Dibesarkan oleh Sang Ibu, Aminah binti Wahb
Setelah kelahiran Nabi Muhammad ﷺ, beliau diasuh oleh ibunya, Aminah binti Wahb, seorang wanita dari Bani Zuhrah yang dikenal memiliki nasab mulia. Beliau ﷺ tumbuh dalam kasih sayang sang ibu meski dalam kondisi sebagai anak yatim, karena ayah beliau, ‘Abdullah, telah wafat sebelum beliau ﷺ lahir.
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
وَأَنَا دَعْوَةُ أَبِي إِبْرَاهِيمَ، وَبُشْرَى عِيسَى، وَرَأَتْ أُمِّي حِينَ حَمَلَتْ بِي أَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا نُورٌ أَضَاءَتْ لَهُ قُصُورُ الشَّامِ
“Aku adalah doa ayahku Ibrahim, kabar gembira ‘Isa, dan ibuku melihat saat mengandungku keluar dari dirinya cahaya yang menerangi istana-istana Syam.” (HR. Ahmad dari ‘Arbadh bin Sariyah رضي الله عنه, dinyatakan hasan oleh Al-Albani)
Disusukan oleh Halimah As-Sa’diyah: Awal Keberkahan
Sesuai tradisi bangsawan Quraisy, bayi Muhammad ﷺ kemudian diserahkan kepada ibu susuan dari perkampungan Baduwi. Allah ﷻ menghendaki beliau ﷺ disusui oleh Halimah as-Sa’diyah dari Bani Sa’ad bin Bakr. Sejak kehadiran beliau ﷺ di rumah Halimah, berbagai keberkahan mulai tampak:
-
Hewan ternak mereka menjadi gemuk dan banyak air susunya,
-
Kehidupan mereka menjadi lebih lapang,
-
Keberkahan meliputi waktu, makanan, dan rezeki.
Halimah sendiri menyaksikan bahwa rumahnya penuh berkah semenjak kedatangan Muhammad kecil ﷺ. Ini menjadi salah satu tanda awal kenabian, bahwa keberadaan beliau membawa rahmat bahkan sejak masa bayi.
Wafatnya Sang Ibu dan Asuhan Abdul Muththalib
Saat Nabi ﷺ berusia enam tahun, ibunya, Aminah, mengajaknya berziarah ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi makam ayahnya. Dalam perjalanan pulang, Aminah jatuh sakit dan wafat di Abwa, sebuah tempat antara Makkah dan Madinah.
Setelah itu, beliau ﷺ diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib, seorang tokoh terhormat di Quraisy. Abdul Muththalib sangat menyayangi cucunya ini dan memperlakukannya secara istimewa. Namun, pengasuhan ini tidak berlangsung lama, karena dua tahun kemudian, saat Nabi ﷺ berusia delapan tahun, Abdul Muththalib pun wafat.
Peristiwa Pembelahan Dada oleh Malaikat Jibril عليه السلام
Salah satu peristiwa penting di masa kecil Nabi ﷺ adalah pembelahan dada oleh malaikat Jibril عليه السلام. Hal ini terjadi ketika beliau ﷺ berada di perkampungan Bani Sa’ad. Peristiwa ini diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Anas bin Malik رضي الله عنه:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ أَتَاهُ جِبْرِيلُ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ، فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ، فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ، فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ، فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً، فَقَالَ: هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ، ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ، ثُمَّ لَأَمَهُ، ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ
“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ didatangi oleh Jibril saat beliau bermain bersama anak-anak, lalu Jibril membaringkannya, membelah dadanya, mengeluarkan hatinya, dan mengeluarkan segumpal darah dari dalamnya seraya berkata: ‘Ini adalah bagian syaitan darimu.’ Kemudian mencucinya dalam bejana dari emas dengan air zamzam, lalu menjahit dan mengembalikannya ke tempatnya semula.” (HR. Muslim)
Peristiwa ini menunjukkan penjagaan Allah ﷻ terhadap fitrah dan kesucian hati Nabi ﷺ sejak usia dini. Hal ini juga menunjukkan bahwa beliau telah dipersiapkan untuk mengemban amanah kenabian.
Penutup
Masa kanak-kanak Nabi ﷺ adalah masa yang penuh hikmah dan keberkahan. Meskipun beliau ﷺ kehilangan orang-orang tercinta satu per satu, kasih sayang Allah ﷻ terus menyertainya. Pengasuhan yang baik, suasana pedesaan yang murni, serta peristiwa-peristiwa luar biasa menjadi bagian dari persiapan beliau ﷺ untuk menjadi penutup para nabi dan rahmat bagi seluruh alam.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|