Makna Hijrah dalam Islam: Fisik, Hati, dan Amal

Pengantar

Hijrah merupakan peristiwa agung dalam sejarah Islam yang menandai babak baru dalam perjuangan dakwah Rasulullah ﷺ. Namun, makna hijrah tidak hanya sebatas perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain, melainkan mencakup dimensi yang lebih dalam: hijrah hati dan hijrah amal. Oleh karena itu, setiap Muslim dituntut untuk terus berhijrah sepanjang hidupnya menuju ridha Allah ﷻ.


Hijrah Fisik: Meninggalkan Tempat yang Membahayakan Agama

Hijrah secara fisik telah menjadi bagian penting dalam sejarah Islam, terutama ketika Rasulullah ﷺ dan para sahabat رضي الله عنهم hijrah dari Makkah ke Madinah demi menyelamatkan agama dan menegakkan syariat. Hijrah ini bukan pelarian, tetapi strategi dakwah dan bentuk ketaatan.

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ تَوَفَّىٰهُمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ ظَـٰلِمِىٓ أَنفُسِهِمْ قَالُوا۟ فِيمَ كُنتُمْ ۖ قَالُوا۟ كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِى ٱلْأَرْضِ ۚ قَالُوٓا۟ أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةًۭ فَتُهَاجِرُوا۟ فِيهَا ۚ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ مَأْوَىٰهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan menganiaya diri mereka sendiri (karena tidak mau hijrah), para malaikat itu berkata: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab: “Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Maka tempat tinggal mereka adalah Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (An-Nisā’: 97)


Hijrah Hati: Dari Cinta Dunia ke Cinta Allah

Hijrah yang sejati tidak berhenti pada fisik, tetapi menyentuh hati. Seorang hamba yang hatinya dahulu condong pada maksiat dan dunia, kini mengarahkannya kepada kecintaan kepada Allah ﷻ, Rasulullah ﷺ, dan akhirat. Inilah hijrah batin yang lebih berat tetapi lebih bermakna.

Rasulullah ﷺ bersabda:

وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah. (HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin Amr رضي الله عنهما)

Hadits ini menjelaskan bahwa hijrah bisa terjadi kapan pun dan di mana pun, yakni dengan meninggalkan semua bentuk maksiat, walaupun tidak berpindah tempat.


Hijrah Amal: Menuju Kebaikan dan Istiqamah

Hijrah juga harus tampak dalam amal. Dari kemalasan menuju semangat beribadah, dari kezaliman menuju keadilan, dari lalai menjadi sadar. Itulah hijrah yang produktif, yang menjadikan seorang Muslim semakin dekat kepada Allah ﷻ.

Allah ﷻ berfirman:

وَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ فِى ٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا۟ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَلَأَجْرُ ٱلْـَٔاخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ ﴿٤١﴾ ٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan sungguh, pahala di akhirat lebih besar, jika mereka mengetahui. (Yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal. (An-Naḥl: 41–42)


Hijrah Sepanjang Waktu

Hijrah bukanlah peristiwa sejarah semata, melainkan perjalanan panjang seumur hidup. Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:

الهجرة فرض على كل مسلم من مكان المعصية إلى الطاعة

Hijrah adalah kewajiban setiap Muslim, dari tempat maksiat menuju tempat ketaatan.

Setiap Muslim harus senantiasa memperbaiki dirinya, berhijrah dari kejahilan menuju ilmu, dari dosa menuju taubat, dari kemalasan menuju kesungguhan.


Penutup

Hijrah dalam Islam mencakup tiga dimensi: fisik, hati, dan amal. Kesemuanya menuntut pengorbanan, kesungguhan, dan niat yang tulus. Maka jadikan tahun baru Hijriyah ini sebagai momen hijrah total dalam hidup kita, agar langkah kita semakin ringan menuju surga-Nya.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top