Dalam muamalah Islam, keabsahan suatu akad sangat penting untuk memastikan akad tersebut memiliki kekuatan hukum dan tidak bertentangan dengan syariat. Para ulama membagi akad menjadi tiga jenis: akad shahih, akad fasid, dan akad batil. Masing-masing memiliki konsekuensi hukum yang berbeda.
Akad Shahih (العقد الصحيح)
Akad shahih adalah akad yang memenuhi seluruh rukun dan syaratnya serta tidak mengandung larangan dari syariat. Akad ini memiliki kekuatan hukum dan menimbulkan dampak yang sah seperti berpindahnya hak milik, munculnya kewajiban, dan sebagainya.
Contoh akad shahih:
-
Jual beli yang dilakukan secara sukarela, dengan harga jelas, barang halal dan diketahui.
-
Ijarah (sewa) rumah dengan masa waktu dan manfaat yang jelas.
Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas dasar saling ridha di antara kamu.” (QS. An-Nisā’: 29)
Akad Fasid (العقد الفاسد)
Akad fasid adalah akad yang rukun dan sebagian syaratnya terpenuhi, namun terdapat hal-hal yang rusak menurut syariat. Akad ini tidak sah untuk dilaksanakan kecuali setelah diperbaiki atau dihilangkan unsur fasad-nya.
Contoh akad fasid:
-
Jual beli barang halal dengan harga yang tidak jelas (gharar).
-
Sewa menyewa rumah tanpa menentukan masa sewa.
Para ulama Syafi’iyyah menyebutkan bahwa akad fasid tidak menimbulkan akibat hukum, seperti berpindahnya kepemilikan, sampai unsur kerusakannya dihilangkan.
Akad Batil (العقد الباطل)
Akad batil adalah akad yang tidak memenuhi rukun dan syarat sah sama sekali, atau mengandung unsur yang secara langsung merusak keseluruhan akad. Akad ini dianggap tidak pernah terjadi menurut syariat, dan tidak menimbulkan dampak hukum apa pun.
Contoh akad batil:
-
Jual beli khamr, babi, atau barang yang haram.
-
Jual beli yang dilakukan dengan paksaan.
-
Akad riba, seperti meminjam dengan syarat pengembalian lebih dari pokoknya tanpa alasan syar’i.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah رضي الله عنه:
نَهَى رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنْ بَيْعِ الحَصَاةِ، وَعَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ
“Rasulullah ﷺ melarang jual beli dengan lemparan batu dan jual beli yang mengandung gharar (ketidakjelasan).” (HR. Muslim)
Perbedaan Akad Shahih, Fasid, dan Batil
Jenis Akad | Rukun & Syarat | Konsekuensi Hukum | Contoh |
---|---|---|---|
Shahih | Lengkap | Sah & berdampak hukum | Jual beli mobil dengan harga jelas |
Fasid | Ada rukun tapi syarat cacat | Tidak sah hingga diperbaiki | Sewa rumah tanpa durasi |
Batil | Rukun/syarat tidak terpenuhi | Tidak sah sama sekali | Jual beli khamr atau riba |
Kaidah Fikih Terkait
Para ulama menetapkan kaidah:
الأصلُ في العقودِ الصحةُ ما لم يدلّ دليلٌ على الفساد
“Hukum asal dalam akad adalah sah, selama tidak ada dalil yang menunjukkan kerusakannya.”
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|