Akad Jual Beli Online dan Kontemporer

1. Hukum Jual Beli Online dalam Islam

Jual beli secara online termasuk dalam kategori jual beli mu’āshirah (kontemporer), yang pada dasarnya diperbolehkan dalam Islam selama memenuhi rukun dan syarat sah jual beli. Hal ini berdasarkan kaidah:

الأصل في المعاملات الإباحة حتى يدل الدليل على التحريم

Asal hukum dalam muamalah adalah mubah (boleh) hingga ada dalil yang menunjukkan keharamannya.

Jual beli online dapat disamakan dengan jual beli ghā’ib (tidak melihat barang secara langsung), dan hal ini dibolehkan selama ada kejelasan barang dan tidak mengandung unsur gharar atau penipuan.

Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ 

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta di antara kalian dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan yang dilakukan atas dasar saling ridha di antara kalian (QS. An-Nisā’: 29)

2. Syarat-Syarat Keabsahan Jual Beli Digital

Untuk menjadikan transaksi jual beli online sah menurut syariat, harus terpenuhi syarat-syarat berikut:

  • Kejelasan objek: Spesifikasi barang harus dijelaskan secara detail, baik melalui teks, foto, atau video.

  • Kehendak sukarela: Tidak ada unsur paksaan dari kedua pihak.

  • Harga yang jelas: Nilai barang harus disebutkan secara transparan.

  • Sarana akad: Ijab dan qabul bisa dilakukan lewat media tulisan, chat, atau klik tombol kesepakatan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

المُسْلِمُونَ عَلَى شُرُوطِهِمْ

Kaum muslimin wajib menepati syarat-syarat (akad) yang mereka buat (HR. Abu Dāwud, dari Abu Hurairah رضي الله عنه. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

3. Masalah Akad yang Tidak Serentak (E-Commerce)

Dalam jual beli online, biasanya akad tidak dilakukan serentak antara penjual dan pembeli, misalnya:

  • Pembeli klik “beli sekarang”

  • Penjual kemudian memproses dan mengirim barang

Akad seperti ini disebut akad muwāfaqah taqrīriyyah (kesepakatan diam-diam yang dikuatkan tindakan). Hal ini dipandang sah oleh sebagian fuqaha selama:

  • Ada kesepakatan yang jelas

  • Ada kerelaan kedua pihak

  • Tidak mengandung penipuan, gharar, atau riba

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا عَنْ طِيبِ نَفْسٍ مِنْهُ

Tidak halal harta seorang muslim diambil kecuali dengan kerelaan dari dirinya sendiri (HR. Ahmad dan Abu Dāwud, dari Abu Sa‘īd Al-Khudrī رضي الله عنه. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

4. Jual Beli lewat Marketplace dan Media Sosial

Marketplace dan media sosial seperti Shopee, Tokopedia, Facebook, dan Instagram merupakan sarana yang sah untuk bertransaksi, selama:

  • Tidak ada riba dalam metode pembayaran (misal: bunga kartu kredit)

  • Tidak menjual barang haram atau meragukan

  • Tidak ada unsur penipuan atau manipulasi harga (najasy)

  • Ada kejelasan dalam identitas penjual, barang, dan harga

Pihak ketiga (seperti marketplace) dalam hal ini bisa berfungsi sebagai wakil atau perantara. Ini diperbolehkan selama transparan dan tidak menimbulkan dzalim pada salah satu pihak.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top