Pendahuluan
Setiap manusia memiliki hawa nafsu dalam dirinya. Nafsu bisa membawa kebaikan jika dikendalikan sesuai dengan ajaran Islam, namun bisa menjadi sumber keburukan jika dibiarkan menguasai hati dan pikiran. Oleh karena itu, menundukkan hawa nafsu adalah bagian penting dalam Tazkiyatun Nafs (penyucian jiwa).
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةً ۚ فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya serta mengunci pendengaran dan hatinya dan meletakkan penutup atas penglihatannya? Maka siapa yang dapat memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
(QS. Al-Jatsiyah: 23)
Ayat ini menunjukkan bahwa hawa nafsu bisa menjadi seperti “tuhan” bagi seseorang jika ia lebih mengikuti keinginannya daripada petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala.
Apa Itu Hawa Nafsu?
Hawa nafsu (al-hawa) secara bahasa berarti keinginan atau dorongan dalam diri manusia. Dalam Islam, hawa nafsu terbagi menjadi dua:
- Hawa nafsu yang baik, yaitu dorongan yang selaras dengan perintah Allah Subhanahu Wata’ala, seperti keinginan untuk beribadah, berbuat baik, dan menjauhi maksiat.
- Hawa nafsu yang buruk, yaitu dorongan yang menjerumuskan seseorang ke dalam dosa, seperti cinta dunia yang berlebihan, sifat sombong, atau mengikuti syahwat tanpa batas.
Mengapa Hawa Nafsu Berbahaya?
- Menghalangi Kebenaran
Hawa nafsu sering kali membuat seseorang sulit menerima kebenaran, terutama jika kebenaran itu bertentangan dengan keinginannya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَلَا تَتَّبِعِ ٱلْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ
“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.”
(QS. Shad: 26)
Orang yang lebih mengikuti hawa nafsunya daripada petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala akan mudah tergelincir ke dalam kesesatan.
- Menjadikan Seseorang Budak Syahwat
Jika hawa nafsu tidak dikendalikan, seseorang bisa menjadi budak syahwat dan terus mengejar kenikmatan dunia tanpa memikirkan halal atau haram. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ
“Celakalah hamba dinar, hamba dirham, dan hamba pakaian mewah.”
(HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang diperbudak oleh hawa nafsunya terhadap harta dan kemewahan dunia akan merugi.
- Melemahkan Keimanan
Hawa nafsu yang tidak terkendali akan membuat seseorang lalai dari ibadah dan semakin jauh dari Allah Subhanahu Wata’ala. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
“Tidaklah seseorang dikatakan beriman hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam).”
(HR. Al-Baihaqi)
Hadits ini menegaskan bahwa keimanan sejati adalah ketika seseorang mampu mengendalikan hawa nafsunya agar sejalan dengan ajaran Islam.
- Menjerumuskan ke dalam Dosa
Banyak dosa terjadi karena seseorang lebih memilih mengikuti hawa nafsunya. Dari perbuatan zina, riba, korupsi, hingga perbuatan zalim lainnya, semuanya berawal dari hawa nafsu yang tidak dikendalikan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ
“Sesungguhnya jiwa itu selalu mendorong kepada keburukan, kecuali jiwa yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”
(QS. Yusuf: 53)
Bagaimana Cara Menundukkan Hawa Nafsu?
- Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Dzikir dan istighfar membantu membersihkan hati dari keinginan buruk dan menjadikan seseorang lebih dekat dengan Allah Subhanahu Wata’ala.
- Melatih Diri dengan Puasa
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ مِنْكُمُ ٱلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِٱلصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Namun, siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu adalah tameng baginya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Puasa adalah salah satu cara efektif untuk mengendalikan hawa nafsu, terutama nafsu syahwat.
- Bersahabat dengan Orang-Orang Saleh
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap diri seseorang. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
ٱلْمَرْءُ عَلَىٰ دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu akan mengikuti agama sahabat dekatnya. Maka hendaknya kalian melihat siapa yang kalian jadikan sahabat.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
- Membaca dan Merenungi Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah petunjuk yang akan membantu seseorang melawan hawa nafsunya.
Penutup
Hawa nafsu adalah musuh yang ada dalam diri manusia. Jika tidak dikendalikan, ia bisa menjerumuskan seseorang ke dalam dosa dan kesesatan. Oleh karena itu, seorang Muslim harus selalu berusaha menundukkan hawa nafsunya dengan cara mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Semoga kita semua diberi kekuatan untuk mengendalikan hawa nafsu dan istiqamah di jalan yang lurus. Aamiin.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|