Dakwah Pertama Nabi ﷺ di Makkah: “Lā ilāha illallāh”
Dakwah Nabi Muhammad ﷺ di Makkah tidak dimulai dengan seruan kepada hukum, muamalah, atau akhlak, tetapi dengan kalimat tauhid: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ. Kalimat ini menjadi inti dan pondasi seluruh misi kenabian. Nabi ﷺ bersabda kepada kaumnya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، قُولُوا: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ تُفْلِحُوا
“Wahai manusia, ucapkanlah: Lā ilāha illallāh, niscaya kalian akan beruntung.” (HR. Ahmad, dari Jabir bin ‘Abdillah رضي الله عنه, sanadnya hasan)
Inilah panggilan awal yang beliau serukan secara terang-terangan di bukit Shafa. Beliau ﷺ tidak menawarkan posisi dunia, tetapi menyuarakan pemurnian ibadah hanya kepada Allah ﷻ.
Penolakan Keras terhadap Syirik Walau Dihadapi dengan Siksaan
Seruan kepada tauhid ini menghadapi penolakan keras dari kaum musyrikin Quraisy. Mereka memahami bahwa kalimat Lā ilāha illallāh tidak hanya berarti pengakuan terhadap Tuhan, tetapi juga penolakan terhadap seluruh berhala dan sesembahan selain Allah ﷻ.
Para sahabat yang pertama masuk Islam mengalami siksaan berat karena mempertahankan kalimat tauhid. Bilal bin Rabah رضي الله عنه disiksa di padang pasir dengan batu besar di atas dadanya sambil terus mengucapkan: أَحَدٌ، أَحَدٌ.
Allah ﷻ berfirman:
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ كُلُّهُۥ لِلَّهِ
“Perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah (kemusyrikan), dan agama itu hanya untuk Allah semata.” (Al-Anfāl: 39)
Dalil-Dalil yang Menunjukkan Fokus Nabi ﷺ pada Tauhid
Banyak ayat Al-Qur’an dan hadits shahih yang menunjukkan bahwa fokus utama dakwah Rasulullah ﷺ adalah tauhid. Allah ﷻ berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwa tidak ada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku.’” (Al-Anbiyā’: 25)
Ini adalah inti dakwah seluruh rasul. Tidak ada penyampaian syariat sebelum tauhid ditanamkan. Begitu pula Rasulullah ﷺ mengajarkan para sahabat untuk memulai dari tauhid sebelum amal lainnya.
Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma’ wa Shifat dalam Dakwah Nabi ﷺ
Tauhid yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ mencakup tiga aspek:
1. Tauhid Rububiyyah
Yaitu keyakinan bahwa hanya Allah ﷻ yang menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, dan mematikan. Meskipun kaum Quraisy mengakui ini, mereka tetap tidak dianggap Muslim karena mereka menyekutukan Allah dalam ibadah.
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ
“Dan sungguh jika engkau bertanya kepada mereka: Siapa yang menciptakan langit dan bumi? Mereka pasti menjawab: Allah.” (Luqmān: 25)
2. Tauhid Uluhiyyah
Ialah memurnikan seluruh bentuk ibadah hanya kepada Allah ﷻ: doa, shalat, sembelihan, nadzar, dan lainnya. Inilah yang paling ditentang oleh orang musyrik.
3. Tauhid Asma’ wa Shifat
Beriman kepada nama dan sifat Allah ﷻ sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah tanpa tahrif, ta’thil, takyif, maupun tamtsil.
Tauhid sebagai Pondasi Perubahan Umat dan Peradaban
Dakwah tauhid inilah yang mengubah wajah Jazirah Arab. Bangsa yang dahulu hidup dalam penyembahan berhala, kebodohan, permusuhan antar suku, dan kerusakan moral, kemudian menjadi bangsa yang paling mulia, beradab, dan memimpin dunia.
Dengan tauhid, peradaban Islam berdiri kokoh, bukan hanya pada kekuatan militer, melainkan pada fondasi iman yang kokoh kepada Allah ﷻ.
Tauhid memerdekakan manusia dari penghambaan kepada sesama makhluk, menuju penghambaan murni kepada Rabbul ‘Ālamīn.
Penutup
Sirah Nabi ﷺ menunjukkan kepada kita bahwa inti dakwah beliau adalah tauhid. Tanpa tauhid, amal tidak diterima. Tanpa tauhid, umat ini akan kembali mundur, meski memiliki teknologi dan kekayaan. Karena itu, tugas kita hari ini adalah meneruskan dakwah tauhid ini dengan ilmu, hikmah, dan kesabaran sebagaimana dicontohkan Rasulullah ﷺ.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|