Persiapan Ruhani Menyambut Hari-Hari Mulia

Mukadimah

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah waktu yang sangat mulia dan istimewa dalam Islam. Allah ﷻ menjadikannya sebagai musim ketaatan, ladang pahala, dan momen untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan amal-amal terbaik. Maka, untuk dapat memaksimalkan ibadah dalam hari-hari tersebut, seorang Muslim memerlukan persiapan ruhani yang matang. Sebab, ibadah yang lahir dari hati yang bersih dan jiwa yang siap, akan jauh lebih bernilai di sisi Allah ﷻ.

Menghadirkan Kesadaran Waktu Mulia

Langkah awal dalam persiapan ruhani adalah menyadari keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Allah ﷻ berfirman:

وَٱلۡفَجۡرِ۝١ وَلَيَالٍ عَشۡرٍ۝٢

“Demi fajar, dan demi malam yang sepuluh.” (Al-Fajr: 1–2)

Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما dan mayoritas ulama tafsir menyatakan bahwa malam-malam tersebut adalah sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah. Maka kesadaran terhadap keagungan waktu inilah yang akan mendorong seorang hamba untuk bersiap-siap secara ruhani dan lahiriah.

1. Taubat Nasuha: Awal Segalanya

Setiap langkah kebaikan harus dimulai dengan pembersihan hati. Maka taubat nasuha adalah persiapan utama yang harus dilakukan. Allah ﷻ berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً نَّصُوحًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya…” (At-Tahrim: 8)

Dengan taubat yang sungguh-sungguh, hati menjadi lebih ringan, lebih bersih, dan lebih siap menerima cahaya ibadah di hari-hari penuh berkah.

2. Menata Niat dan Tujuan

Ibadah yang diterima adalah ibadah yang ikhlas karena Allah ﷻ dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah ﷺ. Maka langkah penting dalam persiapan ruhani adalah menata niat. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا ٱلۡأَعۡمَالُ بِٱلنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ ٱمۡرِئٖ مَّا نَوَىٰ

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, dari Umar bin Al-Khattab رضي الله عنه)

Dengan niat yang lurus, setiap ibadah—baik yang besar maupun kecil—akan bernilai di sisi Allah ﷻ.

3. Memperbanyak Dzikir dan Tilawah

Persiapan ruhani juga ditandai dengan membiasakan dzikir dan membaca Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah ﷻ:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28)

Dzikir akan menenangkan jiwa dan menghidupkan hati untuk siap menyambut hari-hari mulia dengan semangat tinggi.

4. Menyusun Target dan Rencana Ibadah

Agar waktu yang singkat ini tidak berlalu sia-sia, hendaknya seorang Muslim menyusun target ibadah yang ingin dicapai. Misalnya:

  • Berapa kali khatam Al-Qur’an?

  • Berapa hari akan berpuasa?

  • Berapa banyak sedekah akan diberikan?

  • Target amal harian seperti shalat sunnah, dzikir, tilawah, dan qiyamul lail.

Rencana konkret akan membuat seseorang lebih disiplin dan bersungguh-sungguh.

5. Berdoa Memohon Taufik

Doa adalah ruhnya ibadah. Mintalah kepada Allah ﷻ agar diberi kekuatan, semangat, dan keistiqamahan untuk memaksimalkan ibadah. Di antara doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَىٰ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah, tolonglah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbagus ibadahku kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud, dari Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Penutup

Persiapan ruhani bukan sekadar motivasi sesaat, tetapi usaha sungguh-sungguh dalam menyambut kesempatan emas. Sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah waktu yang hanya datang setahun sekali, dan belum tentu kita bisa menjumpainya lagi di tahun depan. Maka, jangan sia-siakan! Mari mulai dari hati—taubat, niat, dzikir, dan doa—lalu lanjutkan dengan amal nyata.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top