Konsep Ekonomi Islam Dibandingkan Ekonomi Kapitalis dan Sosialis
Ekonomi Islam adalah sistem yang berlandaskan pada syariat Allah ﷻ dan sunnah Rasulullah ﷺ. Tujuannya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, tetapi juga menegakkan keadilan, menjaga keseimbangan, dan menghadirkan keberkahan dalam kehidupan manusia.
Berbeda dengan sistem kapitalis yang menekankan kebebasan individu tanpa batas sehingga melahirkan kesenjangan sosial, dan berbeda pula dengan sistem sosialis yang meniadakan hak kepemilikan individu demi kepentingan negara, ekonomi Islam berada di tengah: mengakui hak individu namun tetap menekankan tanggung jawab sosial.
Allah ﷻ berfirman:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْاَرْضِ جَمِيْعًا
“Dia-lah Allah yang menciptakan untuk kalian segala sesuatu yang ada di bumi semuanya” (Al-Baqarah: 29).
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diberi hak untuk memiliki dan memanfaatkan harta, namun tetap dalam batas syariat dan tidak boleh merugikan orang lain.
Peran Zakat, Infak, dan Wakaf dalam Ekonomi Modern
Instrumen utama dalam ekonomi Islam yang membedakannya dengan sistem lain adalah zakat, infak, dan wakaf. Ketiganya bukan sekadar ibadah ritual, tetapi juga pilar penting dalam distribusi kekayaan.
-
Zakat adalah kewajiban atas harta tertentu dengan kadar tertentu untuk kelompok yang berhak. Rasulullah ﷺ bersabda dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما:
إِنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat atas harta mereka, diambil dari orang kaya di antara mereka lalu dikembalikan kepada orang miskin mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
-
Infak bersifat sukarela, namun sangat dianjurkan untuk membersihkan harta, memperluas rezeki, dan menolong sesama.
-
Wakaf adalah bentuk sedekah jariyah yang manfaatnya berkelanjutan, seperti wakaf tanah untuk masjid, sekolah, atau rumah sakit. Wakaf terbukti menjadi instrumen pembangunan sosial-ekonomi yang berkesinambungan.
Ketiga instrumen ini, jika dikelola secara profesional di era modern, mampu mengurangi kemiskinan, mempersempit jurang sosial, serta menguatkan kemandirian umat.
Pentingnya Keberkahan dalam Distribusi Kekayaan
Dalam ekonomi modern yang sering mengedepankan angka pertumbuhan, keberkahan sering terlupakan. Islam mengajarkan bahwa harta yang halal, meskipun sedikit, akan lebih bermanfaat dibanding harta haram yang melimpah namun tidak membawa kebaikan.
Allah ﷻ berfirman:
يَمْحَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا وَيُرْبِي الصَّدَقٰتِ ۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ اَثِيْمٍ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.” (Al-Baqarah: 276).
Keberkahan adalah inti dari ekonomi Islam. Harta yang diberkahi akan menenangkan jiwa, menambah kebaikan, dan membawa kemanfaatan luas. Tanpa keberkahan, harta hanya menjadi sumber masalah, konflik, dan kerusakan.
Penutup
Ekonomi Islam modern hadir bukan hanya sebagai teori, tetapi solusi nyata untuk dunia yang dilanda ketidakadilan ekonomi. Dengan menerapkan prinsip syariat, menghidupkan zakat, infak, dan wakaf, serta menanamkan nilai keberkahan, umat Islam mampu membangun tatanan ekonomi yang adil, seimbang, dan penuh rahmat.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|