Pendahuluan
Sa‘d bin Abī Waqqāṣ رضي الله عنه adalah salah satu sahabat besar Rasulullah ﷺ yang dikenal sebagai panglima perang Islam pertama yang menaklukkan wilayah Persia. Beliau termasuk dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, seorang ahli doa yang mustajab, dan pemanah pertama dalam Islam. Keberaniannya di medan jihad dan keteguhan imannya menjadi teladan sepanjang masa.
Nasab dan Kehidupan Awal
Nama lengkapnya adalah Sa‘d bin Mālik bin Wahib bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab Al-Qurasyi Az-Zuhri. Beliau termasuk keluarga dekat Rasulullah ﷺ karena ibunda Nabi, Āminah binti Wahb, juga berasal dari Bani Zuhrah.
Sa‘d رضي الله عنه lahir di Makkah sepuluh tahun sebelum kenabian. Sejak muda, beliau dikenal pemberani, cerdas, dan memiliki akhlak yang mulia.
Masuk Islam dan Ujian Awal
Sa‘d رضي الله عنه termasuk orang ketiga belas yang masuk Islam melalui dakwah Abu Bakr Ash-Shiddīq رضي الله عنه. Keislamannya membuat ibunya marah besar. Ibunya, Hamnah binti Abi Sufyan, bersumpah tidak akan makan dan minum hingga Sa‘d meninggalkan Islam. Namun, Sa‘d رضي الله عنه tetap teguh di atas tauhid.
Kisah ini menjadi sebab turunnya firman Allah ﷻ:
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya, tetapi pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqmān: 15)
Ayat ini menunjukkan keteguhan iman Sa‘d رضي الله عنه dalam mempertahankan tauhid meski dihadapkan dengan tekanan keluarga.
Pemanah Pertama dalam Islam
Sa‘d bin Abī Waqqāṣ رضي الله عنه adalah orang pertama yang memanah di jalan Allah ﷻ. Dalam Perang Badar, beliau termasuk di antara sahabat yang berjuang dengan penuh keberanian. Rasulullah ﷺ sangat mencintainya dan sering mendoakan keberkahan untuknya.
Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya:
ارْمِ، فِدَاكَ أَبِي وَأُمِّي
“Panahlah, wahai Sa‘d! Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه)
Ungkapan ini adalah bentuk penghormatan luar biasa dari Rasulullah ﷺ, karena beliau jarang mengucapkannya kepada sahabat lain.
Keutamaan dan Doa yang Mustajab
Sa‘d رضي الله عنه dikenal sebagai sahabat yang doanya dikabulkan oleh Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ bersabda:
اللَّهُمَّ اسْتَجِبْ لِسَعْدٍ إِذَا دَعَا
“Ya Allah, kabulkanlah doa Sa‘d ketika ia berdoa.” (HR. At-Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Karena itu, setiap kali beliau berdoa, banyak peristiwa yang menunjukkan kemustajaban doanya. Suatu ketika ada seseorang mencela Sa‘d رضي الله عنه, maka beliau berdoa agar Allah menghukumnya, dan orang itu pun segera tertimpa penyakit hingga meninggal dunia.
Panglima Perang Qadisiyyah
Pada masa Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththāb رضي الله عنه, Sa‘d bin Abī Waqqāṣ رضي الله عنه ditunjuk sebagai panglima besar untuk memimpin pasukan Islam dalam menaklukkan Persia.
Beliau memimpin Perang Qadisiyyah, salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah Islam. Dalam perang itu, pasukan Islam yang jauh lebih sedikit berhasil mengalahkan pasukan besar Persia yang dipimpin oleh Rustum.
Setelah kemenangan Qadisiyyah, Sa‘d رضي الله عنه melanjutkan penaklukan ke kota Mada’in (ibu kota Persia) dan membangun masjid besar di sana. Keberhasilannya menandai runtuhnya kekuasaan Persia dan meluasnya dakwah Islam ke Timur.
Kepemimpinan yang Adil dan Zuhud
Sebagai pemimpin, Sa‘d رضي الله عنه dikenal sangat adil dan tidak tertarik pada dunia. Ia menolak jabatan gubernur di masa berikutnya dan memilih hidup sederhana di pinggiran Madinah.
Suatu ketika, seseorang mengadu kepada Khalifah Umar رضي الله عنه bahwa Sa‘d tidak memimpin dengan baik. Umar pun memanggil Sa‘d untuk klarifikasi. Namun setelah diselidiki, ternyata semua tuduhan itu palsu. Sejak itu, Sa‘d رضي الله عنه berdoa agar Allah ﷻ membuktikan kebenarannya — dan orang yang memfitnahnya langsung mendapat balasan.
Akhlak dan Ibadah Sa‘d رضي الله عنه
Sa‘d رضي الله عنه terkenal dengan sifat sabar, rendah hati, dan tawakal. Beliau lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan berzikir. Meskipun seorang panglima besar, beliau selalu berpegang pada prinsip keikhlasan.
Rasulullah ﷺ bersabda tentang beliau:
هَذَا خَالِي فَلْيُرِنِي امْرُؤٌ خَالَهُ
“Ini adalah pamanku, maka hendaklah seseorang memperlihatkan pamannya kepadaku (jika mampu).” (HR. At-Tirmidzi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani)
Ucapan ini menunjukkan hubungan dekat Rasulullah ﷺ dengan Sa‘d رضي الله عنه dan besarnya penghormatan beliau terhadapnya.
Wafatnya Sa‘d رضي الله عنه
Sa‘d bin Abī Waqqāṣ رضي الله عنه adalah sahabat terakhir dari sepuluh yang dijamin surga yang wafat. Beliau meninggal dunia di Al-‘Aqiq, dekat Madinah, pada tahun 55 Hijriah dalam usia sekitar 80 tahun.
Sebelum wafat, beliau berwasiat agar dimakamkan dengan baju perang yang pernah ia pakai pada Perang Badar. Ia berkata, “Aku simpan baju ini agar aku dimandikan dan dikafani dengannya, karena aku memakainya ketika berperang bersama Rasulullah ﷺ.”
Beliau dimakamkan di Baqi‘ Al-Gharqad, Madinah.
Teladan dari Sa‘d bin Abī Waqqāṣ رضي الله عنه
-
Keteguhan iman – tidak gentar menghadapi ujian demi mempertahankan tauhid.
-
Kepemimpinan yang adil dan amanah – memimpin dengan keikhlasan dan tanggung jawab.
-
Keberanian dan doa yang mustajab – menjadi simbol kekuatan iman dan tawakal.
-
Zuhud dan kesederhanaan – tetap rendah hati meskipun meraih kemenangan besar.
Penutup
Sa‘d bin Abī Waqqāṣ رضي الله عنه adalah teladan sejati dalam keberanian, kesabaran, dan keteguhan iman. Dari seorang pemuda Makkah, beliau menjadi panglima besar penakluk Persia, namun tetap hidup sederhana dan tawakal kepada Allah ﷻ. Semoga Allah ﷻ meridhai beliau dan menjadikan kita termasuk orang yang meneladani keteguhan dan keikhlasannya.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|