Jenis-Jenis Jual Beli

Berdasarkan Waktu dan Penyerahan

1. Bai’ Mu’ājal (Pembayaran Ditunda)

Yaitu jual beli dengan penyerahan barang secara langsung, namun pembayaran dilakukan secara bertahap atau ditangguhkan hingga waktu tertentu. Bai’ mu’ajjal dibolehkan selama tidak ada unsur riba atau syarat yang bathil.

Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ 

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya (QS. Al-Baqarah: 282)

2. Bai’ Ta’jīl (Pembayaran Tunai)

Yaitu jual beli tunai, di mana pembayaran dan penyerahan barang dilakukan pada saat yang sama. Ini adalah bentuk jual beli yang paling umum dan paling disukai dalam syariat Islam.

3. Bai’ Salam (Bayar di Muka, Barang Belakangan)

Yaitu jual beli dengan pembayaran di muka untuk barang yang diserahkan kemudian pada waktu yang telah disepakati. Ini dibolehkan dengan syarat-syarat tertentu yang ketat, seperti kejelasan spesifikasi barang dan waktu penyerahan.

Ibnu ‘Abbās رضي الله عنهما berkata:

قَدِمَ النَّبِيُّ ﷺ الْمَدِينَةَ وَهُمْ يُسْلِفُونَ فِي الثِّمَارِ السَّنَتَيْنِ وَالثَّلَاثَ، فَقَالَ: مَنْ أَسْلَفَ فِي شَيْءٍ فَفِي كَيْلٍ مَعْلُومٍ، وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ، إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ

Nabi ﷺ datang ke Madinah, dan mereka melakukan salam dalam buah-buahan untuk dua atau tiga tahun. Maka beliau bersabda: “Barangsiapa melakukan salam, maka hendaklah dalam takaran yang jelas, berat yang jelas, dan waktu yang jelas” (HR. Bukhāri dan Muslim)

4. Bai’ Istisnā’ (Pesanan Produksi)

Yaitu jual beli dengan cara memesan barang yang belum ada, yang akan dibuat berdasarkan spesifikasi tertentu oleh produsen. Bai’ istisnā’ dibolehkan selama akadnya jelas dan tidak mengandung gharar.

Berdasarkan Keabsahan Syar’i

1. Bai’ Shahīh

Yaitu jual beli yang memenuhi seluruh rukun dan syarat sah menurut syariat Islam. Dalam transaksi ini tidak terdapat unsur gharar, riba, maisir, atau syarat yang merusak akad.

2. Bai’ Bāṭil

Yaitu jual beli yang tidak memenuhi rukun dasar, seperti tidak ada ijab qabul, tidak ada objek, atau objek tidak sah menurut syariat (contoh: jual beli khamr). Akad seperti ini batal secara keseluruhan dan tidak ada pengaruh hukumnya.

3. Bai’ Fāsid

Yaitu jual beli yang rukun dan unsur pokoknya ada, namun terdapat unsur yang rusak seperti syarat yang bertentangan dengan syariat. Jual beli fasid bisa menjadi sah jika unsur yang merusak dihilangkan.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top