Pendahuluan
Setiap manusia memiliki kecenderungan terhadap hawa nafsu. Nafsu bisa membawa kebaikan jika dikendalikan sesuai dengan syariat, tetapi bisa menjadi sumber keburukan jika dibiarkan liar tanpa kendali. Oleh karena itu, Islam mengajarkan konsep Mujahadah An-Nafs—perjuangan melawan hawa nafsu, agar jiwa tetap dalam keadaan bersih dan tunduk kepada Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat ihsan.” (QS. Al-‘Ankabut: 69)
Ayat ini menunjukkan bahwa siapa pun yang bersungguh-sungguh melawan hawa nafsunya, Allah ﷻ akan memberikan petunjuk dan pertolongan kepadanya.
Apa Itu Mujahadah An-Nafs?
Secara bahasa, mujahadah berasal dari kata جَاهَدَ yang berarti bersungguh-sungguh dalam berusaha. Sedangkan an-nafs berarti jiwa atau diri manusia. Mujahadah An-Nafs adalah usaha keras seorang hamba dalam mengendalikan hawa nafsunya agar tetap dalam ketaatan kepada Allah ﷻ.
Rasulullah ﷺ bersabda:
الْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ
“Orang yang berjihad adalah orang yang berjihad melawan hawa nafsunya untuk taat kepada Allah.” (HR. Ahmad, no. 23445; dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 2046)
Hadits ini menegaskan bahwa jihad terbesar adalah melawan diri sendiri, bukan hanya menghadapi musuh di medan perang, tetapi juga melawan godaan dunia dan hawa nafsu yang bisa menjerumuskan seseorang ke dalam dosa.
Mengapa Mujahadah An-Nafs Itu Penting?
1. Nafsu Bisa Menjadi Musuh Terbesar Manusia
Allah ﷻ memperingatkan bahwa hawa nafsu dapat menyesatkan seseorang jika tidak dikendalikan.
أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya?” (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang menuruti hawa nafsunya tanpa kendali seolah-olah telah menjadikannya sebagai tuhan. Oleh karena itu, perjuangan melawan hawa nafsu adalah bagian dari menjaga kemurnian tauhid.
2. Hawa Nafsu Bisa Menjerumuskan ke dalam Dosa
Nafsu sering kali mendorong manusia untuk melakukan perbuatan maksiat. Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ mengingatkan bahwa jiwa manusia cenderung mengajak kepada keburukan:
إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ
“Sesungguhnya jiwa itu selalu mendorong kepada keburukan, kecuali jiwa yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Oleh karena itu, setiap Muslim harus selalu berusaha melawan dorongan buruk dari dalam dirinya agar tetap berada di jalan yang benar.
3. Mengendalikan Nafsu Membawa Keberuntungan
Allah ﷻ menjanjikan keberuntungan bagi mereka yang mampu menundukkan hawa nafsunya.
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ
“Dan adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS. An-Nazi’at: 40-41)
Ayat ini menegaskan bahwa salah satu kunci masuk surga adalah menahan diri dari hawa nafsu.
Cara Melakukan Mujahadah An-Nafs
1. Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Dzikir membantu seseorang dalam mengendalikan hawa nafsu.
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Jika hati dipenuhi dengan dzikir, maka nafsu buruk akan melemah dan tidak mudah menguasai diri seseorang.
2. Berpuasa untuk Mengendalikan Syahwat
Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ ٱسْتَطَاعَ مِنْكُمُ ٱلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِٱلصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Namun, siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu adalah tameng baginya.” (HR. Bukhari, no. 5066; Muslim, no. 1400)
Puasa membantu seseorang dalam mengontrol syahwat dan menundukkan hawa nafsu.
3. Menjauhi Lingkungan yang Buruk
Lingkungan yang buruk bisa menjadi pemicu seseorang untuk mengikuti hawa nafsunya. Rasulullah ﷺ bersabda:
ٱلْمَرْءُ عَلَىٰ دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu akan mengikuti agama sahabat dekatnya. Maka hendaknya kalian melihat siapa yang kalian jadikan sahabat.” (HR. Abu Dawud, no. 4833; dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)
Oleh karena itu, pilihlah teman yang baik agar lebih mudah dalam menundukkan hawa nafsu.
Kesimpulan
Mujahadah An-Nafs adalah perjuangan utama setiap Muslim untuk melawan hawa nafsunya dan tetap berada dalam jalan ketaatan kepada Allah ﷻ. Nafsu yang tidak dikendalikan akan membawa seseorang kepada dosa dan kesesatan, sedangkan orang yang berhasil menundukkannya akan mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat.
Semoga Allah ﷻ memberi kita kekuatan untuk selalu melawan hawa nafsu dan tetap istiqamah di jalan-Nya. Aamiin. 🤲🏻
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|