Pengantar
Islam adalah agama yang penuh rahmat dan kemudahan. Di antara bentuk kemudahan tersebut adalah dibolehkannya shalat qashar dan jama’ bagi seorang musafir. Dua keringanan ini merupakan sunnah yang diajarkan langsung oleh Rasulullah ﷺ dan dipraktikkan oleh para sahabat رضي الله عنهم.
Syarat Shalat Qashar
Shalat qashar adalah meringkas shalat empat rakaat menjadi dua rakaat, yaitu shalat Dzuhur, Ashar, dan Isya. Shalat Subuh dan Maghrib tidak bisa diqashar.
Syarat Qashar menurut madzhab Syafi’i:
-
Melakukan perjalanan (safar) yang mubah, bukan untuk maksiat
-
Jarak perjalanan minimal ± 82 km
-
Telah keluar dari batas daerah tempat tinggal
-
Niat qashar sejak awal shalat
-
Tidak bermakmum kepada orang yang shalat tamam (sempurna 4 rakaat)
-
Tidak berniat menetap lebih dari 4 hari di tempat tujuan
Dalil dari Al-Qur’an:
وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah berdosa atasmu untuk mengqashar shalat… (QS. An-Nisā’: 101)
Dari Ya’la bin Umayyah رضي الله عنه, ia bertanya kepada Umar bin Al-Khattab رضي الله عنه tentang ayat tersebut, padahal saat itu sudah aman. Umar menjawab:
عَجِبْتُ مِمَّا عَجِبْتَ مِنْهُ، فَسَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ عَنْ ذَٰلِكَ فَقَالَ: صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ اللَّهُ بِهَا عَلَيْكُمْ، فَاقْبَلُوا صَدَقَتَهُ
*Aku pun heran seperti engkau, lalu aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ, maka beliau bersabda: “Itu adalah sedekah yang Allah berikan kepadamu, maka terimalah sedekah-Nya.” (HR. Muslim)
Jenis Jama’: Jama’ Taqdim dan Jama’ Ta’khir
Shalat jama’ adalah menggabungkan dua shalat dalam satu waktu. Yang bisa dijama’ adalah:
-
Dzuhur dengan Ashar
-
Maghrib dengan Isya
Subuh tidak bisa dijama’ dengan shalat lain.
1. Jama’ Taqdim
Melaksanakan dua shalat pada waktu shalat pertama.
Syaratnya:
-
Niat jama’ saat shalat pertama
-
Dilakukan secara berturut-turut (muwālah)
-
Tidak ada pemisah waktu yang lama
Contoh: shalat Dzuhur dan Ashar dilaksanakan sekaligus di waktu Dzuhur.
2. Jama’ Ta’khir
Melaksanakan dua shalat pada waktu shalat kedua.
Syaratnya:
-
Niat jama’ di waktu shalat pertama
-
Waktu shalat pertama belum habis saat niat
Contoh: menunda Dzuhur lalu digabung dengan Ashar di waktu Ashar.
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه:
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ إِلَى الْعَصْرِ، ثُمَّ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا، فَإِنْ زَاغَتْ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ صَلَّى الظُّهْرَ، ثُمَّ رَكِبَ
Apabila Nabi ﷺ berangkat sebelum matahari tergelincir, beliau menunda shalat Dzuhur hingga Ashar lalu menggabungkannya. Jika matahari telah tergelincir sebelum beliau berangkat, beliau shalat Dzuhur terlebih dahulu lalu berangkat. (HR. Al-Bukhārī dan Muslim)
Contoh Penerapan dalam Safar
Seorang musafir yang melakukan perjalanan lebih dari 82 km dan tidak berniat tinggal lebih dari empat hari di tempat tujuan boleh mengqashar dan menjama’.
Contoh:
Seseorang yang melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung (±150 km) pada pukul 09.00, sampai pukul 13.00. Ia boleh:
-
Jama’ Taqdim: Shalat Dzuhur dan Ashar di Jakarta sebelum berangkat
-
Jama’ Ta’khir: Shalat Dzuhur dan Ashar sekaligus di Bandung sesampainya
Ia juga boleh mengqashar Dzuhur dan Ashar menjadi masing-masing dua rakaat selama dalam masa safarnya.
Penutup
Qashar dan jama’ adalah bentuk kemudahan dari Allah ﷻ dalam ibadah. Musafir tidak hanya dibolehkan, bahkan dianjurkan untuk mengambil rukhshah (keringanan) ini, sebagaimana sunnah Rasulullah ﷺ dan praktik para sahabat رضي الله عنهم. Jangan sia-siakan kemudahan syariat yang penuh hikmah ini.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|