Tanggal Wafat: Senin, 12 Rabi’ul Awwal Tahun 11 H
Rasulullah ﷺ wafat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 Hijriyah, bertepatan dengan tahun 632 Masehi. Hari itu merupakan hari paling menyedihkan dalam sejarah umat Islam, karena manusia terbaik, kekasih Allah ﷻ, dan penutup para nabi telah kembali ke hadirat Rabb-nya.
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه:
إِنَّ يَوْمَ مَاتَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ كَانَ أَظْلَمَ يَوْمٍ عَرَفْنَاهُ
Sesungguhnya hari wafatnya Rasulullah ﷺ adalah hari tergelap yang pernah kami alami (HR. Ahmad, dinyatakan hasan oleh Al-Albani).
Reaksi Para Sahabat: Umar bin Khattab رضي الله عنه Terguncang, Abu Bakar رضي الله عنه Menenangkan Umat
Ketika kabar wafatnya Rasulullah ﷺ tersebar, suasana Madinah gempar. Umar bin Khattab رضي الله عنه tidak bisa menerima kenyataan tersebut. Ia berdiri dan mengancam siapa pun yang mengatakan Rasulullah ﷺ telah wafat.
Namun, Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه segera menenangkan kaum Muslimin. Ia masuk ke rumah Aisyah رضي الله عنها, menyingkap kain penutup wajah Rasulullah ﷺ, menciumnya dan berkata:
“Engkau mulia dalam keadaan hidup dan wafat.”
Lalu Abu Bakar رضي الله عنه keluar ke hadapan umat dan menyampaikan kalimat yang menenangkan hati seluruh sahabat:
مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ، وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ
“Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka sungguh Muhammad telah wafat. Dan barang siapa menyembah Allah, maka sungguh Allah Maha Hidup dan tidak mati.”
Kemudian Abu Bakar رضي الله عنه membaca ayat:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌۭ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ ۚ أَفَإِيْن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ ٱنقَلَبْتُمْ عَلَىٰٓ أَعْقَـٰبِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيْـًۭٔا ۗ وَسَيَجْزِى ٱللَّهُ ٱلشَّـٰكِرِينَ (آل عمران: ١٤٤)
Dan Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Maka apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak akan merugikan Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur (Ali ‘Imran: 144).
Ayat ini membuat para sahabat tersadar dan menerima kenyataan dengan penuh keimanan.
Penegasan Bahwa Muhammad ﷺ Adalah Manusia dan Akan Wafat seperti Para Nabi Lainnya
Wafatnya Rasulullah ﷺ adalah bukti bahwa beliau adalah manusia, makhluk yang pasti mengalami ajal sebagaimana para nabi sebelumnya. Beliau ﷺ pernah menyampaikan:
إِنِّي عَبْدٌ، يُقْبَضُ، وَإِنِّي لَسْتُ أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ
“Sesungguhnya aku hanyalah hamba, akan diwafatkan, dan aku tidak mengetahui apa yang akan terjadi atas diriku dan atas kalian.” (HR. Ahmad no. 24973, shahih).
Kebenaran risalah tidak bergantung pada keberadaan jasad beliau ﷺ, melainkan pada wahyu yang telah diturunkan.
Pelajaran Agung: Keimanan kepada Allah ﷻ Harus Lebih Besar daripada Keterikatan pada Pribadi
Wafatnya Rasulullah ﷺ menjadi momen ujian terbesar bagi umat Islam. Namun, pelajaran agung dari peristiwa ini adalah bahwa cinta kepada Rasulullah ﷺ tidak boleh mengalahkan tauhid dan ketergantungan mutlak kepada Allah ﷻ.
Iman kepada Allah ﷻ adalah pondasi yang tidak akan pernah mati. Rasulullah ﷺ telah menyampaikan kebenaran dan memberi teladan. Kini, tugas umat adalah melanjutkan perjuangan beliau dengan mengikuti ajaran dan sunnahnya.
Hikmah dan Ibrah: Kesempurnaan Islam Tidak Bergantung pada Kehadiran Fisik Nabi ﷺ
Islam adalah agama yang sempurna, dan risalah telah lengkap sebelum wafatnya Rasulullah ﷺ. Dengan wafatnya beliau ﷺ, syariat tetap berlaku dan tidak ada lagi wahyu setelahnya.
Allah ﷻ telah berfirman:
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينًۭا (المائدة: ٣)
Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku atasmu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu (Al-Mā’idah: 3).
Perjalanan hidup Rasulullah ﷺ telah membimbing umat kepada cahaya, dan wafatnya beliau bukanlah akhir, melainkan awal tanggung jawab kita untuk menjaga dan menyebarkan cahaya itu.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|