Dalam fikih muamalah, selain diklasifikasikan menurut tujuannya, akad juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kekuatan mengikatnya, yaitu: akad lazim dan akad jā’iz. Klasifikasi ini penting untuk mengetahui kapan suatu akad boleh dibatalkan dan siapa yang memiliki hak membatalkannya.
Akad Lazim (عقد لازم)
Akad lazim adalah akad yang mengikat kedua belah pihak sehingga tidak boleh dibatalkan secara sepihak kecuali dengan kerelaan bersama atau karena adanya uzur syar’i.
Contoh Akad Lazim
-
Akad jual beli (البيع)
Setelah ijab dan qabul sah serta terpenuhi syarat-syaratnya, akad jual beli menjadi mengikat dan tidak bisa dibatalkan secara sepihak. -
Akad sewa (الإجارة)
Jika telah disepakati, penyewa tidak boleh membatalkan sewa tanpa persetujuan pemilik, dan sebaliknya. -
Akad syirkah (الشركة) dan mudharabah (المضاربة)
Setelah kedua belah pihak menyepakati akad, maka berlaku hukum-hukum lazim kecuali jika sebelumnya disyaratkan boleh membatalkan kapan saja.
Para ulama menegaskan pentingnya komitmen terhadap akad yang sah. Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ
“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.” (QS. Al-Mā’idah: 1)
Akad Jā’iz (عقد جائز)
Akad jā’iz adalah akad yang boleh dibatalkan secara sepihak, baik oleh salah satu atau kedua belah pihak, kapan saja, selama belum ada tindakan yang mengikat atau tidak ada kerugian yang timbul.
Contoh Akad Jā’iz
-
Wakālah (الوكالة) – Perwakilan
Pemberi kuasa (muwakkil) maupun penerima kuasa (wakil) boleh membatalkan akad kapan saja. Rasulullah ﷺ sendiri pernah mewakilkan urusan kepada para sahabat. -
‘Āriyah (العارية) – Pinjam pakai
Peminjam dan pemberi pinjaman boleh mengakhiri akad ini kapan saja tanpa syarat. -
Syirkah mufāwaḍah (kerjasama umum) jika tidak disyaratkan lazim.
Namun, jika akad jā’iz tersebut menimbulkan tanggung jawab atau kerugian kepada pihak lain, maka tetap berlaku kaidah:
الضَّرَرُ يُزَالُ
“Bahaya itu harus dihilangkan.”
Artinya, membatalkan akad jā’iz harus mempertimbangkan tidak menzalimi pihak lain.
Perbedaan Pokok Akad Lazim dan Jā’iz
| Aspek | Akad Lazim | Akad Jā’iz |
|---|---|---|
| Hukum | Mengikat kedua belah pihak | Boleh dibatalkan sepihak |
| Contoh | Jual beli, sewa, syirkah | Wakālah, pinjam pakai |
| Syarat Pembatalan | Harus ada kesepakatan atau udzur syar’i | Cukup keputusan sepihak |
| Dampak Hukum | Kuat, menimbulkan tanggung jawab | Fleksibel, namun tetap ada adab |
Akad Lazim dari Satu Sisi (لازم من طرف واحد)
Ada pula jenis akad yang lazim bagi satu pihak saja, tetapi jā’iz bagi pihak lainnya. Contohnya:
-
Akad rahn (gadai)
Pihak yang menggadaikan boleh membatalkan, namun pihak penerima gadai tidak bisa memaksakan pengembalian sebelum lunas.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
 |
|
