Rukun dan Syarat Sah Rahn

Rukun Rahn

Dalam akad rahn, para ulama menyebutkan bahwa ada empat rukun utama yang harus terpenuhi agar akad sah secara syar’i:

  1. Ar-Rāhin (الرَّاهِن) – Pihak yang menggadaikan barang, yaitu pemilik sah barang yang menjadikannya sebagai jaminan utang.

  2. Al-Murtahin (الْمُرْتَهِن) – Pihak penerima gadai, yaitu yang berhak memegang barang jaminan hingga utang dilunasi.

  3. Al-Marhūn (الْمَرْهُون) – Barang yang dijadikan jaminan utang. Barang ini harus memiliki nilai dan dapat dijual secara syar’i.

  4. Ash-Shīghah (الصِّيغَة) – Ijab dan qabul, yaitu pernyataan atau kesepakatan antara kedua belah pihak yang menunjukkan terjadinya akad rahn.

Rukun ini diambil dari praktik Rasulullah ﷺ yang disebutkan dalam hadits dari ‘Aisyah رضي الله عنها:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ اشْتَرَى طَعَامًا مِنْ يَهُودِيٍّ إِلَى أَجَلٍ، وَرَهَنَهُ دِرْعًا لَهُ

“Rasulullah ﷺ membeli makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran tempo, lalu beliau menjadikan baju besi beliau sebagai jaminan (rahn).” (HR. Al-Bukhari no. 2509, Muslim no. 1603)

Syarat Sah Barang Gadai

Para ulama menetapkan beberapa syarat agar barang yang digadaikan sah secara syar’i:

  • Barang harus milik sah penggadai (rahin) dan dapat diserahterimakan.

  • Barang memiliki nilai ekonomis menurut syariat. Barang yang haram seperti khamr tidak sah dijadikan marhun.

  • Barang dapat dijual untuk menutupi utang jika penggadai tidak mampu membayar.

  • Barang berada di bawah kekuasaan penerima gadai hingga utang dilunasi, sebagaimana firman Allah ﷻ:

فَرِهَٰنٞ مَّقۡبُوضَةٞۖ

“Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).” (QS. Al-Baqarah: 283)

Ketentuan Nilai Barang dan Pelunasan

Nilai barang gadai tidak harus sama persis dengan jumlah utang, tetapi sebaiknya mendekati nilai utang agar memudahkan pelunasan jika barang dijual. Jika hasil penjualan barang melebihi utang, kelebihannya wajib dikembalikan kepada penggadai.

Jika penggadai tidak mampu membayar utang pada waktu yang telah disepakati, maka barang jaminan dapat dijual untuk melunasi utang, dan ini harus dilakukan dengan cara yang adil tanpa merugikan salah satu pihak.

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS. An-Nisā’: 58)

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top