Pengantar
Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menjaga lisan dan akhlak. Seorang Muslim yang berpuasa harus mampu mengendalikan perkataan dan perbuatannya agar puasanya bernilai di sisi Allah ﷻ.
Banyak orang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan pahala selain lapar dan dahaga, karena mereka tidak menjaga lisannya dari perkataan sia-sia dan perbuatannya dari keburukan. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas pentingnya menjaga lisan dan akhlak selama Ramadhan berdasarkan Al-Qur’an dan hadits shahih, serta cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1. Pentingnya Menjaga Lisan dalam Islam
Lisan adalah karunia besar yang bisa membawa kebaikan atau keburukan. Seorang Muslim yang baik adalah yang mampu mengendalikan ucapannya.
Allah ﷻ berfirman:
مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”
📖 (QS. Qaf: 18)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
📖 (HR. Al-Bukhari no. 6018, Muslim no. 47)
Hadits ini menunjukkan bahwa diam lebih baik jika tidak bisa berkata yang baik, karena setiap perkataan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
2. Puasa yang Sempurna adalah Puasa yang Menjaga Lisan
Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa puasa tidak hanya menahan makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang buruk.
Beliau ﷺ bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan dosa, dan kebodohan, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya (puasanya menjadi sia-sia).”
📖 (HR. Al-Bukhari no. 1903)
Hadits ini menegaskan bahwa puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga perkataan dan perbuatan. Jika seseorang masih berkata kasar, berdusta, atau ghibah, maka puasanya kehilangan makna dan pahalanya bisa berkurang.
3. Jenis Perkataan yang Harus Dihindari saat Puasa
Selama Ramadhan, seorang Muslim harus lebih berhati-hati dalam berbicara. Berikut adalah beberapa jenis perkataan yang harus dihindari:
1. Perkataan Dusta (Bohong)
Berdusta adalah dosa besar yang dapat merusak pahala puasa. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sebaliknya, dusta membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Seseorang yang terus berdusta akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
📖 (HR. Al-Bukhari no. 6094, Muslim no. 2607)
2. Ghibah (Menggunjing dan Menghina Orang Lain)
Allah ﷻ melarang umat Islam untuk ghibah dan mengibaratkannya seperti memakan daging saudara sendiri yang telah mati.
Allah ﷻ berfirman:
وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًۭا فَكَرِهْتُمُوهُ
“Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.”
📖 (QS. Al-Hujurat: 12)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟ قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ
“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia benci.’
📖 (HR. Muslim no. 2589)
Ghibah dapat menghapus pahala puasa, sehingga kita harus menjauhinya selama Ramadhan maupun di luar Ramadhan.
4. Cara Menjaga Lisan dan Akhlak Selama Ramadhan
Agar puasa kita tidak sia-sia, kita harus berusaha menjaga lisan dan akhlak dengan beberapa cara berikut:
1. Berbicara yang Baik atau Diam
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَمَتَ نَجَا
“Barang siapa diam, maka ia selamat.”
📖 (HR. At-Tirmidzi no. 2501, disahihkan oleh Al-Albani)
Jika tidak ada hal yang baik untuk dikatakan, lebih baik diam agar terhindar dari dosa lisan.
2. Memperbanyak Dzikir dan Membaca Al-Qur’an
Mengisi waktu dengan dzikir dan membaca Al-Qur’an dapat menjauhkan kita dari perkataan sia-sia.
Allah ﷻ berfirman:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
📖 (QS. Ar-Ra’d: 28)
3. Menjaga Pergaulan
Berteman dengan orang-orang yang baik akan membantu kita menjaga akhlak dan lisan dari hal yang tidak bermanfaat.
Kesimpulan
Menjaga lisan dan akhlak selama Ramadhan adalah bagian penting dari kesempurnaan puasa. Perkataan dusta, ghibah, dan ucapan sia-sia dapat mengurangi pahala puasa, sementara berbicara yang baik, berdzikir, dan memperbanyak membaca Al-Qur’an akan menyempurnakannya.
Semoga Allah ﷻ memberi kita kekuatan untuk menjaga lisan dan akhlak, sehingga puasa kita diterima dan menjadi sarana meningkatkan ketakwaan. Aamiin.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|