Pengantar
Tawassul adalah istilah yang sering dibicarakan dalam dunia Islam, terutama dalam hal berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Sayangnya, banyak umat Islam yang belum memahami perbedaan antara tawassul yang disyariatkan dan tawassul yang menyimpang. Hal ini berdampak besar terhadap kemurnian tauhid karena sebagian bentuk tawassul dapat menyeret kepada kesyirikan. Artikel ini akan menjelaskan secara rinci bentuk tawassul yang benar sesuai Al-Qur’an dan Sunnah, serta menyanggah praktik tawassul yang menyimpang dari jalan Ahlus Sunnah wal Jama‘ah.
Makna Tawassul
Secara bahasa, tawassul berasal dari kata الوسيلة yang berarti jalan untuk mendekatkan diri. Adapun secara istilah, tawassul adalah mendekatkan diri kepada Allah ﷻ dengan suatu perantara dalam berdoa agar doa dikabulkan.
Allah ﷻ berfirman:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱبْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ ٱلْوَسِيلَةَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya (QS. Al-Mā’idah: 35)
Tawassul yang Benar
Tawassul yang benar adalah yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, serta diamalkan oleh para sahabat رضي الله عنهم. Di antaranya:
1. Tawassul dengan Nama dan Sifat Allah ﷻ
Allah ﷻ berfirman:
وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا
Dan milik Allah nama-nama yang indah, maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama tersebut (QS. Al-A‘rāf: 180)
Contoh: Ya Rahmān, rahmatilah aku. Ya Ghaffār, ampunilah aku.
2. Tawassul dengan Amal Saleh
Dalilnya adalah kisah tiga orang yang terjebak dalam gua. Masing-masing bertawassul dengan amal baik yang pernah mereka lakukan.
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ قَالَ: انْطَلَقَ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ … فَأَطْبَقَتْ عَلَيْهِمْ الصَّخْرَةُ … فَقَالُوا: إِنَّهُ لَا يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلَّا أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ
Rasulullah ﷺ bersabda: Ada tiga orang dari umat sebelum kalian, lalu mereka terjebak dalam gua yang tertutup batu besar. Mereka berkata: Tidak ada yang bisa menyelamatkan kita kecuali dengan berdoa kepada Allah dengan amal-amal shalih yang pernah kita lakukan (HR. Bukhārī dan Muslim, dari sahabat Ibn ‘Umar رضي الله عنهما)
3. Tawassul dengan Doa Orang Saleh yang Masih Hidup
Seperti yang dilakukan oleh para sahabat kepada Rasulullah ﷺ semasa hidupnya. Dalam riwayat:
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه، أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ يَوْمَ الجُمُعَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَخْطُبُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلَكَتِ الأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتِ السُّبُلُ، فَادْعُ اللَّهَ يُغِيثُنَا
Dari Anas رضي الله عنه, bahwa ada seorang lelaki datang saat Rasulullah ﷺ sedang berkhutbah Jum’at lalu berkata: Wahai Rasulullah, harta-harta telah rusak, jalan-jalan tertutup, maka berdoalah kepada Allah agar Dia menurunkan hujan kepada kami (HR. Bukhārī dan Muslim)
Tawassul yang Menyimpang
Tawassul yang menyimpang adalah bentuk tawassul yang tidak diajarkan dalam syariat dan dapat mengandung unsur kesyirikan. Di antaranya:
1. Tawassul kepada Orang Mati
Seperti meminta kepada Nabi ﷺ setelah wafatnya, atau berdoa melalui wali dan penghuni kubur. Ini adalah bentuk penyimpangan dan pembatalan tauhid uluhiyyah.
Padahal Allah ﷻ berfirman:
وَأَنَّ ٱلْمَسَـٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا۟ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدًۭا
Dan sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah, maka janganlah kalian menyeru siapa pun bersama Allah (QS. Al-Jinn: 18)
2. Tawassul dengan Hak atau Kedudukan Nabi ﷺ
Misalnya: Ya Allah, demi hak Nabi-Mu atau karena kedudukan fulan, ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi ﷺ maupun para sahabatnya رضي الله عنهم. Ini bentuk bid‘ah dalam ibadah dan termasuk menyelisihi tuntunan Ahlus Sunnah.
3. Tawassul dengan Perantara yang Tidak Jelas
Seperti bertawassul melalui wasilah-wasilah ghaib, jimat, atau syarat-syarat dari dukun dan paranormal, maka ini adalah bentuk tawassul yang mengarah pada syirik.
Bahaya Tawassul Menyimpang
-
Menodai kemurnian tauhid
-
Menjadikan doa tidak dikabulkan
-
Membuka pintu syirik dan kebid‘ahan
-
Menjadikan manusia berharap kepada makhluk, bukan kepada Allah ﷻ
Penutup
Tawassul adalah ibadah yang harus dibangun di atas dalil. Tawassul yang benar memperkuat tauhid dan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ, sedangkan tawassul yang menyimpang merusak keikhlasan dan bisa membawa kepada kesyirikan. Maka setiap Muslim wajib memahami dan membedakan antara keduanya, serta berpegang teguh kepada petunjuk Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya رضي الله عنهم dalam beribadah kepada Allah ﷻ.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|