Merenungi Umur dan Fase Kehidupan

Pendahuluan

Allah ﷻ menciptakan manusia untuk hidup dalam fase-fase tertentu, dari kecil hingga dewasa, kemudian menua dan akhirnya wafat. Setiap fase kehidupan memiliki tanggung jawab dan pelajaran tersendiri. Dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah ﷺ, kita diingatkan agar menjadikan umur sebagai ladang amal, karena waktu terus berjalan dan tidak akan kembali.

Allah ﷻ berfirman:

أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ ٱلنَّذِيرُ ۚ

“Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir? Dan bukankah telah datang kepada kalian pemberi peringatan?”
(QS. Fathir: 37)

Para ulama membagi fase umur manusia sebagai berikut:

  1. Fase Aulad (anak-anak) – hingga usia 15 tahun
  2. Fase Syabab (masa muda) – hingga usia 40 tahun
  3. Fase Kuhul (dewasa matang) – hingga usia 60 tahun
  4. Fase Syuyukh (masa tua) – hingga ajal

1. Peringatan di Usia 60 Tahun: Tak Ada Lagi Uzur

Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah رضي الله عنه:

«أَعْذَرَ ٱللَّهُ إِلَى ٱمْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّىٰ بَلَغَ سِتِّينَ سَنَةً»

“Allah telah memberikan uzur bagi seseorang yang dipanjangkan umurnya hingga enam puluh tahun.”
(HR. Al-Bukhari, no. 6419)

Para ulama menjelaskan bahwa seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun seharusnya tidak lagi memiliki alasan untuk menunda taubat dan amal shalih, karena ia telah diberi cukup waktu untuk mengenal kebenaran dan memperbaiki diri.


2. Kemuliaan Tidak Ditentukan oleh Umur, tetapi oleh Ilmu dan Amal

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما, bahwa Umar bin Khattab رضي الله عنه pernah melibatkan beliau dalam majelis para sahabat senior, meskipun usianya masih sangat muda. Ketika ada yang mempertanyakan hal tersebut, Umar memberikan ujian tafsir surat An-Nashr dan Ibnu Abbas menjawab dengan penuh hikmah.

Setelah mendengar penjelasannya, Umar berkata:

«مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا مَا تَقُولُ»
“Aku tidak mengetahui makna ayat itu kecuali seperti yang engkau katakan.”
(HR. Al-Bukhari, no. 4970)

Pelajaran dari kisah ini adalah kemuliaan seseorang tidak diukur dari usia, melainkan dari ilmu, pemahaman agama, dan kedekatannya dengan Allah ﷻ.


3. Usia Tua: Waktu untuk Memperbanyak Dzikir dan Doa

Setelah turunnya surat An-Nashr, Rasulullah ﷺ memperbanyak doa dan dzikir dalam setiap rakaat shalatnya. Diriwayatkan dari Aisyah رضي الله عنها:

«مَا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ صَلَاةً بَعْدَ أَنْ نَزَلَتْ عَلَيْهِ ﴿إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ﴾ إِلَّا يَقُولُ فِيهَا: سُبْحَانَكَ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي»

“Tidaklah Rasulullah ﷺ shalat setelah turunnya surat ‘Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan’ kecuali beliau membaca: ‘Subhanaka Rabbana wa bihamdika, Allahummaghfirli’.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim, muttafaq ‘alaih)

Ini menjadi tanda bahwa masa tua adalah saatnya memperbanyak istighfar, dzikir, dan ibadah, sebagai persiapan menuju husnul khatimah.


4. Masa Tua: Menundukkan Hawa Nafsu dan Mengendalikan Diri

Diriwayatkan dari Anas bin Malik رضي الله عنه, ia berkata:

«إِنَّ ٱللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ تَابَعَ ٱلْوَحْيَ عَلَىٰ رَسُولِ ٱللَّهِ ﷺ قَبْلَ وَفَاتِهِ حَتَّىٰ تُوُفِّيَ، وَكَانَ أَكْثَرَ مَا كَانَ ٱلْوَحْيُ»

“Sesungguhnya Allah ﷻ terus-menerus menurunkan wahyu kepada Rasulullah ﷺ menjelang wafat beliau, dan pada masa itulah wahyu paling banyak diturunkan.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim, muttafaq ‘alaih)

Wahyu yang terus mengalir menunjukkan bahwa masa akhir kehidupan Rasulullah ﷺ dipenuhi dengan ibadah, petunjuk, dan perhatian penuh terhadap umatnya. Maka seyogianya kita pun menjadikan masa tua sebagai momentum memperbanyak amal, menundukkan hawa nafsu, dan meninggalkan dunia secara terhormat.


5. Husnul Khatimah: Mati dalam Keadaan Terbaik

Rasulullah ﷺ bersabda:

«يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَىٰ مَا مَاتَ عَلَيْهِ»

“Setiap hamba akan dibangkitkan berdasarkan keadaan saat ia wafat.”
(HR. Muslim, no. 2878)

Hadits ini mendorong kita untuk senantiasa mengisi hari-hari dengan amal shalih, agar meninggal dalam keadaan husnul khatimah dan dibangkitkan dalam kondisi yang Allah ﷻ ridai.


6. Umur 40 Tahun: Titik Balik Penentuan Nasib Akhir

Disebutkan dalam atsar:

“Apabila seorang hamba mencapai usia 40 tahun namun belum bertaubat, maka setan akan mengusap wajahnya dan berkata: ‘Inilah wajah yang tidak akan beruntung selamanya.’”

Dalam redaksi lain disebutkan:
“Barang siapa telah mencapai usia 40 tahun, namun kebaikannya tidak mengalahkan kejelekannya, maka hendaklah ia bersiap menuju neraka.”

Ini menjadi pengingat bahwa usia 40 tahun adalah titik penentu antara jalan kembali kepada Allah ﷻ atau jalan yang mengarah pada penyesalan abadi.


7. Usia Umat Islam Antara 60-70 Tahun

Rasulullah ﷺ bersabda:

«أَعْمَارُ أُمَّتِي بَيْنَ ٱلسِّتِّينَ إِلَى ٱلسَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُم مَّن يَجُوزُ ذَٰلِكَ»

“Usia umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit dari mereka yang melewatinya.”
(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah; dishahihkan dalam Shahih al-Jami’, no. 1073)

Hadits ini menunjukkan bahwa masa hidup kita sangat singkat, dan karenanya harus diisi dengan ibadah dan amal kebaikan yang maksimal.


Penutup

Umur adalah nikmat sekaligus amanah. Semakin bertambah usia, maka semakin dekat pula kita dengan akhir perjalanan. Usia 40 tahun adalah masa untuk kembali dengan sungguh-sungguh kepada Allah ﷻ, sedangkan usia 60 tahun adalah saatnya memperbanyak dzikir, taubat, dan ibadah, karena tak ada lagi alasan untuk menunda.

Semoga Allah ﷻ memanjangkan usia kita dalam ketaatan, menutup hidup kita dengan husnul khatimah, dan membangkitkan kita dalam keadaan terbaik di sisi-Nya. Aamiin.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top
1
Admin Yayasan Amal Mata Hati
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ada yang bisa kami bantu?