesuatu yang bisa mendekati perbuatan tersebut, seperti melihat hal yang haram, berdua-duaan, atau berikhtilat (bercampur baur tanpa batasan syar’i).
2. Meninggalkan Lingkungan yang Buruk
Dari Abu Sa’id Al-Khudri رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda tentang seseorang yang ingin bertaubat dari dosa besar:
فَأَتَىٰ رَجُلًا عَالِمًا فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ ٱلتَّوْبَةِ؟ وَلَٰكِنِ ٱنْطَلِقْ إِلَىٰ أَرْضِ كَذَا وَكَذَا، فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ ٱللَّهَ فَٱعْبُدْ ٱللَّهَ مَعَهُمْ، وَلَا تَرْجِعْ إِلَىٰ أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ
“Kemudian ia mendatangi seorang alim dan berkata, ‘Aku telah membunuh seratus jiwa, apakah aku masih bisa bertaubat?’ Ulama itu menjawab, ‘Ya, siapa yang bisa menghalangi taubatmu? Pergilah ke suatu negeri, karena di sana ada orang-orang yang menyembah Allah. Beribadahlah bersama mereka, dan jangan kembali ke tempat asalmu karena itu adalah tempat yang buruk.’” (HR. Muslim, no. 2766)
Hadits ini mengajarkan bahwa untuk meninggalkan maksiat, seseorang harus menjauhi lingkungan yang buruk dan mencari lingkungan yang lebih baik.
3. Memperbanyak Taubat dan Istighfar
Dosa bisa dihapus dengan taubat yang sungguh-sungguh. Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
وَٱللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ ٱللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي ٱلْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR. Bukhari, no. 6307)
Kesimpulan
Meninggalkan maksiat adalah langkah utama dalam penyucian jiwa. Dengan menjauhi dosa, seseorang akan mendapatkan ketenangan hati, keberkahan hidup, dan kedekatan dengan Allah ﷻ.
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba-hamba yang selalu menjaga diri dari maksiat dan senantiasa berada dalam ketaatan. Aamiin. 🤲🏻
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|