Pendahuluan
Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad ﷺ sudah dikenal luas oleh masyarakat Makkah dengan gelar Al-Amin (yang terpercaya). Julukan ini bukan sekadar sebutan kosong, tetapi lahir dari rekam jejak kejujuran, amanah, dan akhlak beliau sejak usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa risalah yang beliau emban bukan sesuatu yang asing, melainkan kelanjutan dari akhlak mulia yang telah menghiasi kehidupannya sejak awal.
Gelar Al-Amin Sejak Muda
Rasulullah ﷺ tumbuh sebagai pemuda yang jujur, jauh dari sifat dusta dan khianat. Masyarakat Quraisy mempercayai beliau dalam berbagai urusan penting. Ketika menitipkan barang berharga, mereka lebih memilih rumah Rasulullah ﷺ dibanding rumah mereka sendiri.
Allah ﷻ berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)
Ayat ini menegaskan bahwa akhlak Nabi ﷺ adalah teladan terbaik bagi seluruh umat manusia, yang diakui bahkan sebelum beliau menerima wahyu.
Kejujuran dalam Berdagang
Pada masa mudanya, Rasulullah ﷺ dikenal sebagai pedagang yang jujur. Beliau berniaga dengan penuh integritas, tidak pernah menipu dalam timbangan, dan selalu memenuhi janji. Kejujurannya inilah yang menarik hati Khadijah رضي الله عنها, yang kemudian menjadi istri beliau.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الْأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi no. 1209, hasan sahih menurut Al-Albani)
Hadits ini seakan menjadi gambaran dari pribadi Rasulullah ﷺ sendiri.
Peristiwa Peletakan Hajar Aswad
Salah satu bukti nyata kepercayaan masyarakat Quraisy kepada Rasulullah ﷺ adalah ketika terjadi perselisihan tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad saat renovasi Ka’bah. Hampir terjadi pertumpahan darah antar kabilah, hingga akhirnya mereka sepakat menunjuk Muhammad ﷺ sebagai penengah. Beliau menyelesaikan masalah itu dengan cara adil: meletakkan Hajar Aswad di atas kain, lalu meminta perwakilan tiap kabilah mengangkatnya bersama, dan beliau sendiri yang menempatkannya di sudut Ka’bah.
Peristiwa ini semakin mengukuhkan beliau sebagai Al-Amin yang dihormati seluruh kabilah.
Hikmah dari Julukan Al-Amin
-
Kejujuran adalah kunci keberkahan hidup. Rasulullah ﷺ dicintai masyarakat bukan karena kekayaan, tetapi karena integritasnya.
-
Amanah melahirkan kepercayaan. Siapa yang menjaga kejujuran akan selalu dipercaya dalam urusan dunia maupun agama.
-
Akhlak mulia menjadi landasan dakwah. Sebelum menyampaikan wahyu, Rasulullah ﷺ sudah menanamkan kepercayaan melalui akhlaknya.
Penutup
Julukan Al-Amin yang disematkan kepada Rasulullah ﷺ di usia muda adalah bukti nyata bahwa beliau adalah pribadi yang jujur, amanah, dan terpercaya. Hal ini menjadi teladan bagi kita semua, bahwa kejujuran dan integritas adalah modal utama dalam meraih keberkahan hidup serta kesuksesan dunia dan akhirat.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|