Rukun dan Syarat Sah Jual Beli

Rukun Jual Beli

Dalam Islam, suatu transaksi jual beli tidak dianggap sah kecuali memenuhi rukun-rukunnya. Para ulama menyebutkan tiga rukun utama dalam jual beli, yaitu:

1. Penjual dan Pembeli

Kedua belah pihak yang melakukan akad harus memiliki kelayakan untuk bertransaksi, yaitu:

  • Baligh dan berakal

  • Berhak atas harta yang dijual atau diberi izin

  • Bukan orang yang sedang dipaksa

Rasulullah ﷺ bersabda:

رُفِعَ القَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ، وَعَنِ المَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ

Pena (catatan dosa) diangkat dari tiga golongan: dari orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak kecil sampai dia baligh, dan dari orang gila sampai dia sadar (HR. Abu Dāwūd dan An-Nasā’ī; shahih menurut Syaikh al-Albānī)

2. Ijab dan Qabul

Ijab adalah ucapan menawarkan barang, dan qabul adalah ucapan menerima. Hal ini bisa dengan lisan atau perbuatan yang menunjukkan persetujuan secara jelas.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا الْبَيْعُ عَنْ تَرَاضٍ

Sesungguhnya jual beli itu harus atas dasar kerelaan (HR. Ibnu Mājah dari Abu Sa’id al-Khudrī رضي الله عنه; dihasankan oleh Syaikh al-Albānī)

3. Objek Jual Beli

Barang atau jasa yang menjadi objek jual beli harus memenuhi syarat syar’i, yaitu jelas, bisa diserahterimakan, dan halal.

Allah ﷻ berfirman:

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ 

Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Al-Baqarah: 275)

Syarat Sah Jual Beli

Agar suatu akad jual beli sah secara syar’i, maka harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

1. Kehendak Bebas (Tanpa Paksaan)

Transaksi harus dilakukan atas dasar kerelaan dari kedua pihak. Jika ada paksaan, maka jual beli menjadi tidak sah. Sebagaimana firman Allah ﷻ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ 

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu (QS. An-Nisā’: 29)

2. Objek Halal dan Jelas

Barang yang dijual harus halal menurut syariat, bukan barang haram seperti khamr atau bangkai, serta harus diketahui spesifikasinya oleh kedua belah pihak.

3. Bisa Diserahterimakan

Objek jual beli harus nyata, ada saat akad, dan bisa diserahterimakan secara fisik atau hukum. Menjual barang yang tidak dimiliki atau tidak dapat dikendalikan termasuk jual beli yang tidak sah.

4. Tidak Mengandung Gharar, Riba, atau Maisir

Islam melarang segala bentuk ketidakjelasan (gharar), riba, dan perjudian (maysir) dalam jual beli karena merugikan salah satu pihak. Nabi ﷺ bersabda:

نَهَى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ

Rasulullah ﷺ melarang jual beli yang mengandung gharar (HR. Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه)

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top