Pengantar
Idul Adha merupakan salah satu hari raya besar dalam Islam yang penuh dengan makna pengorbanan, ketundukan kepada Allah ﷻ, dan keteladanan para Nabi. Di dalamnya terdapat pelajaran berharga yang harus direnungi oleh setiap Muslim, terutama dalam memperkuat nilai-nilai tauhid, ketaatan, dan solidaritas sosial.
Makna Pengorbanan dalam Idul Adha
Peristiwa agung yang menjadi latar belakang Idul Adha adalah kisah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail عليهما السلام. Ketika Allah ﷻ menguji Nabi Ibrahim dengan perintah menyembelih putranya, beliau lulus dari ujian tersebut dengan kepasrahan dan keimanan yang luar biasa.
Allah ﷻ berfirman:
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
Maka ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan putranya di atas pelipisnya. Kami pun memanggilnya, “Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (Ash-Shaffat: 103–105)
Semangat Taat Tanpa Syarat
Keteladanan ini menggambarkan pentingnya menaati perintah Allah ﷻ tanpa menunda, tanpa membantah, dan tanpa syarat. Bahkan ketika perintah itu tampak berat, seorang hamba tetap harus tunduk karena yakin akan hikmah-Nya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar رضي الله عنهما, Rasulullah ﷺ bersabda:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال: قال رسول الله ﷺ: إنَّ أعظمَ الأيامِ عندَ اللهِ يومُ النحرِ، ثم يومُ القَرِّ
Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allah ﷻ adalah hari penyembelihan (Yaumun-Nahr), kemudian hari menetap di Mina (Yaumul-Qar) (HR. Abu Dawud no. 1765. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)
Idul Adha dan Semangat Berbagi
Salah satu bentuk nyata dari pengorbanan di hari raya ini adalah menyembelih hewan qurban dan membagikan dagingnya kepada kaum fakir dan miskin. Hal ini menumbuhkan solidaritas sosial dan menguatkan ukhuwah Islamiyah.
Allah ﷻ berfirman:
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya (Al-Hajj: 37)
Meneladani Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail عليهما السلام
Keteladanan dua hamba Allah ﷻ ini adalah puncak pengorbanan dan ketaatan yang menjadi teladan bagi seluruh umat Islam. Nabi Ismail عليه السلام bahkan dengan lapang dada menerima perintah untuk disembelih demi mentaati perintah Rabb-nya.
Nabi Ibrahim عليه السلام berdoa:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Rabb kami, terimalah doaku (Ibrahim: 40)
Penutup
Menyambut Idul Adha bukan sekadar bersiap untuk libur dan makan daging qurban. Lebih dari itu, kita harus menyambutnya dengan kesiapan hati untuk berkorban, menaati Allah ﷻ dengan sepenuh jiwa, dan memperkuat nilai-nilai tauhid serta solidaritas dalam kehidupan.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|