Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan Hikmah

Kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Islam

Amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban mulia yang menjadi ciri khas umat Islam. Dengan perintah ini, masyarakat Islam terjaga dari kemungkaran dan diarahkan kepada kebaikan. Allah ﷻ berfirman:

 وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ 

“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Āli ‘Imrān: 104)

Ayat ini menegaskan bahwa keberuntungan hanya akan diraih oleh umat yang aktif menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Namun, perintah itu harus dilakukan dengan hikmah, kelembutan, dan keikhlasan.


Hikmah sebagai Kunci Keberhasilan Dakwah

Hikmah dalam amar ma’ruf nahi munkar berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Tidak tergesa-gesa, tidak kasar, dan disesuaikan dengan kondisi orang yang diajak. Allah ﷻ berfirman:

 ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ 

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik.” (An-Naḥl: 125)

Seorang dai yang bijak tahu kapan harus berbicara lembut, kapan harus tegas, dan bagaimana menyentuh hati tanpa melukai. Hikmah tidak berarti lemah, tetapi strategi dakwah yang cerdas agar pesan kebenaran sampai dengan baik.


Menyampaikan dengan Akhlak dan Kasih Sayang

Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam menyeru kepada kebaikan. Beliau menyampaikan kebenaran dengan penuh kasih sayang, bukan dengan kekerasan. Dalam hadits disebutkan:

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ

“Sesungguhnya kelembutan tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan merusaknya.” (HR. Muslim dari Aisyah رضي الله عنها)

Sikap lemah lembut adalah kunci keberhasilan dalam menasihati orang lain. Dengan kelembutan, seseorang lebih mudah menerima kebenaran tanpa merasa disalahkan.


Menegur dengan Adab dan Keadilan

Dalam amar ma’ruf nahi munkar, adab dan keadilan harus dijaga. Tidak boleh menasihati dengan menghina, membuka aib, atau mempermalukan di depan umum. Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه)

Menegur dengan cara yang baik berarti menasihati empat mata, menjaga kehormatan, dan mendoakan kebaikan bagi orang yang dinasihati. Inilah ciri dakwah yang penuh kasih dan hikmah.


Amar Ma’ruf Nahi Munkar Adalah Tanggung Jawab Bersama

Kewajiban amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya milik para ulama atau pemimpin agama, tetapi juga tanggung jawab setiap muslim. Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri رضي الله عنه)

Namun, dalam setiap tingkatan, hikmah harus tetap dijaga agar amar ma’ruf nahi munkar membawa kebaikan, bukan menimbulkan permusuhan.


Penutup

Amar ma’ruf nahi munkar dengan hikmah adalah bukti kecerdasan spiritual dan sosial seorang muslim. Dengan kelembutan, kesabaran, dan kasih sayang, dakwah menjadi sarana memperbaiki masyarakat tanpa menimbulkan perpecahan.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top